Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mari "Move On" dari G30S dan PKI

1 Oktober 2017   12:06 Diperbarui: 1 Oktober 2017   12:20 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aneh tapi nyata tiap akhir september selalu saja Indonesia ramai isyu dan spanduk, Bahaya Laten Komunis atau Awas Komunisme Gaya Baru, intinya saja seperti itu. Luar biasa ya orang bisa tahu sesuatu yang sudah mati dan dilarang bagaikan hantu bisa bangkit kembali, analoginya kayak menyuruh orang kota atau urban kembali memakai alat tradisional dan meninggalkan alat modern yang canggih untuk aktivitas sehari-hari di kota seperti penggunaan kuda dan delman yang sudah dilarang dan punah dijakarta pada jalanan umum.

Komunis sudah bangkrut dan  mati, fakta yang tidak bisa dibantah siapapun. Negara-negara dengan partai tunggal komunis yang masih hidup pun nyatanya malah menjadi negara diktator kerajaan ala korea utara, negara oligarki  militer ala vietnam  dan negara campuran sosialis kapitalis macam cina. Pemikiran marx dan lenin serta aidit dan pki terbukti gagal karena memang cara-cara radikal dan fundamentalisme dalam politik khususnya dan bidang lain umumnya menyebabkan timbulnya banyak musuh. 

Nah kemudian negara-negara  kapitalis macam Amerika yang diramalkan marx menjadi komunis malah berhasil memperbaiki diri sehingga sekarang negara-negara maju cenderung kombinasi sistem kanan dan kiri. Modelnya menjadi negara industri namun tidak melupakan jaminan sosial seperti kritik komunis atas kapitalis.

Soal eks tapol memang masih ada ganjalan terutama terkait status dan harta benda. Saya kira ini yang masih menjadi ganjalan terutama bagi kaum tua yang menang dan yang kalah. Ada harta benda yang sudah beralih kepemilikanya dan status orang-orang yang dulu dicabut kewarganegaraanya dan sekarang menjadi WNA. Di satu sisi orang-orang yang menang cenderung mempertahankan harta benda hasil jarahan atau pengambilalihan sepihak yang dulu direstui negara serta  tidak memberikan kesempatan para WNA yang dulu pernah jadi WNI kembali karena akan meracuni generasi muda. 

Di sisi lain orang-orang yang kalah ingin mengembalikan apa yang dulu terampas bahkan sekarang tuntutanya hanya permintaan maaf namun menuntut negara bukan kepada orang-orang yang menang. Sementara mereka terus mengupayakan jalur politik namun lupa mengintensifkan jalur hukum. Alangkah lebih baik soal harta benda dan status warga negara diurus lewat pengadilan perdata dan tata negara daripada ribut-ribut diluar jalur hukum hanya bikin gaduh negara.

Solusinya ada ditangan LBH tyang biasanya mengurus ini karena orang-orang yang kalah memang minim logistik serta orang-orang yang menang juga harus mau besar hati duduk sama-sama di meja hijau. Faktanya Soal ideologi komunis sudah jelas terlarang melalui tap MPR namun soal  harta benda dan status warga negara kan masih belum ada keputusan inkrah dari pengadilan dan negara.

Hal yang menarik malah terjadi dikaum muda-mudi jaman sekarang. Saya rasa isu-isu soal kebangkitan pki dan komunisme gaya baru ini akan hilang  ketika kaum tua yang mengalami sudah tiada. status eks tapol kan sudah dihapus kepada anak cucu atau istilah jaman dahulunya  bersih lingkungan. Iseng-iseng saya coba menelusuri tetangga kanan kiri serta lingkungan masyarakat sekitar ternyata memang sudah rekonsiliasi alami secara interpersonal  melalui anak dan cucu. Kaum muda keturunan orang-orang yang menang dan kalah jaman 1965 ternyata sudah membaur bahkan saling menikah. Jadi secara tidak langsung  semua sudah sadar kalau sekarang mau dibangkitkan kembali maka kemungkinan Indonesia pecah belah akan kembali terjadi. 

Saya sebagai generasi 20an mengajak semua orang dari kaum muda dan tua untuk menatap masa depan. Masalah Indonesia kedepan bukan soal ideologi lagi. Pertama, kecanggihan iptek ini menjadi pisau bermata dua yang menggalaukan karena rentanya isu pembajakan data, hak cipta sampai kecerdasan ai atau robot yang apabila tak diawasi benar akan memusnahkan manusia. 

Kedua, lingkungan bumi terutama lingkungan alam indonesia mengalami kerusakan parah dengan  masih kacaunya soal tata ruang serta masih minimnya kepedulian terhadap energi terbarukan. Ketiga, soal kependudukan yang katanya sudah overpopulasi serta jumlah wanita lebih sedikit daripada pria sehingga banyak  pria muda terancam jomblo seumur hidup jadi tolong pikirkan lagi yang mau poligami dan beranak banyak  karena data bps  menunjukan sebaliknya. 

Selanjutnya bisa ditambahi sendiri oleh para pembaca.  Intinya, masalah  nyata yang dihadapi Indonesia bukan lagi masalah abstrak seperti ideologi tapi sudah kepada masalah praktis dan tehnis secara internal maupun persaingan dengan negara lain soal sumber daya secara eksternal.

Biar gampang mari kita lihat negara-negara tetangga yang merdekanya hampir sama dengan Indonesia macam India, Korea Selatan dan Singapura. Perlahan tapi pasti mereka sudah melupakan konflik identitas dan ideologi, terbukti dari terpilihnya presiden muslim singapura dan wanita pertama, terpilihnya presiden wanita korea selatan, terpilihnya presiden India dari kasta terendah. Itu baru soal politik belum lagi soal lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun