Mohon tunggu...
Reza Kaifah
Reza Kaifah Mohon Tunggu... Dosen - -

Lihatlah apa yang dikatakan jangan melihat siapa yang mengatakan [Ali bin Abi Tholib Ra.}

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pentingnya Pendekatan dan Belajar Filsafat Ilmu

9 Februari 2020   10:52 Diperbarui: 9 Februari 2020   10:53 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul                         : Menuju Pemikiran Filsafat

Pengarang                : Muhammad In'ami Esha

Penerbit                    : UIN-MALIKI PRESS

Tempat terbit          : Jalan Gajayana 50 Malang

Tahun terbit             : 2016( Cetakan Ketiga)

ISBN                           : 978-602-1109-75-3

Jumlah halaman      : 156

Buku yang berjudul ''Menuju Pemikiran Filsafat'' Yang telah ditulis oleh Muhammad In'am Essa telah disampaikan secara Prespektif agama terhadap berfilsafat, oleh karena itu mereka menulis dan menyampaikan kepada para pembaca dalam kajian filsafat dengan cara yang sederhana dan menjadi pokok persoalan yang mengenal baru mempelajari dan mengenal filsafat. Dalam Hal Ini, Manusia harus berpengetahuan atau berilmu, karna ilmu adalah aspek dari segalanya menyangkut kehidupan ini.

Peradaban barat pun sudah diakui sebagai Ilmu pengetahuan terbesar di dunia. Karna banyak pelajar pelajar dari negara asing yang belajar disana, sebab karna mereka tahu bahwasannya di negara barat adalah penguasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan dari aspek itu saja, ilmu Bahasa juga digunakan atau penting di kehidupan, seperti halnya Bahasa inggris itu Bahasa dunia yang dipakai oleh semua negara. Dan ada juga China yang memiliki Bahasa mandarin yang amat penting untuk dikuasai dan bukti dari negara china adalah mengembangkan teknologi luar angkasa. Dan pengetahuan kalau tidak ada penguasa atau kekuasaan(kuasa) maka itu permasalahan yang amat besar.

Menurut Foucault kuasa dan pengetahuan itu ibarat dua buah sisi mata uang Power/Knowledge. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai Kholifatul fil ard (Wakil tuhan di bumi). Karna manusia sudah di anugrahi berupa kekuasaan untuk mengelola alam semesta dan sebagai pengganti untuk Menguasai dunia. Kekuasaan Dapat didefenisikan Kepemilikan per individu dan mampu untuk mengontrol Individu lainnya. Tugas dari Khalifah Kewajiban agama, ilmu, sosial, mengajarkan yang belum tahu dan diajarkan, cinta tanah air semuanya itu penting dan harus di laksanakan. Sebagai orang berpengetahuan maka kita harus memahami sampai ke dasarnya.

Objek pengetahuan manusia itu luas, ketika suatu permasalahan itu dibahas dan mendapatkan Kesimpulan dari permasalahan itu. Hasil dari pembahasan itu adalah pengetahuan terkadang manusia tidak puas dari jawaban yang telah ia dapatkan, manusia biasanya akan mempertanyakan secara lebih mendalam. Dalam konteks islam, Nabi adam diajakarkan di surga semuanya yang berkaitan yang ada di bumi ini, dan di alquran banyak di cantumkan ayat yang menjelaskan tentang pengetahuan dan manfaat orang yang berpengetahuan.

Tuhan Mengutus manusia untuk menjadi khalifah agar manusia mampu mengontrol dan memanfaatkan satu sama lainnya. Nabi Adam as. Untuk pertama kalinya diajarkan tuhan pengetahuan tentang nama-nama segala sesuatu dan diturunkan di bumi untuk Khalifah fil ard. Manusia sejati adalah manusia yang bisa menggabungkan tiga asas iman,ilmu, dan kuasa yang ketiganya saling berkaitan.

Berbicara filsafat, Kata filsafat yang diserap dalam Bahasa Indonesia ini merupakan padanan kata falsafah(Bahasa Arab) dan philosophy(Bahasa Inggris). Kata tersebut berasal dari Bahasa Yunani philoshopia. Kata philoshopia merupakan kata majemuk yang terdiri kata philos dan shophia. Kata Philos berarti kekasih, dan Shopia kebijaksanaan. Dan bijaksana berarti ''mengerti dengam mendalam''. Dan berpikir filsafat secara universal(Secara keseluruhan), radikal(Berpikir sampai akar-akarnya), dan rasional.. 

Dapat dipahami bahwa filsafat sebagai proses adalah proses berpikir tentang segala sesuatu yang ada secara universal, radikal, rasional dan mendapatkan kebenaran yang hakiki. Untuk memperoleh pengetahuan maka ada metode untuk memperoleh pengetahuan tesebut diantaranya; Pengetahuan inderawi, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama.

Terkait dengan agama islam Ajaran al-Qur'an memuat banyak aspek salah satunya ajaran al-Qur'an menyampaikan ajaran kepada manusia yang berbeda taraf berpikir dan kemampuan akalnya. Ada yang diarahkan ke hati agar terbuka menerima nasihat, dan ada yang diarahkan ke akal agar manusia membuat renungan. Fenomena perkembangan intelektual islam bagi para orientalis adalah sesuatu yang mengherankan, karna kenapa, hanya dalam waktu yang tidak lebih dari dua abad perkembangannya, islam telah mampu mendominasi corak pemikiran yang berkembang saat itu.

Adanya toleransi dan kerbukaan orang-orang islam dalam melihat agama lain. Khususnya ahli kitab. Islam mengakui keberadaan ahli kitab bahkan ''kafir dzhilmi'' wajib dilindungi di kawasan islam tatkala mereka menyatakan tunduk dan patuh terhadap hukum islam meskipun mereka tetap berpegang dengan agamanya.

Hal inilah yang menimbulkan interaksi intelektual yang positif.. Pada masa Abbasiyyah(750-950) perkembangan luar biasa dialami dalam bidang keilmuan. Dukungan yang kuat dari pemerintah berkuasa telah meniscayakan percepatan-percepatan dalam perkembangan intelektual umat islam. Aktivitas penerjemahan karya-karya Yunani dalam bidang kedokteran, filsafat dan sains ke dalam Bahasa arah telah memperkaya hazanah intelektual umat islam di samping itu juga ilmu agama seperti ilmu hadist,tafsir, dan ushul fiqih.

Keberadaan filsafat tradisi islam itu bangsa barat heran bersikap skeptis terhadap keberadaan filsafat dan tradisi Islam. Filsafat islam adalah bersifat islam, bukan hanya karena ia dikembangkan di dunia islam dan dilakukan oleh kaum Muslim, melainkan juga karena menjabarkan prinsip-prinsip dan menimba inspirasi dari sumber-sumber ajaran pokok islam yaitu Alquran dan As-Sunnah.

Sumber ajaran islam inilah mengarahkan pada jenis filsafat yang menempatkan kitab wahtu bukan sekedar sumber tertinggi hukum keagamaan, akan tetapi juga hakikat eksistensi dan sumber dari segala eksistensi. Filsafat sebagai sebuah disiplin yang berkembang pada masa Bani Abbasiyyah yang dipengaruhi oleh tradisi pemikiran Yunani. Perkembangan ini sebagai internasionalisasi bahwasannya islam juga berinteraksi  dengan tradisi lain di luar islam dan aspek dari dukungan pemerintah juga.

Adapun setelah kita memahami dari pengertian filsafat ilmu dan bagaimana filsafat ilmu berkembang dalam tradisi islam. Sekarang penulis mengilustrasikan filsafat ibarat sebuah pohon. Sebagai sebuah pohon, tentu ia memiliki akar, batang, cabang daun dan buah. Akar digunakan sebagai sebuah ilustrasi tentang asal mula filsafat atau apa hal-hal yang menjadi pangkal tolok orang yang berfilsafat.

Sedangkan batang sebagai sebuah gambaran yang menjelaskan  tentang pokok pembahasan utama dalam filsafat yang didalamnya kemudian melahirkan beragam sub pembahasan- sub pembahasan atau cabang-cabang pohon. Dan dari cabang cabang itulah terdapat ranting yang menggambarkan sub-sub pembahasan.

Sedangkan buah, menggambarkan tujuan akhir dari berfilsafat yaitu kebenaran dan manfaat- praktisnya. Terdapat empat hal yang merangsang manusia berfilsafat, yaitu: Ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan. Adapun ketakjuban menurut Aristoteles menyatakan bahwa ketakjuban manusia mulai berfilsafat.Itu ketika kita bertamasya(thaumasia). Bisa jadi kita waktu jalan-jalan(refreshing) tidak jarang kita berpikir tentang beragam hal yang kita lihar ketika kita bertamasya.

Bertamasya sesungguhnya bukan sekedar bersenang-senang. Semestinya seperti istilah Yunani Thaumasia tatkala kita bertamasya akan membawa kita pada perasaan kagum yang mendorong kita untuk berpikir filosofis. Dan yang kedua, ketidak puasan ini kita gambarkan orang yang memegang lesung yang digunakan masyarakat Jawa untuk menumbuk padi. Ternyata, nenek moyang kita dahulu tidak saja menggunakan lesung untuk menumbuk padi tetapi ia juga digunakan sebagai salah satu perangkat penjelas bagi terjadinya fenomena alam(Gerhana bulan). Tatkan terjadi gerhana bulan karena bulan sedang dimakan Betara Kala.

Raksasa yang kelaparan sehingga ia harus memakan bulan. Untuk melepaskan bulan itu dari cengkereman Betara Kala itu, masyarakat diharuskan untuk memukul lesung beramai-ramai. Dan yang ketiga, batang filsafat ini cara berpikir kita mana yang benar mana yang salah. Berpikir berarti mengamati secara dasar. Setiap pengamatan itulah ke arah penilaian. Pemikiran adalah mencaro sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu yang telah di ketahui. Sesuatu yang telah di ketahui, merupakan bahan pemikiran yang disebut data dan fakta, yaitu gejala atau peristiwa yang di tangkap indra.

Orang yang berpikir itu ada tiga dasar pemikiran yaitu: keyakinan, kepastian, dan kesungguhan. Keyakinan adalah sikap mental subjek bahwa sesuatu demikianlah halnya, tidak mungkin yang lain. Keyakinan berkenaan dengan perasaan, sehingga bersifat subjektif(dapat berubah). Kepastian adalah tanggapan akal bahwa sesuatu tepat benar atau tidak keliru sedikitpun. Kepastian berkenaan dengan pertimbangan akal. Kesungguhan adalah keadaan bahwa susuatu yang nyata dan benar.

Kembali pada berpikir sebagai proses yang tujuannya untuk mengambil Kesimpulan, dalam hal ini ada empat jalan pengambilan Kesimpulan: induksi, deduksi, analogy, dan komparasi. Induksi adalah cara penarikan Kesimpulan yang bergerak dari hal-hal khusus menuju Kesimpulan yang umum. Kemudian, deduksi adalah cara penarikan Kesimpulan yang bergerak dari hal-hal yang umum menuju hal yang khusus. Analogy adalah pengambilan Kesimpulan dengan cara menggantikan apa yang diusahakan untuk dibutikkan dengan hal yang serupa namun lebih dikenal.

Analogy biasanya disebut dengan kias. Komparasi didefenisikan pengambilan Kesimpulan dengan cara menghadapkan apa yang akan dibutikkan dengan sesuatu yang mempunyai kesamaan dengannya. Selanjutnya ke cabang dan ranting filsafat menunjukkan sebuah symbol bahwa dalam proses pemikiran tentu ada hal yang menjadi inti pembahasan filsafat dan pokok-pokok pembahasannya disimbolkan dengan ranting. Secara umum membahas filsafat ada tiga : metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Pertama, metafisika dari Bahasa Yunani meta ta physika(sesudah fisika) istilah ini di buat oleh Andronikos.

Metafisika juga bisa dipahami sebagai suatu usaha untuk memperoleh suatu penjelasan yang benar tentang kenyataan dan teori tentang sifat dasar dan struktur dari kenyataan.(Dardiri, 1986). Kedua, Epistemology berasal dari Bahasa Yunani episteme(pengetahuan) dan logos(kata,pikiran,percakapan,dan ilmu) Jadi, Epistomology adalah kata, pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan dapat dipahami bahwa kriterioliga yaitu menetapkan benar tidaknya pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran kebenaran.

Ketiga, aksiologi berasal dari Bahasa Yunani Axios dan Logos, Axiosn  berarti nilai dan logos berarti ilmu, penalaran, dan teori. Jadi, Aksiologi sebagai cabang filsafat yang membahas persoalan nilai(mengapa persoalan itu dikatakan baik/buruk. Dari pembahasan utamanya adalah Persoalan Etika dan Persoalan estetika.

Dan terakhir buah filsafat, ini ibaratkan Kesimpulan dan diharapkan buah ini menjadi bermanfaaat. Buah ini terbagi menjadi dua: Pertama, bersifat esensial- teoretis(hal ini menjadi tujuan dasar dari orang berfilsafat) dan kedua, bersifat aksidensial-praktis, dalam arti filsafat juga memberikan manfaat praktis bagi kehidupan manusia.

Mengenal Metafisika pada bagian yang sebelumnya sudah dijelaskan bahwasannya metafisika berasal dari Bahasa Yunani ta meta taphysika(sesudah fisika). Istilah ini merupakan judul yang diberikan Andronikos dan Rhodes terhadap empat belas buku karya Aristoteles. Secara istilah metafisika dipahami beberapa dalam pengertian yaitu pertama, suatu usaha yang memperoleh suatu penjelasan yang benar tentang kenyataan.

Kedua, studi tentang sifat dasar kenyataan dalam aspeknya yang paling umum sejauh hal hal itu kita capai. Ketiga, studi tentang kenyataan yang terdalam dari semua hal. Adapun Fungsinya memahami hakikat realitas, Secara umum, merupakan bagian filsafat yang membahas ada sebagai ada(being as being) merupakan dasar palingumum untuk segalanya.

Selanjutnya, dasar pengetahuan metafisika juga dikatakan sebagai ''induk dari segala ilmu'' karena ia merupakan kunci untuk mendedar pertanyaan paling penting yang dihadapi manusia dalam kehidupan. Kemudian pembagian Metafisika dari Cristian Wolff(1679-1754M) membagi metafisika ada dua secara Umum dan secara Khusus. Pertama, secara umum metafisika disebut juga ontology dari kata Yunani to ontooson yang berar ti sungguh-sungguh ada.

Ontology membahas tentang wujud(ada). Dan metafisika khusus terdiri dari kosmologi, teologi metafisik, dan filsafat antropologi. Kosmologi adalah dari Bahasa yunani cosmos (rapih, tertib, dunia) lawan dari Chaos(tak tertib). Dimaksudkan sebagai penyelidikan filosofis tentang dunia atau alam dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas.

Mengenal Epistemologi juga pada bagian sebelumnya sudah diterangkan bahwasannya kata Epistemologi dari Bahasa Yunani Episteme(Pengetahuan) dan Logos(kata,pikiran,percakapan, atau ilmu). Epistemologi berarti kata, pikiran, percakapan, atau ilmu pengetahuan.

Secara istilah epistemologi: pertama, epistemologi berkenaan dengan sifat pengetahuan, kemungkinan, cakupan, dan dasar-dasar pengetahuan. Kedua, epistemologi membahas tentang reliabilitas pengetahuan, dan ketiga, epistemologi melakukan investigasi tentang sumber, struktur, metode, dan validitas pengetahuan. Juga dinamakan sebagai kritelogia karena menetapkan benar tidaknya pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran kebenaran.

Fungsi dari epistemologi itu sendiri adalah pertama, sebagai landasan bagi tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, sebagai dasar bagi pengembangan kearifan dalam berpengetahuan. Ketiga, sebagai sarana mengetahui variasi kebenaran pengetahuan. Objek pengetahuan adalah sesuatu yang dapat dilihat, disentuh, diindera, sesuatu yang dapat disadari secara fisik atau mental, suatu tujuan akhir  dari kegiatan atau usaha; dan usaha suatu hal yang menjadi masalah pokok suatu penyelidikan.

Objek pengetahuan dibagi menjadi tiga bagian Pertama, objek empiris(objek rasa) yaitu objek pengetahuan yang pada dasarnya ada dan dapat ditangkap oleh indra lahir dan batin. Kedua, objek ideal(objek bukan rasa) yaitu objek yang pada dasarnya tiada dan menjadi ada berkat kegiatan akal. Ketiga,objek transenden(objek luar rasa), yaitu objek yang pada dasarnya ada, tetapi berasa diluar jangkauan pikiran dan perasaan manusia.

Kita mendalami lagi beberapa objek yang diatas, objek empiris adalah sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman baik lahir maupun batin, indera lahir disebut objek fisis, misalnya batu, gunung, suara , wewangiann, dan pahit. Sedangkan indera batin disebut juga objek psikis seperti sedih, murung, benci, dan congkak.

Objek ideal merupakan suatu yang berada dalam tangkapan pemikiran. Objek ini semua tidak ada, dan ia baru ada setelah berpikir. Hasil pemikiran inilan selama masih berada dibenak disebut objek ideal misalnya berupa renungan dan rekaan. Selanjutnya, objek transenden adalah sesuatu yang memang ada, tetapi tidak  bisa dijangkau oleh kemampuan manusia baik pengalamannya maupun pikirannya. Penjelasan dari Prof Mudlor Ahmad dalam bukunya menuju ke pimikiran filsafat.

Berdasarkan klasifikasi pengetahuan dapat dibedakan dengan beberapa sudut pandang. Pertama, berdasarkan cara memperolehnya Pengetahuan dengan kehadiran yaitu pengetahuan yang hakikat objek yang diketahui terbebar atau tersaksikan secara langsung pada diri subjek dan mengetahui atau perlaku persepsi. Kedua, pengetahuan diusahakan yaitu pengetahuan yang eksistensi objek tidak secara langsung tersaksikan oleh subjek, tetapi subjek menangkapnya melalui perantara yang mencerminkan objek berupa konsep mental(Yazdi, 2003: 92).

Selanjutnya berdasarkan sumbernya pertama, pengetahuan inderawi yaitu pengetahuan yang diperoleh dari cerapan indera(Knowledge) baik lahir maupun batin. Kedua, pengetahuan rasional(aqliyah) yaitu pengetahuan yang diperoleh dari penalaran rasional. Ketiga, pengetahuan intuitif (al-hadsiyyat). Yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui intuitif atau kasyf. Keempat, berdasarkan wahyu(al sam'iyyat). Kemudian berdasarkan kepentingan.

Pertama, pengetahuan dominatif yaitu pengetahuan untuk melakukan dominasi kekuasaan. Kedua, pengetahuan deskriptif yaitu pengetahuan yang digunakan untuk mendeskripsikan fenomena. Ketiga, pengetahuan emansipatoris yaitu pengetahuan yang digunakan sebagai sarana pemberdayaan masyarakat yang tertindas. Pengetahuan adalah tanggapa n subjek terhadap objek yang dketahui.

Terkait dengan pembahasan ini, terdapat teori kebenaran yang popular di berbagai buku filsafat dari Hunnex dalam peta filsafat dan Mudlor Ahmad yaitu pertama, teori kebenaran korespondensi adalah suatu idea itu benar apabila secara akurat dan cukup menyerupai contoh kita mengatakan''hari ini hujan turun'' dan memang kenyataan turun. Maka pernyataan ini disebut korespodensi. Kedua, koherensi adalah pernyataan benar jika proposisi tersebut berada dalam keadaang saling berhubungan dengan prosisi lain yang benar. Ketiga, pragmatis teori ini mengukur kebenaran sebuah pernyataaan.

Mengenal Aksiologi berasal dari Bahasa Yunani Axios dan logos. Axios adalah nilai dan logos artinya ilmu, penalaran, atau teori. Secara Bahasa dipahami sebagai teori tentang nilai atau rasionalitas nilai. Dan secara istilah, aksiologi dipahami sebagai cabang filsafat yang membahas persoalan nilai.

Aksiologi, menurut hunnex(2004: 164) aksiologi berupaya untuk memberikan jawab secara rasional sebuah nilai . Apa sesungguhnya nilai? Barang kali pertanyaan penting yang didalam pikiran para pembaca dalam pembahasan tentang aksiologi. Nilai pada hakikatnya adalah sebuah kualitas. Frondizi menjelaskan bahwa setidaknya nilai memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bersifat parasit, hierakhis, dan non substansi. Etika berasal dari kata ethos dan ethiko.

Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan. Dan ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan tingkah laku yang baik. Dan estetika berasal dari Bahasa Yunani aesthesis yang berarti pencerapan inderawi, pemahaman intelektual. Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni dan keindahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun