Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Batik yang Berhasil Meluluhkan Mata Dunia

2 Oktober 2021   11:12 Diperbarui: 2 Oktober 2021   11:28 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batik Mega Mendung | Photo by KWRI UNESCO

Hari batik merupakan hari bahagia sekaligus hari bersejarah bagi bangsa Indonesia yang setiap tahunnya diperingati tanggal 2 Oktober. Hal ini sebagai penanda kalau batik sebagai karya seni berbentuk pakaian asli Indonesia mendapatkan pengakuan dunia melalui Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2009.

Sejatinya batik layak disematkan karena telah memenuhi kriteria dari UNESCO. Berdasarkan kriteria yang tertuang dalam Draft Medium Term Plan tahun 1990-1995 UNESCO memaparkan definisi dari warisan budaya sendiri. Warisan budaya dinilai sebagai sebuah karya seni atau simbol-simbol yang memuat identitas dan pengalaman manusia dan diturunkan dari generasi masa lampau hingga generasi berikutnya yang akan datang. Warisan budaya ini nantinya akan menjadi harta pustaka yang dimiliki oleh umat manusia.

Kriteria warisan budaya yang dijadikan kandidat nominasi oleh UNESCO harus memenuhi beberapa syarat antara lain menunjukkan hasil karya adiluhung (masterpiece), menunjukkan interaksi penting nilai kemanusiaan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, unik dan mewakili tradisi yang luar biasa, merupakan contoh menonjol dari karya bangsa, dan secara langsung terkait dengan peristiwa/tradisi kehidupan. Dari paparan kriteria yang telah disebutkan karya seni batik pantas dan memenuhi kriteria.

UNESCO menuliskan bahwa batik merupakan penggambaran desain yang dituliskan pada kain dengan titik-titik dan garis yang dihasilkan oleh lilin panas yang tahan terhadap pewarna, sehingga memungkinkan pengrajin kain batik untuk mewarnai bagian kain secara selektif dengan cara merendam kain dalam satu warna, menghilangkan lilin dengan air mendidih, lalu mengulangi lagi proses pewarnaan sesuai keinginan. Dari deskripsi yang dijabarkan oleh UNESCO secara tidak langsung menunjukkan bahwa batik ini memiliki teknik yang indah dan sarat akan makna dari motif yang dibubuhkan pada kain tersebut.

Alasan Batik Dijadikan Sebagai Warisan Budaya UNESCO
Selain deskripsi tadi, UNESCO juga menyebutkan bahwa batik memang sangat erat dengan keseharian kita masyarakat Indonesia. Kain batik dipakai oleh masyarakat Indonesia dalam gelaran acara penting baik ritual-ritual, acara kenegaraan maupun momentum penting. Bahkan batik juga dipakai sebagai pakaian resmi sekolah dan perkantoran. Dengan serangkaian penjelasan yang dibeberkan terbukti bahwa batik pantas disematkan sebagai warisan budaya yang terkait dengan tradisi kehidupan masyarakatnya. Motif batik dan warnanya juga beragam mencerminkan kreativitas, keberagaman dan spiritualitas bangsa Indonesia sehingga batik menjadi identitas dan jati diri bangsa.

Pada 9 Januari 2009, batik diajukan sebagai kandidat untuk didaftarkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Kemudian penerimaan ini diterima secara resmi. Batik dikukuhkan pada sidang keempat Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya Nonbendawi yang diselenggarakan di Abu Dhabi tanggal 2 Oktober 2009. dari pengukuhan sidang tersebut batik secara resmi ditetapkan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Melalui penetapan secara resmi ini, pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 33 Tahun 2009 dan ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional. Penetapan Hari Batik ini juga sebagai bentuk kesadaran masyarakat dalam melindungi batik sebagai identitas bangsa.

Perjalanan Panjang Pengenalan Batik di Mata Dunia
Catatan sejarah membeberkan bahwa teknik membatik pertama kali tercatat dalam buku History of Java karya Sir Thomas Stanford Raffles tahun 1817. Pada masa ini, beliau sedang menjabat sebagai Gubernur Jenderal bertepatan saat Hindia Belanda dikuasai oleh Belanda pada kedudukan Napoleon.

Tahun 1873 seorang pedagang Belanda, Van Rijekevorsel menghadiahkan satu kain Batik yang didapatkan ketika berkunjung ke Nusantara yaitu Museum Etnik Rotterdam. Sejak saat itu, penyebaran Batik diluar Nusantara dimulai

Pengenalan Batik ke mata dunia diperkenalkan perdana oleh Presiden kedua Soeharto. Saat itu pakaian Batik mendunia kala Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sepanjang kurun tahun 1980an-1990, Presiden Soeharto biasanya memberikan batik kepada para pemimpin negara-negara sahabat. Soeharto jatuh hati dan menempatkan pilihannya pada karya batik rancangan Iwan Tirta. Bahkan Soeharto mengirimkan batik khusus untuk mendiang Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela.

Gelaran KTT APEC 1994 | Photo by Twitter
Gelaran KTT APEC 1994 | Photo by Twitter
Pada KTT APEC 1994, Soeharto berhasil membius para pemimpin negara mengenakan kostum batik. Keberhasilan Soeharto memperkenalkan batik di mata dunia akhirnya kunjung membuahkan hasil. Padahal saat itu Soeharto mengenakan pakaian batik hanya sebagai simbolisasi orang Jawa.

Kemudian Menko Kesejahteraan Rakyat melakukan pengajuan batik sebagai Warisan Budaya Tak Bendara (Intangible Cultural Heritage) ke UNESCO pada 4 September 2008. Selang satu tahun kemudian, batik akhirnya diresmikan sebagai warisan budaya dunia melalui UNESCO pada 2 Oktober 2009. Berdasarkan hasil sidang resmi, akhirnya pemerintah menghadiahkan kepada masyarakat berupa Surat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 33 Tahun 2009 tentang penetapan Hari Batik Nasional.

KTT APEC 2013. Photo by Okezone
KTT APEC 2013. Photo by Okezone
Masih berlanjut pada pertemuan dunia lainnya tepatnya pada KTT APEC di Bali pada 7 Oktober 2013 yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bersama kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara sahabat menggunakan batik. Karena bagi Presiden Indonesia sudah tidak asing menggunakan batik selain setelan jas yang dipakainya kala bepergian ke luar negeri guna melakukan pertemuan bilateral maupun diplomasi.

Gelaran Sidang Dewan Keamanan PBB 2019 | Photo by Batam Times
Gelaran Sidang Dewan Keamanan PBB 2019 | Photo by Batam Times
Selanjutnya, dalam Sidang Dewan Keamanan PBB yang diselenggarakan pada bulan Mei 2019 lalu, batik dijadikan dresscode guna menunjukkan penghormatan anggota Dewan Keamanan PBB yang kala itu negara Indonesia memegang kepemimpinannya. Para petinggi negara juga menggunakan batik dalam gelaran sidang tersebut seperti delegasi perwakilan Amerika Serikat, Jerman, Pantai Gading, Prancis, Peru, Dominican Republic dan China. Uniknya Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres juga mengenakan motif batik tenun troso Bali yang berwarna cerah. Dengan demikian batik bukan hanya sebagai kiblat mode pakaian asli budaya Indonesia tetapi juga sebagai perekat antar bangsa di mata dunia.

Batik Berhasil Meluluhkan Hati Nelson Mandela

Nelson Mandela Pakai Batik | Photo by BBC
Nelson Mandela Pakai Batik | Photo by BBC

Seperti yang kita ketahui, mendiang mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela merupakan salah satu tokoh dunia yang gemar memakai batik. Batik seakan tidak bisa dipisahkan dari sosok Nelson Mandela ini. Kecintaannya kepada karya seni batik sangat beliau tunjukkan ketika berkunjung ke Indonesia pada tahun 1990an usai dibebaskan dari jeruji besi di Pulau Roben. Pada akhir Oktober 1990 beliau berkunjung ke Indonesia sebagai wakil ketua organisasi Kongres Nasional Afrika.

Dari pertemuan inilah, Mandela menerima hadiah batik. Dari hadiah tersebut ternyata beliau kenakan kembali saat datang ke Indonesia di tahun 1997 saat menjadi Presiden Afrika Selatan. Kemeja batik yang dirancang oleh Maestro Batik kenamaan Indonesia, Iwan Tirta berhasil meluluhkan hati sang Madiba (panggilan akrab Bapak Nelson Mandela). tidak heran jika batik rancangannya ini menjadi koleksi Madiba ketika berkunjung dan bepergian ke Indonesia. Sejak kedatangan Nelson Mandela ke Indonesia, disinilah batik menjadi simbol diplomasi untuk merekatkan hubungan kenegaraan antara Indonesia dengan Afrika Selatan.

Sang Madiba dan Indonesia

"Madiba Shirt", Sebutan Batik Warga Afrika Selatan | Photo by JPNN

Dikutip dari situs VOA Indonesia, bahwa salah satu yang paling diingat oleh masyarakat Indonesia dari mendiang Nelson Mandela adalah kecintaannya dan kekaguman beliau untuk percaya diri dan tampil beda dengan mengenakan batik asli Indonesia. Beliau mengenakan ini selalu dalam balutan momentum penting kenegaraan.

Ketika diangkat menjadi Menteri Perdagangan tahun 1999, Bapak Jusuf Kalla meminta seorang desainer batik kenamaan Indonesia, Iwan Tirta untuk merancang batik khusus kepada sang Madiba. Melihat saking cintanya dan jatuh hatinya beliau dengan batik Indonesia sampai-sampai dijuluki "Madiba Shirt" yang merupakan sebutan batik bagi warga Afrika Selatan.

Batik seakan sudah melekat dalam diri mendiang dan warga Afrika Selatan. Sehingga warga Afrika Selatan merasa ketika warganya memakai batik nanti dikira saingan sama Bapak Mandela. Memang kharismanya sudah melekat dalam sanubarinya sehingga jadi ciri khas beliau. Memang disana harganya mahal sekali, tetapi sejak Madiba sudah tidak menjabat di pemerintahan, orang-orang sana akhirnya mulai menggunakan batik

Disini saya justru tersentuh dan terenyuh kala tokoh dunia sekelas beliau saja menggunakan batik, masa kita sebagai warganya saja yang memiliki budayanya masih malu untuk memakai batik. Justru kita seharusnya bangga karena batik kita ini sudah melalang buana ke mancanegara apalagi sudah dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia UNESCO. Yuk cintai batik Indonesia sebagai perwujudan identitas bangsa dimulai dari kita sendiri.

Saya sendiri pun sejujurnya juga bangga dengan batik. Apalagi saya ingat ketika mau masuk kuliah, saya berjanji kalau misalnya saya kuliah saya pengen pakai batik. Akhirnya saya pun berani tampil beda dibandingkan orang lain. Pakai batik bukan berarti kita datang ke kondangan aja lho, pakaian sehari-hari kuliah pun juga bisa. Bahkan saya pun menetapkan hari khusus yaitu Kamis dan Jumat sebagai hari ku pakai batik. Di lingkungan kuliah tidak jarang kalau batik menjadi dresscode wajib ketika mahasiswa menempuh ujian akhir praktikum mata kuliah. Jadinya batik makin menggaung deh di kalangan generasi muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun