Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagaimana Figur Otoritas Memengaruhi dan Mengelabui Pikiran Kita

15 November 2020   15:47 Diperbarui: 16 November 2020   18:08 2139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun sekarang saya sudah sadar, meski saya sangat mengidolakan dan mengangumi Sukarno, bukan berarti beliau tidak memiliki kekurangan dan sisi gelap. Ketika penglihatan ini kembali "normal" ternyata tidak sedikit kegagalan kebijakan dan kekacauan sosial dan politik yang terjadi di zaman pemerintahannya.

Pandangan saya kini berubah, saya melihat beliau bukan lagi sebagai tokoh ideal yang sempurna, melainkan sebagai manusia biasa yang juga bisa salah dan memiliki kekurangan. 

Sebagian pemikirannya memang telah menjadi keyakinan, tapi sebagian yang lain sengaja saya singkirkan.

Nah, kalau pemikiran dari figur otoritas itu sudah menjadi keyakinan, ini bisa menguntungkan bisa juga merugikan. Bisa memberdayakan bisa juga melemahkan. Tergantung keyakinan apa yang diyakini.

Misalnya pada saat menghadiri acara ceramah, ada seorang Ustadz yang berkata, "Orang kaya itu sulit masuk surga." Kita harus hati-hati dan mencerna kembali pernyataan itu. Jangan mentang-mentang dia punya "figur otoritas" dalam bidang keagamaan, kita menyerap dengan mudah pemahamannya begitu saja.

Karena ketika pemikiran itu sudah menjadi keyakinan, itu bisa sangat melemahkan. Seseorang bisa takut dan menghindari kekayaan karena pernyataan si Ustadz tadi. 

Padahal ada juga pemahaman yang menyebutkan, "Kemiskinan bisa mengundang kekufuran." 

Kalau ada yang mengatakan, "Orang kaya itu sulit masuk surga", bagaimana dengan Nabi Sulaiman yang diberi kekayaan dan harta berlimpah oleh Tuhan? Buktinya beliau tetap menjadi seorang hamba yang shaleh dan ta'at. 

Meski pun seorang pemuka agama mengetahui seluk beluk soal agama, bukan berarti dia tidak bisa keliru, kan? 

Masalahnya, masyarakat kita tidak seperti itu. Apalagi yang tinggal di pedesaan, asalkan yang menyampaikan adalah seorang Ustadz, Seorang Kiyai atau Ulama dengan atribut keagamaannya, seringkali dengan mudah perkataan dan ucapannya itu masuk begitu saja menjadi sebuah keyakinan.

Kalau sudah menjadi sebuah keyakinan, sangat sulit untuk dipulihkan. Karena keyakinan itu berbeda dengan kebenaran. Kalau sudah yakin, seringkali kita akan mati-matian mempertahankan dan membela keyakinan itu, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun