Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis Tidak Perlu Mengikuti Keinginan Pembaca, tapi Kualitas Tidak Boleh Diabaikan

8 November 2020   23:01 Diperbarui: 9 November 2020   14:26 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebut saja artikel ini sebagai lanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul, "Apakah Menulis Harus Mengikuti Keinginan dan Standar Pembaca?".

Mohon dibaca terlebih dahulu artikel tersebut sebelum melanjutkan membaca artikel ini hingga selesai, agar bisa mendapatkan pemahaman yang lebih utuh.

Artikel lanjutan ini dibuat berdasarkan pertimbangan penjelasan yang masih kurang di artikel sebelumnya. Mungkin hal ini juga pernah Anda alami. 

Awalnya ide yang Anda uraikan dalam satu artikel sudah dirasa komplit dan komprehensif, namun ketika artikel itu sudah di-publish, kadangkala kita bisa menemukan celah-celah dan ruang kosong yang belum terisi. Selalu saja ada kekurangan pada setiap tulisan yang telah dibuat.

Sebenarnya mustahil kita bisa menguraikan ide secara panjang lebar dan detail dalam satu artikel yang berkisar 1000-2000 kata, tapi sebagai orang yang perfeksionis, entah kenapa saya merasa tidak puas apabila ide yang saya uraikan ternyata masih kurang detail. Meskipun mungkin kekurangan itu hanya berkisar 10 atau 20 persen.

Mengapa menguraikan gagasan, opini atau konsep itu musti detail dan menyeluruh? Karena kalau kita menulis sepotong-sepotong, risiko salah dipahami, salah diartikan, atau salah tafsir bisa besar sekali. 

Awalnya tujuan kita menulis mungkin ingin mengarahkan pembaca untuk melakukan A. Tapi karena salah dipahami, pembaca malah melakukan B. Hal itu bisa saja terjadi akibat penjelasan yang kurang kumplit.

Jangan sampai kita meremehkan sebuah tulisan. Sebuah pemikiran yang kita anggap spele, bisa saja menjadi sesuatu yang sangat berharga dan dicari-cari oleh orang lain. Kita harus percaya bahwa, tulisan yang kita buat sedikit banyaknya mempunyai impact bagi pembaca.

Tidak terhitung seberapa sering kita terhanyut dan terpesona oleh sebuah tulisan seseorang yang kita anggap hebat. Kadangkala kita merasa tidak sadar kalau pikiran kita sedang diarahkan untuk mengakui, atau menyutujui sesuatu yang diuraikan si penulis dalam tulisannya.

Berdasarkan alasan itulah, kenapa saya perlu kembali "menambal" lubang kosong pada artikel kemarin agar para pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih solid dan jelas.

Mari kita mulai apa saja kekurangan yang ada dalam artikel yang kemarin itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun