Menurut Anda apa perbedaan antara blogger dan writer? Mengapa mereka mempunyai titel yang berbeda, padahal mereka sama-sama menekuni dunia tulis menulis?
Walau menekuni dunia tulis menulis, antara blogger dan writer ini memang tidak bisa disamakan. Artinya, cara seorang writer dan blogger ketika sedang menulis itu memang berbeda. Baik dari segi bahasa maupun style menulis mereka.
Sama halnya dengan MC dan penyiar radio. Mereka juga sama-sama menekuni dunia public speaking, tapi cara mereka membawakan acara tentu berbeda. Karena mereka punya aturan, tata cara, style dan gaya masing-masing.Â
Lalu di mana saja sih letak perbedaan antara writer dan blogger?
Berdasarkan definisi saya, writer (penulis) adalah mereka yang memang mengkhususkan diri untuk mendalami ilmu tulis menulis, menulis mereka jadikan sebagai profesi. Sehingga mereka begitu memperhatikan tata bahasa dan gramatikal. Kecacatan bahasa dalam hal menulis betul-betul mereka hindari.Â
Menurut seorang penulis, menulis itu ya harus sesuai dengan kaidah-kaidah menulis. Semua harus sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena hasil tulisan selalu ditentukan dari perihal teknis menulis ini.
Misalnya menulis cerpen, puisi atau novel, tentu tidak sembarangan, ada ilmu dan tata caranya, lalu bagaimana menentukan alur cerita, tokoh dan lain sebagainya menjadi isu yang paling diperhitungkan bagi seorang penulis.Â
Penulis adalah mereka yang kebanyakan sudah profesional dalam bidang menulis. Sehingga menulis memang menjadi profesi yang bisa menghidupi mereka. Dengan kemampuan menulis yang baik, tidak sedikit penerbit yang akhirnya mau bekerjasama dengan mereka.
Mirip seorang gitaris, penulis ini memang sudah mempunyai teknik-teknik menulis yang mempuni. Jadi bukan cuma bisa pegang gitar saja, tapi sudah bisa menciptakan melodi-melodi yang indah. Bukan cuma teknik strumming, tapi mereka juga bisa memainkan arpegio, legato, sweep picking, bahkan tapping.
Sedangkan seorang blogger (pengelola web pribadi) adalah mereka yang biasanya gemar menulis hal-hal yang bersifat personal. Bisa tenang pengalaman hidup, opini, atau cerita tentang keseharian mereka. Ya mirip jurnal pribadi lah.Â
Sehingga tak heran mereka biasanya lebih bebas dalam berekspresi. Mereka mengekspresikan diri mereka melalui menulis.Â
Mereka merealisasikan abstraksi pikiran, gagasan, dan opini pribadi mereka melalui tulisan, meski terkesan subjektif. Itu yang memang menjadi ciri khas seorang blogger.
Menulis suka-suka sesuai warna suara mereka masing-masing. Tanpa memperdulikan apakah gaya bahasa mereka itu sesuai kaidah-kaidah penulisan atau tidak. Mereka dengan bebas meliuk-liuk mengutarakan apa saja yang dipikirkan, dirasakan dan yang telah dialami oleh mereka.
Kecuali jika mau mengikuti lomba ngeblog, ya itu lain hal lagi. Tentu kaidah-kaidah penulisan, dan aturan lomba musti diperhatikan, tidak bisa sembarang menulis suka-suka begitu saja.Â
Tapi kalau ngeblog dalam rangka, memuaskan hasrat pribadi dan menekuni hobi, ya tidak masalah sih menurut saya kalau pun tulisan nya tidak sesuai dengan aturan dan kaidah-kaidah yang berlaku. Yang terpenting substansi dan pesan moralnya yang tersampaikan. Teknik dan bahasa menulisnya belakangan.
Saya juga tidak tahu, apakah saya ini termasuk kedalam golongan writer atau blogger. Atau mungkin pertengahan. Ah yang jelas, terus saja menulis sesuai warna suara yang saya miliki. Meski belakangan saya mulai berani menulis topik-topik politik, tapi bukan berarti saya meninggalkan dan beralih mengikuti arus yang lain.Â
Saya akan tetap dijalur yang sama kok, saya akan tetap mempertahankan warna suara dan gaya bahasa saya ketika menulis. Tapi, eksperimen kadang perlu dilakukan, untuk menguji sejauh mana kemampuan diri ini dalam hal menulis topik-topik diluar kompetensi.Â
Seperti semboyan Kompasiana, "Beyond Blogging" yang bermakna lebih dari sekedar ngeblog. Berarti penulis Kompasiana dituntut untuk memberikan sesuatu yang lebih, daripada sekedar "curhat". Harus selalu ada sesuatu yang "menyegarkan" agar bisa melekat diingatan pembaca.Â
Setiap Kompasianer juga tentu memiliki motivasi dan tujuan-tujuannya masing-masing ketika menulis di Kompasiana. Kalau bukan karena ketidaksengajaan, saya juga sepertinya tidak mungkin bisa ada disini dan terus menulis hingga detik ini.Â
Ada semacam campur tangan semesta kenapa saya harus memilih menulis di Kompasiana. Karena sebelumnya tidak ada yang mengarahkan dan memberi tahu kenapa saya harus menulis disini? Seperti sebuah kecelakaan kosmik yang terjadi begitu saja tanpa pernah direncanakan.
Berawal dari kegemaran saya menuangkan abstraksi, opini dan gagasan yang ada di kepala ini di media sosial, lama kelamaan rasa jenuh pun muncul. Lalu berpikir, "Hei kenapa saya tidak menulis di Blog pribadi saja?" Karena menulis di media sosial ternyata tidak mendapat apresiasi dan tanggapan yang memuaskan.Â
Tapi kemudian saya berpikir lagi, membuat dan mengelola blog itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu biaya dan kesediaan waktu untuk mendesign blog tersebut apabila ingin memperoleh kunjungan dan view yang banyak.Â
Jadi, saya memutuskan menulis di platform yang memang sudah selesai dengan urusan tersebut. Jadi saya tinggal menulis saja. Karena saya itu orang yang tidak mau ribet. Maunya yang simple-simple saja. Hanya Kompasiana yang menurut saya sudah cukup mewakili kebutuhan saya untuk menulis.Â
Terlepas dari segi kekurangan yang ada, kelebihan menulis di Kompasiana itu tulisan kita akan langsung terbit, tanpa harus menunggu diproses oleh editor bagaimana pun kualitasnya. Asal jangan melanggar syarat dan ketentuan yang ada.
Berbeda dengan platform lain, yang bisa membuat kita harap-harap cemas apakah tulisan kita akan diterbitkan atau tidak. Kalau menurut editor tidak layak, ya kita harus pasrah dan menulis lagi dari awal.
Jadi, bagi yang hobi menulis tinggal dijalani saja. Bagi anda yang penulis pemula (seperti saya), tidak perlu memusingkan soal tatacara dan kaidah-kaidah menulis. Menulis saja suka-suka untuk menemukan warna suara anda. Teruslah beropini dan menyuarakan apa yang ada didalam dada anda. Toh, nanti juga akan ketemu sendiri kok seperti apa persisnya karakter tulisan anda itu.Â
Karena dalam hal Nge-blog, kita punya warna suara yang berbeda. Ada yang dengan lantang berani menyuarakan pendapatnya secara frontal dan tajam. Ada juga yang cenderung santun dan agak malu-malu dalam berpendapat. Ya semua berbeda-beda. Tapi kita mempunyai misi yang sama, untuk mengangkat derajat literasi bangsa ini menjadi lebih baik.Â
Nah jadi, seperti inilah Kompasianer gaya dan bahasa blogging itu. Kental dengan nuansa personal dan cenderung subjektif. Jadi tidak perlu disetujui ataupun diamini, karena ini hanya sekedar pendapat pribadi.Â
Salam dari Penulis Amatiran
Reynal Prasetya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H