Harusnya kemarin-kemarin saya menulis artikel ini, namun karena satu dan lain hal, terpaksa penulisan harus tertunda dan momentum nya harus terlewat.
Tapi tidak masalah, gagasan nya masih tersimpan di kepala, hanya tinggal menuangkan nya saja.Â
Tapi kali ini kita sedikit santai saja ya, tidak perlu serius. Lagi pula ini hanya sekedar curhatan ringan kok, bukan sebuah tesis ataupun hipotesa yang perlu di ingat dan di hafalkan. Hehehe
Jadi saya menganggap kamu adalah teman dekat saya, supaya terasa lebih dekat dan conect gitu. Supaya saya bisa bebas curhat apapun sama kamu ya. Kita mulai ya sob....
Oke, ceritanya saya itu orang yang senang bersosial. Meski secara teori saya merupakan seorang introvert, namun entah kenapa ketika terlalu lama menyendiri, rasanya juga tidak enak sekali.
Ada moment-moment dimana saya juga ingin kumpul-kumpul, chit-chat haha hihi bersama teman-teman. Ada moment-moment dimana saya juga ingin ngobrol, menyuarakan pendapat, menuangkan isi pemikiran, berdiskusi dan berinteraksi dengan orang lain.
Meski menghabiskan waktu sendirian berdiam diri di kamar mendendangkan musik dan membaca buku itu cukup menyenangkan, namun tetap saja saya merasa bosan jika kegiatan itu berulang-ulang terus begitu saja.Â
Saya merasa berinteraksi, chit-chat, bersenda gurau haha hihi bersama teman meski hanya lima menit cukup menyehatkan secara psikologis. Ketimbang harus terus menerus mengurung diri sendirian di dalam kamar sambil rebahan.
Yeah, i'm introvert, but i can connect with many people. Tapi saya juga orang yang senang mengobrol kok, terlebih apabila topik obrolannya terasa menyenangkan. Saya bisa betah berjam-jam meladeni lawan bicara yang mampu menyodorkan topik-topik menarik untuk dibahas.
Tapi sekalipun obrolannya terkesan receh, enggak masalah juga kok kalau itu bisa buat kita tertawa happy dan itu sehat.
Ya meski kadang obrolan yang receh-receh itu tidak berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran dan kurang memberdayakan untuk diri kita, adakalanya kita perlu menikmati nya.Â
Bersosial itu tak ubahnya seperti bunglon kan?, Kita perlu pandai menyesuaikan diri di setiap medan dan lingkungan. Kita perlu berempati terhadap lawan bicara dan harus berusaha conect jika ingin percakapan terus berlangsung menyenangkan.
Oh ya, by the way saya sendiri berzodiak Pisces, ada artikel yang menyatakan katanya kalau seorang Pisces itu memang mempunyai kemampuan alami untuk beradaptasi di segala lingkungan. Ya mirip seperti bunglon lah.
Tapi kalau saya sih tidak terlalu percaya tentang zodiak ya, kalau ingin luwes dan pandai dalam bersosial ya sebenarnya itu soal skill sih sama belajar juga.
Menurut Dale Carnegie, seorang penulis buku "How To Win Friends and Influence People", mengatakan bahwa, untuk dapat memiliki banyak teman, caranya adalah bukan berusaha bagaimana agar orang lain menyukai kita, akan tetapi tunjukan bahwa kita berminat dan tertarik antusias ingin mengobrol dan menggali tentang mereka.
Sama seperti kemampuan empati, kita perlu menghargai dan menyesuaikan diri terhadap masing-masing lawan bicara yang kita temui.
Saya pribadi sih, sudah cukup terbiasa mengobrol dengan siapapun. Baik itu dengan mereka yang usianya jauh lebih tua, dengan teman sebaya, teman seumuran atau juga dengan orang yang lebih muda dari saya.
Jadi dalam bergaul kita memang perlu punya kemampuan untuk menyelinap masuk ke dalam berbagai jenis usia dan kalangan. Itu cukup menyenangkan bagi saya.
Ketika mengobrol dengan mereka yang jauh lebih tua, tentu saja saya akan mendapat ilmu dan pengalaman hidup dari mereka. Ketika ngobrol dengan teman sebaya saya juga pasti akan mendapat keseruan kadang juga mendapat pelajaran yang berharga.
Bila berhadapan dengan orang yang lebih tua, topik obrolan biasanya cenderung serius tapi masih seru juga, seperti soal isu-isu aktual yang sedang hangat atau juga mengenai pergolakan politik yang sedang ramai dibicarakan publik.Â
Berbeda jika sedang berhadapan dengan teman sebaya, topik obrolan yang disodorkan biasanya mengenai game, pekerjaan, kadang kisah percintaan yang menyedihkan. Hehehe
Kalau yang lebih muda sebenarnya saya jarang berinteraksi, namun topik-topik yang biasanya disodorkan tidak jauh berbeda dengan teman sebaya, ya mengenai game, atau trend pop culture yang sedang hangat.Â
Beda lagi jika sedang berhadapan dengan orang pintar, nah ini sih bisa dipastikan 70% obrolan merupakan hal yang serius dan hanya kami pahami berdua. Pasalnya topik-topik yang biasa disodorkan pun terkesan berat seperti misal tentang sains, filsafat, logika, sejarah, bahkan kadang bisa nyerempet-nyerempet ke urusan politik.
Sampai di sini mungkin kamu bertanya-tanya, apakah ia saya bisa sampai lihai masuk menyelinap sana-sini? Ke berbagai jenis kalangan dan usia?
Kamu juga sebenarnya pasti bisa kok, asal mau terbiasa untuk mendengarkan, berempati dan coba untuk masuk dalam dunia sang lawan bicara. Kemampuan menyesuaikan diri itulah yang perlu kamu miliki.
Kamu perlu mengatur bagaimana etika, topik obrolan dan emosi pada masing-masing lawan bicara. Karena kita tidak bisa memukul rata beretika dan menyodorkan topik pada semua orang.Â
Kamu tidak mungkin menyodorkan topik mengenai game, atau masalah percintaan kalau sedang mengobrol bersama orang yang usia jauh lebih tua daripada kamu kan?. Terkecuali jika memang sang lawan bicara cukup menyukai topik tersebut.
Namun saya pribadi sih, sudah cukup sering dan terbiasa mengimbangi dan menimpali obrolan orang yang usianya jauh lebih tua dari saya. Karena dari merekalah saya bisa belajar banyak hal.
Dalam sebuah percakapan, saya selalu memposisikan diri sebagai pendengar dan lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara, karena dengan mendengarlah akhirnya saya mendapatkan pengetahuan dan perspektif baru.
Berbicara itu mudah, namun kemampuan mendengarkan dan berempati itu tidak mudah. Perlu sebuah latihan dan kerendahan hati untuk tetap konsisten melakukan hal ini.
Intinya dalam hal bersosial, jadilah seperti bunglon yang selalu mampu beradaptasi di segala medan dan lingkungan. Bergaulah dengan berbagai macam kalangan, golongan dan jenis usia. Hal ini menyenangkan dan cukup menyehatkan.
Karena kekuatan manusia terletak pada pergerakan sosialnya. Percuma saja kamu pintar, punya banyak bakat, punya banyak keahlian tapi tidak sering bergaul, bersosial, ya siapa yang akan mengetahui dan mengakui keunggulan mu itu?.
Oke, jadi itu saja ya curhatan saya kali ini, terimakasih banyak loh kamu udah bersedia nemenin jadi temen curhat saya kali ini.Â
Hmmm, saya juga jadi penasaran seperti apa sih, cara kamu dalam bersosial? Apakah kamu seorang introvert juga? Coba dong ceritain juga kisah kamu di kolom komentar. Saya tunggu ya. :)
Sahabat Kamu
Reynal Prasetya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H