Pelaku industri teknologi sangat paham, bahwa kecanduan gawai bukanlah hal baik. Sehingga mereka betul-betul ketat menerapkan aturan dan membatasi anaknya dalam penggunaan gawai.
Perlu diketahui bahwa setiap kali anda mencoba menghentikan tangisan anak dengan menyodorkan gawai, maka pada saat itu pula anda sedang menaruh zat dopamine di kepalanya.
Semakin Anda terus membiarkan anak anda bermain gawai dalam jangka waktu yang cukup lama, maka selama itu pula kadar dopamine dalam otaknya akan terus meningkat.
Jadi, otak sang anak akan merekam bahwa satu-satunya kesenangan yang bisa ia temukan hanyalah ada pada gawai.
Gawai kini menjadi sumber kesenangan nya, gawai adalah pemicu dopamine (rasa senang) di dalam otaknya.
Semakin lama dopamine itu terkumpul banyak didalam otak, maka ketika sumber kesenangannya kita rampas, kita ambil, kita hentikan, maka jelas anak akan meronta-ronta meminta kesenangannya di kembalikan.Â
Jadi seperti itulah kurang lebih bagaimana rasa candu pelan-pelan mulai tertanam dalam diri sang anak.Â
Ketika kita sudah mengetahui bagaimana proses candu itu terjadi, tentu kita bisa memutus pola nya, merubah sumber kesenangan nya. Alihkan kepada hal lain yang lebih memberdayakan sang anak.
Lalu bagaimana langkah konkret nya supaya anak-anak kita bisa terhindar dari kecanduan gawai?.
Sebenarnya kebiasaan untuk tidak terlalu membiarkan anak bermain gawai harusnya dilakukan sejak masih balita.
Karena akan sangat beda pendekatan nya bagaimana memutus pola dan menghentikan kecanduan anak yang baru umur 2 tahun dengan anak yang sudah 12 tahun.