Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cinta Tidak Pernah Meninggalkan Luka Jika Kita Mau Libatkan Logika

16 April 2020   11:53 Diperbarui: 16 April 2020   19:46 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah anda mampu menangkap makna dari judul di atas?. Ya, judul di atas mungkin terkesan panjang layaknya kata-kata mutiara. Anda mungkin berusaha keras menebak dan mengira-ngira, apa isi dibalik judul tersebut.

Sehingga kalimat yang paling pas untuk mengejawantahkan judul diatas adalah, "Sebenarnya cinta itu tidak pernah membuatmu terluka, cinta itu indah, menyenangkan dan bisa membuatmu bahagia, ketika kamu juga menggunakan otak bukan hanya hati."

Sesaat pikiran Anda mungkin sudah mulai terbuka, dan sudah mampu mencerna kemana arah dari bahasan kita kali ini.

Ya, kali ini saya akan berusaha menyingkap fakta-fakta yang terjadi di taman romansa. Sebuah arena dimana kita biasa merasakan sensasi yang berbeda-beda. 

Apa itu Cinta? What is love?. 

Ketika kita bertanya tentang cinta, kita akan selalu menemukan jawaban yang berbeda-beda. Karena cinta begitu kompleks, rumit dan sangat abstrak.

Bertahun-tahun konsep cinta telah menjadi perdebatan panjang para filsuf sepanjang masa. Sehingga tidak ada yang bisa mendefinisikan konsep cinta dengan sempurna.

Namun apakah benar, cinta sebegitu rumitnya? Sehingga kita tidak dapat mempelajarinya? Memahami nya? Apakah cinta itu memang murni urusan hati?. 

Setidaknya itu yang kita pahami selama ini, kita menganggap bahwa cinta memang murni urusan hati dan kita percaya, ketika sedang jatuh cinta atau mencintai, perasaan itu tersimpan dihati.

Sehingga kosakata yang dipilih pun selalu menuju kehati, bukan ke jantung ataupun paru-paru. Seperti, jatuh hati, patah hati, sakit hati, main hati dan ragam kosakata lain yang menggambarkan perasaan pada saat itu.

Namun sayangnya, fakta biologis dan neurosains menerangkan bahwa jatuh cinta, atau perasaan cinta sebenarnya tidak lain adalah aktivitas hormon atau biokimia yang terjadi didalam otak.

Pada saat kita jatuh cinta, kita tak ubahnya seperti orang mabuk. Hormon di dalam tubuh menjadi tidak seimbang. Ketika hormon adrenaline, dopamine, norepinefrine, kortisol, dalam tubuh meninggi, lalu kemudian hormon serotonin kita menurun, maka kita akan merasakan sensasi dan perasaan yang berbeda-beda.

Hormon dopamine misalnya, ketika kadar hormon ini meningkat maka kita akan merasakan perasaan senang atau euforia.

Dopamine juga bisa menyebabkan candu, karena menciptakan rasa senang, semakin kita menemukan kesenangan pada sesuatu hal, maka dopamine dalam otak akan aktif, sehingga kita menjadi ketagihan, lagi lagi dan lagi. 

Selanjutnya adrenaline berfungsi menciptakan sensasi deg-degan, membuat degup jantung berdetak dengan kencang, tangan berkeringat tak ubahnya seperti sedang bermain paralayang.

Lalu ketika serotonin menurun, akhirnya kita jadi terfokus pada satu hal (seseorang). Kita menjadi terfiksasi dengannya, sering memikirnya, kita menganggap semua hal menjadi tidak penting kecuali dirinya.

Apa yang anda anggap mengalir dalam pembuluh darah, dalam tubuh anda ketika anda merasa mau, naksir atau tertarik dengan seseorang, bukanlah suatu energi yang anda sebut sebagai "Cinta" melainkan gejolak kimia. 

Anda sedang menikmati cocktail kimia dalam kepala anda. Itulah kenapa sebabnya orang-orang juga sering menyebut cinta sebagai chemistry, karena mereka sedang menikmati chemical atau senyawa kimia yang mengalir di tubuhnya.

Berdasarkan sains, secara sederhananya cinta dapat disimpulkan sebagai proses biologis. Sebagai sesuatu yang sangat ilmiah.

Ilustrasi cinta proses biologis (Sumber : freepik.com)
Ilustrasi cinta proses biologis (Sumber : freepik.com)
Cinta bukan lagi sebagai sesuatu yang teramat rumit dan abstrak, melainkan sesuatu yang begitu logis dan rasional.

Sehingga, kini cinta bukan saja menjadi urusan hati, namun juga otak!. 

Mungkin anda masih ingat dengan lirik lagu Agnes Monica berikut ini : 

Cinta ini kadang-kadang tak ada logika
Ilussi sebuah hasrat dalam hati
Dan hanya ingin dapat memiliki
Dirimu hanya untuk sesaat

Memang benar, ketika cinta diam-diam bersemayam, acapkali kita mendadak bertingkah secara irasional, tidak logis, hingga rela menyakiti diri sendiri. Makanya muncul istilah "Love is blind", Cinta itu buta.

Seperti sebuah anekdot yang pernah beredar beberapa waktu lampau, "Kalau cinta enggak pake logika, logila."

Ya, kadang kita merasa tergila-gila, bukan buta karena cinta, tapi sebenarnya otak sedang kacau balau, pikiran sedang kalut, hormon tidak seimbang akibat biokimia yang terus diproduksi sepanjang jatuh cinta, atau mencintai.

Itulah kenapa kita sering mendengar kisah-kisah nestapa, hikayat cinta dua insan yang berujung perpisahan, pertikaian, konflik, perceraian. Karena sejak awal meniti hubungan, mereka tidak melibatkan otak (baca : logika), tapi hanya mengandalkan hati atau insting sesaat.

Ketika masanya tiba hubungan mereka berada di ambang kehancuran, maka barulah mereka berpikir secara logis, secara rasional, namun sayang seribu sayang semuanya sudah terlambat.

Kita tidak mudah menyusun dan membereskan kembali hubungan yang sudah rusak dan tidak sehat. 

Kita akan lebih mudah memulai dan menjalani hubungan yang baru, sambil belajar dari kesalahan dan kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dimasa lalu.

Tidak jarang saya dicurhati oleh seorang teman wanita saya yang mengalami hal demikian. Dimana ia begitu ngotot memaksakan dan ingin merajut kembali hubungan yang sudah tidak sehat, ia rela menanggung beban dan derita, asal tidak berpisah dengan pasangannya.

Malah dalam kasus lain saya menemukan, ada seorang wanita yang sebenarnya menurut logikanya, pasangannya itu tidak baik, tidak sehat (baca : berpotensi menyeleweng), namun dengan nekat ia bersedia dinikahi oleh sang pria. Karena hatinya sudah merasa "Cinta".

Tidak terlalu sulit diprediksi, ternyata benar, umur rumahtangganya itu tidak bertahan lama, sang pria mencampakkannya dan menikah dengan wanita lain.

Terus terang, setelah mendengar kisah cintanya itu, sontak sekujur tubuh ini merinding, mulut menganga tak percaya, apakah sebegitu irasionalnya kah kita ketika sedang dikuasai oleh Cinta?

Saya berani mengatakan, bahwa cinta sebenarnya tidak pernah menorehkan luka, cinta tidak pernah membuat kita sakit, sesak, menderita. 

Cinta sebenarnya selalu menguatkan, memberi rasa aman dan nyaman, membuat kita bisa tertawa, merasakan euforia yang tak terkira. cinta akan selalu berakhir bahagia bila kita melibatkan logika dalam menjalaninya.

Kini kita mengerti bahwa cinta laksana ilmu matematika yang bisa dijelaskan dengan logika.

Cinta itu ilmiah, tidak terjadi secara alamiah. Karena ada berbagai pemicu, ada proses yang terjadi dibelakangnya.

Kita tidak akan lagi mudah sakit, kecewa terluka, jika mulai membiarkan otak bekerja. Sudah terlalu sering tanpa sadar kita bertingkah irasional, karena terlalu mengandalkan hati, mengandalkan perasaan atas nama cinta.

Sementara kita menelantarkan logika, berharap bisa menemui bahagia. Namun Ujung-ujungnya malah menemui nestapa. Sungguh merana. 

Begitulah adanya, karena realitanya, cinta yang kita jalani memang tidak selalu seindah, seperti yang sering di gambarkan oleh film-film drama. Jadi, nikmatilah fakta yang ada.

Cinta didunia nyata begitu beda, sehingga kita perlu melibatkan logika dalam menjalaninya.***

Sang Pecinta
Reynal Prasetya

Referensi : [1] ; [2] ; [3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun