Mohon tunggu...
Revita Juliana
Revita Juliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

hobi saya melihat isu-isu terkini yang tersebar di media sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memaknai Fake Friend sebagai Bentuk Dramaturgi

18 November 2023   16:12 Diperbarui: 23 November 2023   15:53 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman palsu atau dalam bahasa gaul biasa disebut dengan fake friend merupakan salah satu peran sosial yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari teori dramaturgi dalam kehidupan manusia. Apa kaitan fake friend dengan teori dramaturgi?

Erving Goffman memperkenalkan dramaturgi sebagai teori dalam sosiologi melalui karyanya yang berjudul "The Presentation of Self in Everyday Life" yang memandang kehidupan sosial sebagai sebuah pertunjukan di atas panggung. Terdapat panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage) dimana ketika manusia melakukan kontak sosial, mereka akan memilih peran mana yang akan ditunjukkanya pada panggung depan dan mana yang akan disembunyikan pada panggung belakang. Dalam pertunjukan ini, setiap individu menampilkan peran-peran yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan sosialnya. (Retasari D. & Preciosa A., 2018)

Fake friend merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang berpura-pura menjadi teman. Dapat dikatakan bahwa mereka tidak benar-benar tulus maupun peduli pada hubungan pertemanan yang mereka jalani yang mana mereka hanya mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dengan cara bersikap baik pada saat mereka membutuhkan sesuatu. (Candra K. & Abdillah Q., 2023)

Dalam konteks teori dramaturgi, konsep ini mencerminkan peran yang dimainkan oleh individu yang seolah-olah bertindak sebagai teman, padahal sebenarnya mereka mungkin memiliki niat tersembunyi atau motif lain seperti kepentingan pribadi atau keinginan untuk memanfaatkan orang lain.

Fake friend dapat dilihat sebagai aktor yang mampu menciptakan konflik. Mereka seringkali mencerminkan peran yang memiliki unsur ketidakjujuran serta tipu daya dalam hubungan pertemanan. Hal ini mampu menghasilkan ketegangan dan konflik yang menjadi bahan drama dalam kehidupan sehari-hari. Konflik ini sendiri dalam dramaturgi adalah salah satu elemen penting guna membangun sebuah cerita mencapai pada puncaknya.

Dalam panggung depan mereka menunjukkan sebaik mungkin mereka menjalankan perannya sebagai teman, berbeda ketika mereka berada di panggung belakang. Dalam teori dramaturgi, fake friend dapat dijadikan simbol ketidakstabilan pada kehidupan manusia. Mereka seringkali membuat seseorang merasa kebingungan dalam pertunjukan sosial, apakah seseorang ini benar-benar teman baik atau bukan kita tidak dapat mengetahuinya. Hal ini menciptakan lapisan ketidakpastian dalam hubungan pertemanan dan mendorong individu untuk memikirkan makna asli dari pertemanan. Berikut adalah ciri-ciri fake friend yang dapat kita kenali (Hikmawan F. &Teri U.,2022) :

1. Datang hanya ketika saat membutuhkan

Pertemanan yang baik adalah mereka yang saling memberikan timbal balik. Fake friend cenderung datang ketika mereka membutuhkan bantuan atau hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadinya. Namun, pada saat kita membutuhkan sosok mereka, mereka tidak akan datang atau mau membantu kita tanpa peduli kebaikan atau bantuan yang pernah kita berikan pada mereka.

2. Membicarakan kita di belakang mereka

Ciri-ciri ini sangat berkaitan terhadap teori dramaturgi, dimana mereka yang berada di depan kita belum tentu di belakang mereka juga menampilkan yang sama pada saat di panggung depan. Fake friend tidak peduli terhadap bagaimana perasaan kita. Ketika mereka tidak bersama kita, mereka akan menggosipkan semua hal tentang kita tak terkecuali kejelekkan kita. Hal ini mampu memberikan efek negtaif karena dapat merubah sudut pandang seseorang terhadap diri kita. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk membocorkan rahasia yang kita miliki. 

3. Suka memanfaatkan

Tidak jauh berbeda dengan mereka yang datang pada saat hanya membutuhkan, mereka akan memanfaatkan kita baik secara materi, tenaga, waktu dan sebagainya tanpa memberikan balasan yang setimpal.

4. Memiliki sikap yang berubah-ubah

Terkadang ketika mereka membutuhkan kita, mereka akan menampilkan sikap yang sebaik mungkin guna mengelabuhi kita, sebaliknya saat tidak membutuhkan mereka akan bersikap cuek, acuh, sinis dan sebagainya.

5. Tidak suka melihat kita bahagia

Ciri-ciri ini merupakan yang paling berbahaya dari fake friend. Fake friend tidak suka atas apa yang membuat kita bahagia entah itu dari sebuah pencapaian atau apapun. Bahkan tidak jarang fake friend di luaran sana menghancurkan kebahagian temannya dengan berbagai cara yang dilakukan. Mereka diam-diam memendam perasaan tidak sukanya pada kita walaupun di depan ia menunjukkan sikap keikutbahagiaannya terhadap kita.

Dapat dipahami bahwa dalam konteks dramaturgi, fake friend merupakan salah satu peran dalam kehidupan manusia yang mampu menciptakan konflik, ketidakstabilan, ketidakpastian, dan sebagainya dalam pertunjukan sosial. Dalam berteman kita harus pintar memilih seseorang untuk dijadikan teman guna terjalinnya sebuah hubungan pertemanan yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun