Teman palsu atau dalam bahasa gaul biasa disebut dengan fake friend merupakan salah satu peran sosial yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari teori dramaturgi dalam kehidupan manusia. Apa kaitan fake friend dengan teori dramaturgi?
Erving Goffman memperkenalkan dramaturgi sebagai teori dalam sosiologi melalui karyanya yang berjudul "The Presentation of Self in Everyday Life" yang memandang kehidupan sosial sebagai sebuah pertunjukan di atas panggung. Terdapat panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage) dimana ketika manusia melakukan kontak sosial, mereka akan memilih peran mana yang akan ditunjukkanya pada panggung depan dan mana yang akan disembunyikan pada panggung belakang. Dalam pertunjukan ini, setiap individu menampilkan peran-peran yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan sosialnya. (Retasari D. & Preciosa A., 2018)
Fake friend merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang berpura-pura menjadi teman. Dapat dikatakan bahwa mereka tidak benar-benar tulus maupun peduli pada hubungan pertemanan yang mereka jalani yang mana mereka hanya mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dengan cara bersikap baik pada saat mereka membutuhkan sesuatu. (Candra K. & Abdillah Q., 2023)
Dalam konteks teori dramaturgi, konsep ini mencerminkan peran yang dimainkan oleh individu yang seolah-olah bertindak sebagai teman, padahal sebenarnya mereka mungkin memiliki niat tersembunyi atau motif lain seperti kepentingan pribadi atau keinginan untuk memanfaatkan orang lain.
Fake friend dapat dilihat sebagai aktor yang mampu menciptakan konflik. Mereka seringkali mencerminkan peran yang memiliki unsur ketidakjujuran serta tipu daya dalam hubungan pertemanan. Hal ini mampu menghasilkan ketegangan dan konflik yang menjadi bahan drama dalam kehidupan sehari-hari. Konflik ini sendiri dalam dramaturgi adalah salah satu elemen penting guna membangun sebuah cerita mencapai pada puncaknya.
Dalam panggung depan mereka menunjukkan sebaik mungkin mereka menjalankan perannya sebagai teman, berbeda ketika mereka berada di panggung belakang. Dalam teori dramaturgi, fake friend dapat dijadikan simbol ketidakstabilan pada kehidupan manusia. Mereka seringkali membuat seseorang merasa kebingungan dalam pertunjukan sosial, apakah seseorang ini benar-benar teman baik atau bukan kita tidak dapat mengetahuinya. Hal ini menciptakan lapisan ketidakpastian dalam hubungan pertemanan dan mendorong individu untuk memikirkan makna asli dari pertemanan. Berikut adalah ciri-ciri fake friend yang dapat kita kenali (Hikmawan F. &Teri U.,2022) :
1. Datang hanya ketika saat membutuhkan
Pertemanan yang baik adalah mereka yang saling memberikan timbal balik. Fake friend cenderung datang ketika mereka membutuhkan bantuan atau hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadinya. Namun, pada saat kita membutuhkan sosok mereka, mereka tidak akan datang atau mau membantu kita tanpa peduli kebaikan atau bantuan yang pernah kita berikan pada mereka.
2. Membicarakan kita di belakang mereka
Ciri-ciri ini sangat berkaitan terhadap teori dramaturgi, dimana mereka yang berada di depan kita belum tentu di belakang mereka juga menampilkan yang sama pada saat di panggung depan. Fake friend tidak peduli terhadap bagaimana perasaan kita. Ketika mereka tidak bersama kita, mereka akan menggosipkan semua hal tentang kita tak terkecuali kejelekkan kita. Hal ini mampu memberikan efek negtaif karena dapat merubah sudut pandang seseorang terhadap diri kita. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk membocorkan rahasia yang kita miliki.Â
3. Suka memanfaatkan
Tidak jauh berbeda dengan mereka yang datang pada saat hanya membutuhkan, mereka akan memanfaatkan kita baik secara materi, tenaga, waktu dan sebagainya tanpa memberikan balasan yang setimpal.
4. Memiliki sikap yang berubah-ubah
Terkadang ketika mereka membutuhkan kita, mereka akan menampilkan sikap yang sebaik mungkin guna mengelabuhi kita, sebaliknya saat tidak membutuhkan mereka akan bersikap cuek, acuh, sinis dan sebagainya.
5. Tidak suka melihat kita bahagia
Ciri-ciri ini merupakan yang paling berbahaya dari fake friend. Fake friend tidak suka atas apa yang membuat kita bahagia entah itu dari sebuah pencapaian atau apapun. Bahkan tidak jarang fake friend di luaran sana menghancurkan kebahagian temannya dengan berbagai cara yang dilakukan. Mereka diam-diam memendam perasaan tidak sukanya pada kita walaupun di depan ia menunjukkan sikap keikutbahagiaannya terhadap kita.
Dapat dipahami bahwa dalam konteks dramaturgi, fake friend merupakan salah satu peran dalam kehidupan manusia yang mampu menciptakan konflik, ketidakstabilan, ketidakpastian, dan sebagainya dalam pertunjukan sosial. Dalam berteman kita harus pintar memilih seseorang untuk dijadikan teman guna terjalinnya sebuah hubungan pertemanan yang sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H