Mohon tunggu...
Revi Masengi
Revi Masengi Mohon Tunggu... -

Saya bukan siapa-siapa, bukan pula jurnalis. Hanya orang biasa yang suka menuangkan isi kepala ke dalam sebuah karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bahkan surga sepi tanpamu

31 Maret 2011   00:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sayangku,


Sedang apakah kamu disana?

Aku merindukanmu.

Apakah kamu sedang bersama kekasihmu?

Maafkan bila aku mengganggu.

Bagaimana kabarmu?

Sungguh, aku benar-benar kangen kamu!

(Sepenggal kutipan ayat 'Dua dunia')


Sayangku,


Kini aku berada di negeri yang jauh,

sebuah negeri indah di atas awan.

Dimana embun pagi bagai butiran mutiara.

Dimana bulan dan mentari berdampingan hidup bersama.

Tak ada siang ataupun malam.

Langit selalu bersolek bintang-bintang,

menebar pesona berhias purnama.

Purnama, bulat tergantung, putih laksana pualam,

cahayanya berpendar abadi di ambang cakrawala.

Sang surya selamanya bersinar,

pun tak ada panas ataupun terik yang terasa.

Sengatnya telah musnah terguyur kesejukan abadi.

Emas adalah pijakan kakiku tatkala melangkah,

hamparan lumut hijau serta rindang dahan pinus adalah tempatku melepas lelah.

Dalam tiap hembusan nafas,

terasa aroma wangi bunga melati.

Riuh canda tawa riang selalu terngiang di telingaku.


Di sini, di tempat ini, semua makhluk merasakan kegembiraan.


Kecuali aku.


Sungguhpun yang aku inginkan,

Segalanya ada di sini, tersedia di tempat ini.


Kecuali kamu.


Aku hanya dapat memandangi kamu dari jauh.

Menatap cantik parasmu dari tempat yang tak tersentuh.

Di sini, aku tetap merasa sepi tanpamu.

Di tengah keramaian, aku tetap merasakan kesendirian.

Di antara keceriaan, aku tetap merasa gundah.

Ketika memori membawa angan kembali padamu,

bulir air mata kembali terurai membasah di pipi.

Alunan simfoni indah tak ubahnya penghantar nada-nada sepi,

tiap saat kian melarutkan diriku dalam romansa nan syahdu.

Kemilau permata tak menggetarkan hatiku,

celoteh canda malaikat tak membuatku tersenyum.


Aaaahh, semuanya tak mampu membuatku berpaling daripadamu!


Ketika semilir angin hanyalah hembusan tanpa makna,

kesunyian serupa hawa dingin yang meresahkan.

Ketika gemiricik air sungai tak membawa rasa damai,

kicau burung tak lagi menjadi melodi pelipur lara.


Semua terasa hambar dan hampa.


Tak ayal kalbuku bergeming dan aku tahu.

Aku hanya butuh kamu, sayangku.

Hanya manis senyummu yang membuatku tenang.

Tiap lembut belaimu memberiku kehangatan.

Cintamu yang menjadi segalanya bagiku.

Puspita, menarilah bersamaku untuk yang terakhir kali.

Karena kebahagiaanku hanyalah kamu.

Ruang waktu tak jua mampu melunturkan kegalauan bagi belahan jiwa.

Apalah arti kebebasan bila ternyata hanya untuk menambah rinduku kepadamu.


Datanglah segera, sayangku, aku menantimu disini.

Karena tempat seindah surga akan tetap terasa sepi tanpamu.



(RV180311)


http://artfuljunkie.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun