Mohon tunggu...
Pelangi Zahra
Pelangi Zahra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pelangi Zahra adalah nama pena dari Revi Nuraini, S.Pd, seorang guru yang memiliki hobi travelling dan menulis. IG : @Pelangizahra_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masa yang Usai

22 Oktober 2024   20:15 Diperbarui: 22 Oktober 2024   22:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Deraian air mata itu kembali membasahi pipi gadis yang sedari tadi memeluk sebuah bantal kesayangannya. Isak tangisnya membuatnya sedikit sulit untuk bernafas. Beberapa kali deringan ponsel di sampingnya tak lagi dihiraukan. Hatinya hancur, pikirannya kacau. Entahlah apa yang mesti dia lakukan. Sesekali dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 23.12 Wib. Namun itu sama sekali tak membuatnya berhenti untuk terus menangis.

 Sudah hampir dua jam berlalu sejak berita yang diterimanya tadi, gadis ini tak hentinya menyesali semua yang telah terjadi. Air matanya tumpah seiring kekecewaan dan penyesalan yang dia rasakan. Tubuhnya lemah, bahkan sekedar untuk berjalan mengambil air minum saja dia tak mampu. Berkali-kali dipukulnya bantal yang sedari tadi menyaksikan deraian air matanya malam ini.

" Kamu harus kuat May, kamu gak boleh menyalahkan dirimu sendiri. Ini semua sudah takdirNya. Kamu tidak boleh seperti ini May. Jika dia ada di sini, dia pasti juga tidak ingin melihatmu seperti ini"

Sebuah suara terdengar di seberang sana, ya itu suara. Mika adalah sahabat Maya yang sedari tadi telponnya tak dipedulikan maya. Entah kekuatan apa yang telah mendorong gadis ini untuk mengangkat ponsel di sampingnya itu. Namun sayang, nasehat mika hanya dibalas dengan isak tangis Maya. Belum ada kata-kata yang mampu diucapkan oleh gadis itu, hanya tangisan lah yang mampu mengeluarkan isi hatinya.

Tak lama kemudian, panggilan itupun terputus. Entah siapa yang mengakhiri, atau bahkan jaringan yang memang tak mendukung percakapan kedua gadis tersebut. Tanpa disadari, tubuh maya pun semakin lemah. Dan membawanya tenggelam dalam mimpi bersama rasa penyesalan yang masih menggunung di hatinya.

Teringat akan beberapa bulan yang lalu, saat awal pertemuan Maya dengan seorang pria yang bernama Rio. Sikap cuek Maya membuat pria itu merasa penasaran untuk lebih mengenal sosok Maya tersebut. Beberapa kali Rio mencuri perhatian pada Maya yang kebetulan pada saat itu mereka bekerja di sebuah perusahaan yang sama. Dan dengan modal nekad yang dimilikinya, Rio pun berhasil mendapatkan kontak Maya. Dan sejak itulah komunikasi diantara keduanya mulai terjalin dengan baik. Perhatian yang diberikan rio membuat Maya merasa ada yang lain dengan hubungan ini. Benar saja, setelah hampir satu bulan mereka bertukar cerita dan saling sapa tampaknya benih-benih cinta itu mulai tumbuh. Namun sayang, maya yang saat itu masih menyimpan rasa pada seseorang tak lantas membalas rasa pria tersebut. Sosok Rio yang hampir mirip dengan seseorang yang masih tersimpan di hati maya, membuat maya mulai merasa menemukan sosok yang pernah hilang.

" May, seharusnya kamu tidak boleh seperti itu. Kasian rio may, dia tulus mencintaimu. Namun kamu hanya menjadikannya pelampiasan semata"

" Bukan seperti itu Mik, aku sudah katakan yang sebenarnya. Namun dia tetap bersikeras untuk mendekatiku. Ya aku bingung mau melakukan apalagi" tutur maya pada mika yang sedari tadi asik bermain ponsel

Sebenarnya maya tidak bermaksud untuk melukai hati pria itu. Apalagi jika dilihatnya ketulusan yang diberikan oleh Rio pada dirinya. Sudah berulangkali bahkan Maya mengatakan, jika rasa itu belum mampu terbalaskan. Karena Maya bukan melihat sosok Rio sebagai Rio, namun sebagai seseorang di masa lalunya yang sulit untuk dilupakan. Tapi itu tak diperdulikan oleh Rio, seolah pria ini telah benar-benar jatuh cinta pada gadis yang selalu mengenakan hijab tersebut.

" Ya, aku tahu posisiku. Dan aku tidak akan memaksakan hatimu untuk mencintaiku. Ini mauku, dan biarkan rasa ini tumbuh. Mungkin ini adalah masaku mencintaimu, bisa saja suatu saat rasa itu hilang" tutur Rio dalam  sebuah chatnya.

Diberi perhatian dan perlakuan lebih membuat maya mulai merasa tak nyaman. Hampir setiap hari di tempat kerja Rio tak pernah absen menyapa bahkan sekedar memberikan senyuman pada maya. Sehingga tak jarang, rekan-rekan sekaligus atasannya sekalipun meledek mereka berdua. Namun ledekan itu segera ditepiskan oleh Maya, karena memang maya tidak memiliki rasa apa-apa pada pria itu.

" Kamu tahu kan isi hatiku? Dan aku belum bisa membalas semua rasamu. Apa kamu tidak lelah seperti ini? sudahlah, di luar sana ada yang menginginkanmu, berikan dia kesempatan juga sepertiku. Kamu hanya akan mendapatkan kekecewaan jika terus mengejarku" ucap Maya pada suatu hari

" Apapun yang kamu katakan aku tak peduli. Mengenal dan mencintaimu adalah hal yang terindah bagiku. Aku ingin mengenalmu lebih jauh lagi. Aku ingin menjadikanmu pendamping hidupku. Aku sudah tak ingin mencari yang lain lagi. Kali ini aku benar-benar menjatuhkan hatiku padamu. Beri aku kesempatan May" balas Rio lagi.

Maya semakin bingung dan tak karuan, hari-harinya mulai berubah. Diakuinya, mulai ada rasa yang lain yang tumbuh dihatinya. Ada rasa kehilangan jika satu hari saja dia tak mendengar kabar pria tersebut. Dan hal itu semakin terasa, sejak maya memutuskan untuk berhenti bekerja di perusahaan itu demi melanjutkan studinya. Jika biasanya ada yang mengganggu maya saat bekerja, namun sekarang itu tidak akan ada lagi. Karena sekarang mereka sudah dipisahkan oleh tempat yang berbeda.

Walupun begitu, di sela-sela kesibukannya bekerja, Rio tetap berusaha untuk menjalin komunikasi pada gadis yang terlanjur dicintainya itu. Namun meskipun rasa itu mulai tumbuh, maya tak lantas bisa membalas sikap baik Rio padanya. Tak jarang maya berkata kasar, semata agar Rio tak lagi menaruh hati padanya. Tapi itu nihil, bahkan Rio semakin bersemangat untuk mendapatkan hati gadis itu.

" Kapan sih May, kamu bisa mengatakan kalau kamu merinduiku? Aku ingin sekali mendengarkan itu dari mulutmu" tulis Rio pada chatnya malam itu

            Maya hanya menarik napas panjangnya. Dia merasa sudah lelah mengatakan pada Rio tentang kehampaan rasanya. Maya berpikir semuanya percuma, pria itu tampaknya benar-benar telah dimabuk cinta olehnya. Maya hanya berharap seiring berjalannya waktu, pria itu segera membuka mata dan sadar akan semuanya. Bahwa apa yang telah dia lakukan itu percuma, karena maya belum bisa menggantikan sebuah nama masa lalu di dalam hatinya.

***

 Detik berganti menit, menit berganti jam, rasa Rio pada maya tampaknya sudah tidak diragukan lagi. Keseriusannya pada maya ingin segera dibuktikannya. Namun lagi-lagi maya hanya menganggap keseriusan itu sebagai angin belaka. Maya tak pernah serius mendengarkan niat baik pria itu untuk melamarnya. Sampai saat ini walaupun Maya mulai merasakan kenyamanan pada pria itu, namun maya terus saja memunafikkan rasanya. Berkali-kali maya tertawa ketika Rio menyampaikan niat baiknya tersebut. Dan bahkan maya seringkali mengalihkan pembicaraan saat pria itu sedang membahas tentang isi hatinya.

 " Aku ini bukan wanita solehah seperti yang kamu inginkan dan kamu katakan Rio. Aku masih banyak kekurangan. Dan kamu tahu Rio, hatiku belum bisa menerimamu" ucap maya dengan penuh keseriusan

 " Tidak maya, kamu adalah wanita yang berbeda. Kamu adalah seseorang bidadari surga yang dikirimkan Tuhan untukku. Berikan akau kesempatan untuk mendampingimu May. Jika kamu merasa masih banyak kekurangan, izinkan aku melengkapi  kekurangan kamu itu May. Aku siap membimbingmu dunia dan akhirat may. Sungguh "

   Lagi-lagi Maya hanya terdiam. Seolah dia benar-benar telah kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan rio tersebut. Kali ini hatinya mulai luluh, rasa penasaran akan ucapan pria itu mulai dirasakannya. Tampaknya pria itu sungguh berlebihan dalam memujinya. Namun tak bisa ditepiskan, ketulusan hati rio mulai mendapatkan sedikit tempat di hati gadis itu. Sejak saat itu, Maya hanya banyak diam dan melihat apa yang ingin dilakukan pria tersebut. Demi membuktikan cintanya, Rio mau melakukan apa saja untuk maya. Bahkan walau dalam keadaan lelah sekalipun, Rio tak pernah absen menyapa Maya dan meberikan support pada maya dalam setiap kegiatannya.

 Tak jarang nasehat-nasehat yang mendukung selalu rio berikan pada gadis itu. Dia berharap agar maya benar-benar menjadi wanita solehah yang akan mendampingi hidupnya nanti. Angan-anganpun sudah terukir dalam pikiran Rio, jika suatu saat mereka dapat membina keluarga yang harmonis nantinya. Walaupun maya merasa enggan untuk mendengarkan cerita konyol itu, namun entah kenapa maya tetap memilih untuk menjadi pendengar yang baik bagi pria tersebut.

 " May, jika suatu saat nanti aku pergi bagaimana? Apakah kamu rela? Apakah tidak ada juga kerinduan itu untukku?" ini adalah pertanyaan yang sudah dua kali Rio tanyakan pada maya.

 Maya tertawa " Ya pergilah. Aku tidak peduli akan hal itu"

  Menyayat, bahkan terdengar menyakitkan. Saat ketulusan hanya dibalas dengan sebuah candaan. Tapi walaupun begitu, tak mematahkan semangat rio untuk terus mendapatkan hati gadis itu. Sebisa mungkin rio selalu membuat maya tersenyum, walaupun rio tahu namanya belum terukir di hati Maya. Bagi rio, maya memang merupakan seorang wanita yang istimewa dan pantas untuk diperjuangkan. Dan bahkan seringkali Rio menyampaikan kekagumannya pada gadis itu, walupun ucapan Rio tersebut tak pernah ditanggapi serius oleh Maya.

 " May, rasanya kita sudah lama tidak bertemu ya? Kapan kita bisa bertemu. Aku ingin sekali bertemu denganmu lagi May, walaupun hanya sekejap"

  Sebuah permintaan yang sama sekali belum pernah diucapkan oleh Rio pada Maya. Tapi dirasa wajar saja, ketika seseorang sedang jatuh cinta dan ingin bertemu dengan sang pemilik cinta sebagai obat rindunya. Maya yang sudah membatasi pertemuan intensif dengan seorang pria, dengan mentah-mentah menolak permintaan Rio tersebut. Walaupun sebenarnya, maya juga merasa ada sedikit kerinduan pada pria itu yang sudah hampir satu bulan tidak bertemu. Tapi Maya hanyalah seorang wanita pemalu dan perlu berfikir berulang kali untuk mengungkapkan rasa rindunya tersebut.

 Hingga suatu pagi itu, maya benar-benar merasa sduah tidak bisa lagi menghadapi sikap rio padanya. Dia merasa bersalah jika terus seperti ini dan ini harus segera dihentikannya. Rio teramat tulus mencintainya, sedangkan dirinya belum juga bisa membalaskan semua rasa itu. Maya tak ingin suatu saat karma berlaku untuknya, Maya ingin segera Rio menyadari akan kesalahannya dan segera menghentikan semuanya.

" Rio, ku harap kamu segera mengerti. Sejak awal pertemuan kita, kau sudah katakan bukan? Bahwa aku tidak melihat mu sebagai seorang Rio, namun sebagai seseorang di masa laluku. Jadi jangan lagi berharap lebih padaku Rio, sungguh aku tidak bisa"

Selang beberapa detik, pesan itupun dibalas oleh Rio.

 " Iya May, aku tahu keberadaanku tak pernah kamu anggap. Namun biarkan rasaku terus kusimpan untukmu May, sampai kapanpun. Aku nyaman mencintaimu dan aku sungguh punya niat untuk menjalani hubungan yang serius denganmu. Namun jika kamu belum bisa menerima rasaku, tak mengapa May. Jaga dirimu baik-baik dan tetaplah berusaha menjadi wanita yang dicintai Allah. Karena wanita sepertimu memang langka. Dan aku sangat senang bisa bertemu denganmu May. Tapi tenang saja May, ini kali terakhirnya aku mencampuri hidupmu. Maafkan untuk semua kesalahanku dan aku janji tidak akan lagi mengganggu hidupmu"

  Sebuah pesan singkat di pagi hari yang mendung menutupi percakapan dua orang tersebut. Kembali Maya menarik napas panjang, seolah ada sebuah kelegaan yang dirasakannya. Namun di sisi lain maya merasa ada yang hilang. Ya, tentu ke depannya Rio tak akan lagi menyapanya lewat pesan singkatnya. Rio tak akan lagi memberikan nasehat dan support padanya. Jika benar laki-laki itu ingin menjauhi hidupnya. Namun pikiran itu segera ditepisakan Maya, yang terpenting sekarang dia tak lagi meras bersalah dengan rasa Rio padanya. Karena sekarang Rio sudah merelakan rasa itu dan tidak akan membebani pikirannya lagi.

***

 Pagi itu langit tampak mendung, semendung wajah cantik gadis yang bernama maya tersebut. Sejak selesai sholat shubuh tadi, matanya terasa enggan untuk memejam. Buliran air mata itu tampaknya masih membasahi pipinya, matanya pun mulai tampak sembab akibat tangisan semalam. Tubuhnya masih lemah dan terasa berat untuk digerakkan. Ponselnya masih saja sibuk berdering, namun tak dihiraukannya. Dia berusaha menghindari benda itu yang teramat memilukan baginya. Bagaimana tidak, sejak berita kecelakaan hingga rio tak sadarkan diri sampai hari ini masih hangat diperbincangkan. Sementara dia sudah enggan untuk memegang bahkan menatap layar ponselnya yang berisi tentang kabar duka yang dialami Rio. Hingga beberapa hari maya seolah anti dengan benda yang selalu dipegangnya setiap saat itu.

 Ditambah lagi dengan hancurnya perasaan maya saat ini, pikirannya tak karuan. Dia merasakan penyesalan yang teramat dalam. Hampir beberapa hari Maya tak memiliki nafsu untuk makan, kadang teringat olehnya jika Rio selalu berkata bahwa dia tidak ingin melihat maya sakit. Namun kata-kata itu tak lagi berarti bagi Maya, yang maya inginkan adalah agar Rio segera sadar dari komanya dan kembali menyapa dirinya. Namun sayang, walaupun tangisan  dan doa Maya tak hentinya selama Rio dalam masa komanya. Tetapi Allah berkata lain, semua telah menjadi ketetapanNya. Dan kembali padaNya adalah jalan terbaik untuk Rio yang sedang berjuang dengan rasa sakitnya selama ini.

 Langit bagaikan runtuh, napas maya terasa sulit untuk dikendalikan. Walaupun dia pernah berjanji tidak akan menangis lagi untuk pria itu, namun kali ini semua tak tertahankan. Tangisannya pecah seiring dengan sekumpulan orang yang membawa jasad Rio untuk segera dimakamkan. Hati Maya hancur dan penyesalan itu teramat menyiksa batinnya. Dia menyesal telah menyia-nyiakan pria yang begitu tulus padanya. Dia menyesal tidak sempat membalas rasa Rio padanya. Dia menyesal akan semua perlakuan buruknya pda Rio. Maya teramat menyesali semua itu. Hingga diapun tak sanggup untuk melihat jasad terakhir Rio, walaupun untuk terakhir kalinya.

 Hujan tampaknya akan semakin deras menyelimuti wajah gadis itu. Entah sampai kapan maya akan menyesali semua yang telah dilakukannya. Namun sungguh ini menyiksa batin gadis itu dan selang beberapa hari setelah kepergian Rio, maya belum bisa menerima kenyataan pahit itu juga. Bahkan dia menyiksa dirinya dengan tidak makan selama beberapa hari. Dengan harapan Rio dapat kembali dan menasehatinya kembali. Tapi itu hanya sebuah kekonyolan yang Maya lakukan. Karena bagaimanapun Rio tidak akan mungkin kembali lagi. Dia telah tenang dipangkuan RobNya dan kali ini telah benar-benar menghilangkan semua tentang maya. Dan bukankah itu yang menjadi kemauan Maya saat itu dan sekarang semua telah dilakuka pria tersebut. Kini tidak akan ada lagi pesan konyol yang menyapa pagi maya. Tidak akan ada lagi terdengar suara lembut yang selalu menasehati setiap langkah kaki maya. Tidak akan ada lagi yang memarahi maya saat melakukan kesalahan. Dan tidak akan ada lagi sosok yang rajin menuturkan kekagumannya pada gadis itu. Sekarang semua sisa kenangan dan penyesalan yang teramat mendalam bagi maya.

  Nasi sudah menjadi bubur, takdir sudah digariskan. Dan tugas kita sebagai manusia hanya bisa menerima dengan ikhlas apapun yang sudah Allah goreskan. Kini Rio sudah tenang di alam sana, dia tak lagi memikirkan tentang Maya. Hanya ketenangan yang dia rasakan dipangkuan Robbnya. Dan sekarang apa yang Maya inginkan telah dia kabulkan. Menyesali semua yang telah terjadi sama sekali tidak akan merubah keadaan. Menangisi dan membenci setiap pertemuan bukanlah solusi dari semuanya. Tugas Maya saat ini adalah terus kembali menjalankan kehidupan dan mengambil dari semua pelajaran. Bagaimapun perjalan Maya masih panjang, selagi masih ada kesempatan yang Allah berikan Maya harus menjalani hidup dengan sebaik mungkin.

 Nasehat-nasehat yang baik dari Rio akan terus Maya ingat dalam setiap langkah kehidupannya. Dia akan terus berusaha menjadi wanita yang dibanggakan oleh Rio sampai kapanpun. Jika dulu Maya enggan menyampaikan kerinduannya pada Rio, namun sekarang seolah semua berbalik. Maya seringkali rindu dan ingin bertemu dengan Rio walaupun dalam mimpi. Namun semua percuma, masa nya telah usai. Hanya doa yang bisa maya tuturkan ketika rindu mulai melanda dirinya. Saat waktu dan tempat telah menjadi saksi bisu perpisahan mereka. Hingga detik ini, rasa kehilangan itu telah mengajarkan maya tentang arti kehidupan dan mahalnya sebuah kesempatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun