Mohon tunggu...
Revaputra Sugito
Revaputra Sugito Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

We Love Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Grand Design, Demokrasi Ala Ahok dan Generasi Para Pembully

22 Maret 2016   13:32 Diperbarui: 22 Maret 2016   13:36 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering juga  karena tidak ada bahan bully, maka pengurus  Web Piyungan mencari-cari bahan dari cuitan Twitter seorang Netizen. Tidak perduli siapapun orangnya  kalau cuitan itu berisi serangan terhadap Jokowi atau pendukung Jokowi maka cuitan Twitter itu dijadikan bahan untuk membuat artikel yang siap dijadikan sarana pembully pengikut PKS.

Saat ini Website itu sudah sadar dan tidak melakukan lagi provokasi Pembullyan. Mungkin sudah diarahkan oleh Ketua PKS yang baru.  Tetapi ternyata kesalahan fatal itu malah dijadikan percontohan untuk Kompasiana.

Kompasiana sudah bertranformasi menjadi  Media Ahokers. Sudah melakukan Provokasi besar-besaran demi kampanye Ahok.  Kompasiana juga sudah memainkan isu-isu apapun dan menciptakan para Ahokers di Kompasiana sebagai Generasi Pembully.

Biasanya ada Kompasianer-kompasianer yang sudah terverifikasi biru ataupun yang termasuk Kompasianer Elit di Kompasiana melakukan provokasi, selanjutnya oleh Admin artikel itu dijadikan Pilihan dan di share ke Twitter dan Facebook.

Contohnya :  JJ Rizal dan Karni Ilyas sudah menjadi korban pembullyan  para Ahokers di Kompasiana.  Selain Admin yang menshare ke Twitter,  para Ahokers (pembully) ini  juga menshare artikel-artikel yang merupakan serangan-serangan brutal ke Karni ilyas dan lain-lainnya.  Terjadilah ribuan bully untuk JJ Rizal dan Karni Ilyas. Inilah Generasi Kaum Pembully.

Yang lebih parah lagi malah dialami Ridwan Kamil.  Sebelum Kang Emil, sebut saja Wanita Emas, Adhyaksa Dault, Yusril dan Ahmad Dani sudah sering dibully oleh para Ahokers di Kompasiana. Sudah sangat mirip bahkan melebihi apa yang terjadi di PKSPiyungan.  Kompasiana jauh lebih besar jangkauannya dari PKS Piyungan.

Ridwan Kamil yang sudah memutuskan tidak ikut Pilgub DKI masih saja dibully oleh belasan artikel para Ahokers sampai sekarang. Apa salah Kang Emil pada para Ahokers? Tidak ada.  Nasib Kang Emil sama dengan Karni Ilyas. Tidak punya salah tetapi  selalu saja kena sasaran bully.

Contoh jelas adalah tadi malam ada sebuah artikel  yang menyerang Ridwan Kamil.  Judul artikel itu kalau tidak salah, Ridwan Kamil yang memukul supir Angkot, Mulut Ahok yang dibawa-bawa.  Gila benar.

Ternyata sumber artikel berasal dari cuitan seorang Netizen yang tidak jelas itu siapa. Hanya seorang netizen menilai kasus pemukulan Ridwan Kamil yang belum tentu berimbang ataupun bisa dipertanggung-jawabkan kebenarnnya malah dijadikan bahan artikel oleh Ahoker.

Tulisan Provokatif itu langsung dilabel sebagai Artikel Pilihan oleh Admin Kompasiana. Dishare ratusan kali oleh Para ahokers baik yang merupakan Kompasianer maupun pengunjung. Tercatat artikel abal-abal itu dibaca hampir 5 ribu orang. Terjadilah ribuan pembullyan terhadap Ridwan Kamil.

Apa salah Ridwan Kamil? Tidak ada. Dia hanya memberi pelajaran (menegur keras atau mungkin memang memukul) supir angkot yang tidak bisa diperingatkan.  Yang menjadi biang kerok atas pembullyan Ridwan Kamil adalah Penulis artikel itu dan Admin Kompasian. Hanya bersumber dari Cuitan seorang Netizen dengan sudut pandang yang sangat terbatas , kemudian diputar-putar kata-katanya dan dijadikan opini pembenaran kekasaran mulut Ahok dan akhirnya Ridwan Kamil dibully oleh ribuan Ahokers.  Beginilah Demokrasi Ala Ahok.  Demokrasi dari Generasi Pembully.  Apapun bisa dijadikan bahan untuk membully siapa saja , mau salah atau tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun