Mohon tunggu...
Revaputra Sugito
Revaputra Sugito Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

We Love Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sesat Pikir Daniel HT yang Begitu Mudah Menyalahkan Karni Ilyas

13 Maret 2016   15:58 Diperbarui: 13 Maret 2016   16:19 2985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acara kemudian menjadi rusak pada saat Anton Medan berbicara. Anton Medan bukan politisi dan bukan Akademisi. Dengan begitu apa-apa yang disampaikan Ahmad Dani, Adhyaksa, Yusril dan lainnya ditanggapinya dengan salah.  Pendapat para penantang Ahok langsung  dianggap sebagai serangan-serangan yang bertubi-tubi yang ditujukan kepada Ahok. Anton Medan langsung mengatakan diskusi tersebut tidak fair.

Ya tentu saja yang mendengar pendapat Anton Medan menjadi bingung.  Temanya adalah DKI 1 : Siapa Penantang Ahok.  Itu artinya para penantang Ahok akan bercerita apa-apa yang menjadi kelebihannya dari Ahok.  Dan semua yang dikatakan Ahmad Dani, Adhyaksa dan lainnya memang masuk akal dan tidak mengada-ada.  Mengapa Anton Medan mengatakan semua itu sebagai serangan (mengeroyok)?

Anton malah kemudian menyerang Adhyaksa dengan ayat-ayat Quran. Adhyaksa yang kuat agama seharusnya tidak melihat Ahok sebagai  tionghoa atau lainnya melainkan harus melihat apa-apa yang dikatakan Ahok.  Serangan Anton medan langsung di counter Adhyaksa dengan mengatakan justru dia memperhatikan cara Ahok berbicara yang kadang-kadang memakai Bahasa Toilet.  Adhyaksa  kemudian menyerang telak dengan bahasa mandarin yang menggambarkan Ahok yang tionghoa ternyata tidak tahu prinsip luhur warga tionghoa. Anton Medan diam tak bisa menjawab.

Acara diskusi ini semakin kacau dengan berbicaranya Ratna Sarumpaet.  Tadinya Ratna berbicara sangat baik dari sisi humanis seorang pemimpin dimana menurut Ratna Sarumpaet Ahok tidak punya empati dalam melakukan penggusuran. Sayangnya Ratna kemudian menjadi Emosi dan tendensius dengan menuduh Ahok pasti terlibat di kasus Sumber Waras.  Ratna  mungkin berang karena sebelumnya ternyata ada pendukung Ahok yang membully dirinya dengan sebuah gambar yang  mengatakan dirinya siap bugil kalau Ahok berani maju lewat jalur Independen. Tidak lama Ratna bicara, Anton Medan dan Grace Natalia walk out dari diskusi itu.

Cobalah kita berpikir jernih.  Acara diskusi ILC itu berlangsung cukup Fair. Bahkan pendapat terakhir dari Ahli Tata Kota sangat mendukung Ahok.  Masalah sebenarnya bukan di diskusinya tetapi berada di pihak para Pendukung Ahok. Mereka  curiga dan menuduh para competitor Ahok melakukan serangan (keroyokan) kepada Ahok melalui acara ILC tersebut.  Itu tuduhan yang kekanak-kanakan dan tidak mencerdaskan.

Sekali lagi saya katakan, dimana-mana yang namanya penantang Incumbent  itu akan berusaha menjelaskan apa-apa kelebihannya dibanding Incumbent. Dia akan menggambarkan kekurangan Incumbent dan  menjelaskan solusi yang akan diambilnya.  Dan itu sama sekali bukan serangan.

Dimana-mana yang namanya konstestasi pemilu akan terjadi fenomena seperti itu.  Masing-masing penantang akan menunjuk kekurangan incumbent dan dengan rasa pede nya menyatakan mampu merubah semua itu.  Itu bukan serangan. Itu adalah fenomena sebuah  konstetasi.

Sayangnya  mungkin para pendukung Ahok sudah terlalu sering terprovokasi oleh penulis-penulis yang kurang bertanggung-jawab yang menggiring opini mereka bahwa bila ada yang mengkritisi Ahok itu adalah sebuah serangan.  Yang menyerang Ahok itu harus dibully.  Inilah Demokrasi ala pendukung Ahok. Dan ini sudah terjadi di depan mata kita.

Sekian.

PS :

Mudah-mudahan tulisan ini dihapus oleh Admin agar semakin jelas posisi Admin Kompasian ada dimana.  Kalau para penulis pendukung Ahok boleh menyerang Haji Lulung, JJ Rizal, Ratna Sarumpaet hingga Karni Ilyas, maka para penulis itu tidak boleh dikritisi (dibaca diserang) oleh penulis lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun