Mohon tunggu...
Revalina Rania Suryaputri
Revalina Rania Suryaputri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa, Universitas Airlangga

Haloo, saya seorang mahasiswa di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Prosedur Pemeriksaan Radiografi Genu pada Klinis Dislokasi

22 Juni 2024   23:14 Diperbarui: 22 Juni 2024   23:26 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ortopedijogja.com

PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI GENU PADA KLINIS DISLOKASI

Oleh: Kelompok 5 Kelas 2B

Dista Vannesya Sharlenn, Revalina Rania Suryaputri, Salma Falah Hanifah, Maghfiratun Nisa', Ni Kadek Widiantari, Aufa Rayhan Purnomo

Abstrak 

Dislokasi merupakan suatu keadaan cedera pada sendi di mana ujung tulang dari sendi tersebut lepas dari posisi yang normalnya. Dislokasi bisa terjadi karena jatuh, kecelakaan, atau benturan keras yang menyebabkan trauma pada sendi. Genu atau sendi lutut adalah salah satu regio tubuh yang sering terjadi dislokasi. Metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian deskriptif studi kasus, yaitu menganalisis secara spesifik kepada seseorang yang mengalami kasus tertentu. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa pemeriksaan radiografi yang dilakukan pada pasien dengan klinis dislokasi menggunakan proyeksi AP dan Lateral dengan posisi supine tidak akan membuat pasien merasakan sakit. Dalam pemeriksaan radiografi genu, perlu diperhatikan faktor eksposi, keadaan ruang ekspose serta Alat Pelindung Diri (APD) atau shielding. Dengan begitu, pemeriksaan radiografi dapat berjalan dengan aman.

Kata kunci: Genu, Knee, Dislokasi, Radiografi, Radiologi, Proteksi Radiasi, Radiofotografi

Abstract

Dislocation is a condition of injury to the joint where the tip of the bone is detached from its normal position. Dislocations can occur due to falls, accidents, or hard impacts that cause trauma to the joints. Genu or knee joint is one of the areas of the body where dislocation often occurs. The methodology applied in this study is a descriptive method, with descriptive research case study type, which is to analyze specifically to a person who experiences a certain case. The results of this study showed that the radiographic examinations carried out on patients with clinical dislocation using AP and lateral projections in the supine position will not cause the patient to feel pain. In the genomic radiography examination, it is necessary to pay attention to the exposure factor, the condition of the exposure room and Personal Protective Equipment (PPE) or shielding. That way the radiography examination can work safely.

Keywords: Genu, Knee, Dislocation, Radiography, Radiology, Radiation Protection, Radiophotography

Pendahuluan 

              Dislokasi merupakan suatu keadaan cedera pada sendi  dimana ujung tulang daripada sendi tersebut lepas dari posisi yang normalnya (Hidayati, Alfian and Rosyid, 2018). Regio tubuh yang sering kali terjadi dislokasi meliputi bahu, jari, pinggul, termasuk genu atau lutut. Penyebab dari terjadinya dislokasi genu sendiri bermacam-macam, yaitu dikarenakan jatuh dari ketinggian dengan posisi yang tidak tepat, kecelakaan yang menyebabkan adanya trauma pada genu, ataupun adanya hantaman langsung dari benda keras. Dislokasi genu dapat menyebabkan rasa sakit yang parah akibat adanya bengkak, peradangan, kerusakan ligamen, dan lain sebagainya. Bahkan apabila tidak ditangani dengan baik dislokasi genu dapat menjadi berbahaya, seperti cedera saraf dan pembuluh darah karena dapat menyebabkan terjadinya lesi pada arteri poplitea yang memberi nutrisi pada tungkai bagian bawah. Selain itu dapat juga terjadi lesi dari nervus peroneus (20--40%) (Hidayati, Alfian and Rosyid, 2018). Oleh karena itu, perlu dilakukan adanya langkah untuk memastikan adanya dislokasi dengan melakukan pemeriksaan radiografi genu.

            Pemeriksaan radiografi genu merupakan salah satu pemeriksaan radiologi memanfaatkan radiasi sinar-x yang bertujuan mencitrakan regio genu untuk mendiagnosis adanya suatu gangguan atau masalah di daerah tersebut. Indikasi klinis selain dislokasi yang bisa menjadi syarat dilakukannya pemeriksaan regio genu sendiri adalah kemungkinan terjadinya fraktur, trauma, ataupun penyakit sendi degeneratif yang menyebabkan adanya perubahan struktur atau bentuk. Dalam instalasi radiologi, proyeksi yang sering digunakan pada pemeriksaan regio genu meliputi, genu Antero-Posterior (AP), oblique, dan lateral.

            Dalam artikel ini akan dibahas mengenai prosedur pemeriksaan radiografi genu dengan indikasi adanya dislokasi akibat terjatuh. Prosedur yang dibahas meliputi prosedur yang dilakukan sebelum pemeriksaan, saat pemeriksaan, dan sesudah pemeriksaan, termasuk aspek proteksi radiasi maupun radiofotografi.

Metodologi

            Studi ini melihat dalam kasus klinis dislokasi melalui pemeriksaan radiografi genu dengan pendekatan deskriptif. Salah satu metode yang digunakan secara luas untuk diagnosis dislokasi genu adalah radiografi dengan proyeksi utama seperti Anterior-Posterior (AP) atau Lateral. Hasil citra radiografi dapat digunakan oleh dokter untuk melihat struktur tulang dan menentukan jenis dan derajat dislokasi yang terjadi. Dua proyeksi utama, Antero-Posterior (AP) dan Lateral, biasanya digunakan saat melakukan pemeriksaan radiografi pada lutut. AP menunjukkan tulang lutut dari depan ke belakang, sementara proyeksi Lateral menunjukkan tulang lutut dari samping, memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai struktur anatomi.

            Perbedaan dalam prosedur yang diterapkan di berbagai fasilitas kesehatan dapat berdampak pada kualitas dan akurasi gambar yang dihasilkan dari radiografi tersebut, yang pada gilirannya dapat memengaruhi proses diagnosis dan pengobatan yang dilakukan. Artikel ini dapat membantu menyusun panduan standar untuk meningkatkan konsistensi dan kualitas pemeriksaan radiografi untuk dislokasi lutut dengan mendokumentasikan dan menganalisis prosedur yang ada.

            Dapat diambil contoh pada suatu kasus seorang wanita berusia dua puluh tahun jatuh dari tangga sekitar dua meter tinggi. Dia kesulitan berdiri setelah jatuh karena lutut kirinya sangat sakit. Pemeriksaan fisik awal ketika tiba di rumah sakit menunjukkan bahwa lutut kiri mengalami deformitas yang terlihat jelas, dengan pembengkakan yang signifikan dan ketidakmampuan untuk menggerakkan lutut. Dokter menduga dislokasi genu berdasarkan gejala klinis ini dan memutuskan untuk merujuk pasien ke radiologi dan melakukan pemeriksaan radiografi dengan proyeksi AP dan Lateral untuk memastikan diagnosis.

Hasil dan Pembahasan 

  1. Hasil Citra dan Pembahasannya 

           Prosedur pemeriksaan genu dengan indikasi klinis dislokasi dilakukan dengan menggunakan prosedur pemeriksaan genu rutin proyeksi AP dan Lateral dengan posisi pasien supine disebabkan karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan prosedur pemeriksaan dilakukan dalam posisi erect. Proyeksi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memvisualisasikan celah femorotibial joint dan  patellofemoral joint yang terbuka dan aspek lateral dari knee joint. Kriteria citra untuk prosedur pemeriksaan genu dengan indikasi klinis dislokasi, yaitu harus memvisualisasikan dislokasi dengan jelas dan anatomi seperti os patella, bagian dari os tibia, os fibula, dan os femur, condyles serta epicondyles medial dan lateral. Untuk mendapatkan hasil citra dengan detail yang jelas, maka pemilihan faktor eksposi yang tepat harus dilakukan.

 

  1. Faktor Eksposi 

           Faktor eksposi merupakan faktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas radiasi yang diterima pasien. Faktor eksposi meliputi kVp, mA, ms, mAs, dan SID. Faktor eksposi memengaruhi kontras pada hasil citra yang nantinya akan berpengaruh dengan detail anatomi pada hasil citra.  Menurut Bontrager, pemeriksaan genu dilakukan dengan menggunakan tegangan sebesar 65 kVp dengan SID 100 cm. Pada pemeriksaan pada pasien dengan indikasi dislokasi ini, faktor eksposi yang digunakan yaitu 65 kVp, SID 100 cm,  250 mA. 32 ms, dan 8 mAs setelah mempertimbangkan ketebalan pasien dan didapatkan hasil citra dengan kontras yang mampu menampilkan detail anatomi pasien yang baik. 

 

  1. Proyeksi yang Digunakan

           Seperti yang dituliskan oleh Bontrager, pemeriksaan rutin genu menggunakan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan lateral.

  • Antero-posterior (AP)

Proyeksi AP dilakukan dengan posisi pasien telentang atau supine. Posisi tabung atau Central Ray (CR) tegak lurus dengan Image Receptor (IR) ukuran 24 30 cm. Center Point (CP) pada proyeksi AP adalah pada 1,25 cm distal ke apex dari patella.

  • Lateral (Mediolateral)

Proyeksi lateral dilakukan dengan posisi pasien telentang atau supine lalu kaki yang mengalami dislokasi ditekuk dan ditempelkan pada Image Receptor (IR) ukuran 24 30 cm. Tabung atau CR disudutkan 5 hingga 7 ke arah cephalad. Center Point (CP) yang digunakan pada proyeksi lateral adalah 2,5 cm distal ke medial epicondyle.

 

  1. Keadaan Ruang Expose

           Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien oleh radiografer, ruangan dan peralatan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR). Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah untuk menjamin keamanan dari proses ekspose yang berkaitan dengan keselamatan pasien serta pekerja radiasi.

           Beberapa hal yang diperiksa adalah suhu yang berada dalam rentang 18C hingga 25C dengan kelembapan 40 hingga 60%. Kemudian, hal lainnya adalah fungsi dari peralatan seperti kolimasi, pergerakan tabung sinar-X, control panel, dan X-ray hand switch. Hasil yang didapatkan adalah ruangan serta peralatan telah memenuhi syarat untuk melakukan proses expose.

 

  1. Alat Pelindung Diri (APD) atau Shielding 

           Alat Pelindung Diri adalah sebuah bentuk proteksi diri dari bahaya sinar-X. Apron dibuat dari bahan timbal serta campuran logam lainnya yang dapat mencegah sinar-X mengenai bagian tubuh yang tidak menjadi target pemeriksaan. Apron memiliki banyak jenis contohnya adalah apron tiroid, apron body, apron gonad dan lain sebagainya. Dalam hal pemeriksaan radiografi pada genu, dapat menggunakan apron gonad untuk melindungi bagian gonad atau kelamin pada pasien. Hal tersebut dikarenakan, bagian genu cukup dekat dengan gonad, oleh karena itu, apron gonad dapat digunakan untuk mencegah sinar-X mengenai bagian tersebut.

 

Kesimpulan

            Teknik pemeriksaan radiografi genu pada klinis dislokasi biasanya dilakukan karena pasien mengalami kecelakaan yang menyebabkan adanya trauma pada genu. Dislokasi genu dapat menyebabkan rasa sakit yang parah akibat adanya bengkak, peradangan, kerusakan ligamen, dan lain sebagainya.  Proyeksi yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan ini adalah proyeksi AP dan Lateral dengan posisi supine dikarenakan kondisi pasien yang tidak memungkinkan dalam posisi erect. Peran proyeksi AP serta Lateral dalam pemeriksaan radiografi genu pada klinis dislokasi untuk memvisualisasikan anatomi pada celah femorotibial joint dan patellofemoral joint yang terbuka dan aspek lateral dari knee joint. 

 

Referensi

Bontrager, K. L., and J. Lampignano. 2013. Textbook of radiographic positioning and related Anatomy-E-Book. Maryland Heights: Mosby Elsevier Health Sciences.

Bushong, S. T. 2013. Radiologic Science For Technologist: Physics, Biology, and Protection (10th ed.). Elsevier.

Ermiza, Linda. 2022. "Perlindungan Hukum Pemakaian Alat Perlindungan Diri Apron Untuk Pasien Pada Pemeriksaan Radiologis Panoramik." JURNAL JISPENDIORA 159-177.

Fatimah, S. S. T., M. Erfansyah, A. Septiana, and S. T. Kes. n.d. "TEKNIK RADIOGRAFI EKSTREMITAS BAWAH." Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang 127.

Hamdani, Hadi Eka. 2020. PENGUJIAN LEAD APRON MENGGUNAKAN METODE RADIOGRAFI DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU. Karya Tulis Ilmiah, Riau: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS PROVINSI RIAU.

Irsal, Muhammad, Shinta Gunawati Sutoro, Mahfud Edy Widiamoko, Asumige Tarigan, Guntur Winarno, and Legia Prananto. 2023. "Analisis Efektivitas Apron 0.35 mmPb dalam Melindungi Pekerja Radiasi pada Pemeriksaan Radiografi." Jurnal Kesehatan Vokasional, Vol.8 No.3 134-142.

Korayanto, M. S. 2020. SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA CEDERA PADA LUTUT SERTA PENANGANANNYA DENGAN FISIOTERAPI. Doctoral dissertation, Yogyakarta: STMIK AKAKOM.

Martini, H. Frederick Inc, J. Michael Timmons, and B. Robert Tallitsch. 2012. uman Anatomy. Seventh Edition. United States For America: Pearson Benjamin Cummings.

Mayani, Anita Nur, Retno Herawati, and Rizky Aprilia Firdhayusah. 2021. "PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI KNEE JOINT PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA." JURNAL KESEHATAN TAMBUSAI 10-16.

Mehnati, Parinaz, Reza Malekzadeh, and Mohammad Yousefi Sooteh. 2020. "Application of personal non-lead nano-composite shields for radiation protection in diagnostic radiology: a systematic review and meta-analysis ." Nanomed. J. 7(3) 170-182.

Mehrafshan, M., P. Wicart, M. Ramanoudjame, R. Seringe, C. Glorion, and V. Rampal. 2016. "Congenital dislocation of the knee at birth -- Part I: Clinical signs and classification." Orthopaedics & Traumatology: Surgery & Research 631-633.

Moore, Keinth L., and et all. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi Kelima Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga.

Oyar, Orhan, and Arzu Kislalioglu. 2012. "How protective are the lead aprons we use against ionizing radiation?" Diagn Interv Radiol, 18(2) 147-152.

Panuntun, M. A. , and M. Hasanuddin. 2024. "Teknik Pemeriksaan Radiografi Genu Pada Kasus Osteoarthritis Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Vina Estetica." Jurnal Kesehatan Deli Sumatera, 2(1) 36-38.

Park, Pyong Eun, Jung Min Park, Joo Eun Kang, Jae Hun Cho, Suk Ju Cho, Jae Hoon Kim, Woo Seog Sim, and Yong Chul Kim. 2012. "Radiation Safety and Education in the Applicants of the Final Test for the Expert of Pain Medicine." The Korean Journal of Pain Vol.25 No.1 16-21.

Piper, D., and Nicholas Howells. 2014. "Acute Knee Dislocation." SAGE 1-9.

Prastiwi, R. E., B. A. Pangestu, and F. Susanto. 2021. "Knee Joint Radiographic Examination Technique with Anteroposterior and Lateral Projections in Osteoarthritis Cases." Proceedings Series on Health & Medical Sciences, 2 55-58.

Pratama, U. S. , and E. Rahardiansyah. n.d. "KEGAWATDARURATAN DI BIDANG ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI. GAWAT DARURAT MEDIS BEDAH DAN." 25.

Santoso, Sugeng, M. Haddin, Eka Nuryanto, and Ary Sulistyo Utomo. 2016. "PENENTUAN FAKTOR EKPOSI PADA PEMBANGKIT SINAR-X KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY." Prosiding Seminar Sains dan Teknologi, Vol.1 No.1 56-61.

Soendari, T. 17. "Metode penelitian deskriptif." Bandung, UPI. Stuss, Magdalena & Herdan, Agnieszka 75.

Sugiono, S. 2016, 288. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r & d. Bandung: Alfabeta.

Sukmawati, Dwi Laila, Tris Budiyono, Puput M Khusniatul, and Muhammad Faik. n.d. "ANALISA PEMERIKSAAN GENU JOINT PROYEKSI ANTEROPOSTERIOR (AP) POSISI SUPINE DENGAN VARIASI PENYUDUTAN CENTRAL RAY." Jurnal Radiografer Indonesia 111-120.

Suroto, H. Ramawan, and K. A. I Suryaningrat. 2022. "Reaksi Jaringan Muskuloskeletal terhadap Gangguan/Cedera." BUKU AJAR BLOK MUSKULOSKELETAL-ASPEK ORTOPEDI 13.

Tuka, Veronica, Maya Kusuma Dewi, and Liliana Yetta Pandi. 2016. "PETUGAS PROTEKSI RADIASI PENYIMPANAN TECHNOLOGICALLY ENHANCED NATURALLY OCCURING RADIOACTIVE MATERIAL (TENORM)." Seminar Keselamatan Nuklir 56-1-56-7.

Whitley, A. S. 2016. Clarks's Positioning in Radiography 13th edition. London: Taylor & Francis Group.

Winarko, A. S., I. Andriani, and Jannah M. 2017. "RANCANG BANGUN ALAT FIKSASI PEMERIKSAAN GENU BILATERAL PROYEKSI ANTERO POSTERIOR (AP) ERECT." RadX: Jurnal Ilmiah Radiologi 2(1).

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun