Pemeriksaan radiografi genu merupakan salah satu pemeriksaan radiologi memanfaatkan radiasi sinar-x yang bertujuan mencitrakan regio genu untuk mendiagnosis adanya suatu gangguan atau masalah di daerah tersebut. Indikasi klinis selain dislokasi yang bisa menjadi syarat dilakukannya pemeriksaan regio genu sendiri adalah kemungkinan terjadinya fraktur, trauma, ataupun penyakit sendi degeneratif yang menyebabkan adanya perubahan struktur atau bentuk. Dalam instalasi radiologi, proyeksi yang sering digunakan pada pemeriksaan regio genu meliputi, genu Antero-Posterior (AP), oblique, dan lateral.
      Dalam artikel ini akan dibahas mengenai prosedur pemeriksaan radiografi genu dengan indikasi adanya dislokasi akibat terjatuh. Prosedur yang dibahas meliputi prosedur yang dilakukan sebelum pemeriksaan, saat pemeriksaan, dan sesudah pemeriksaan, termasuk aspek proteksi radiasi maupun radiofotografi.
Metodologi
      Studi ini melihat dalam kasus klinis dislokasi melalui pemeriksaan radiografi genu dengan pendekatan deskriptif. Salah satu metode yang digunakan secara luas untuk diagnosis dislokasi genu adalah radiografi dengan proyeksi utama seperti Anterior-Posterior (AP) atau Lateral. Hasil citra radiografi dapat digunakan oleh dokter untuk melihat struktur tulang dan menentukan jenis dan derajat dislokasi yang terjadi. Dua proyeksi utama, Antero-Posterior (AP) dan Lateral, biasanya digunakan saat melakukan pemeriksaan radiografi pada lutut. AP menunjukkan tulang lutut dari depan ke belakang, sementara proyeksi Lateral menunjukkan tulang lutut dari samping, memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai struktur anatomi.
      Perbedaan dalam prosedur yang diterapkan di berbagai fasilitas kesehatan dapat berdampak pada kualitas dan akurasi gambar yang dihasilkan dari radiografi tersebut, yang pada gilirannya dapat memengaruhi proses diagnosis dan pengobatan yang dilakukan. Artikel ini dapat membantu menyusun panduan standar untuk meningkatkan konsistensi dan kualitas pemeriksaan radiografi untuk dislokasi lutut dengan mendokumentasikan dan menganalisis prosedur yang ada.
      Dapat diambil contoh pada suatu kasus seorang wanita berusia dua puluh tahun jatuh dari tangga sekitar dua meter tinggi. Dia kesulitan berdiri setelah jatuh karena lutut kirinya sangat sakit. Pemeriksaan fisik awal ketika tiba di rumah sakit menunjukkan bahwa lutut kiri mengalami deformitas yang terlihat jelas, dengan pembengkakan yang signifikan dan ketidakmampuan untuk menggerakkan lutut. Dokter menduga dislokasi genu berdasarkan gejala klinis ini dan memutuskan untuk merujuk pasien ke radiologi dan melakukan pemeriksaan radiografi dengan proyeksi AP dan Lateral untuk memastikan diagnosis.
Hasil dan PembahasanÂ
- Hasil Citra dan PembahasannyaÂ
      Prosedur pemeriksaan genu dengan indikasi klinis dislokasi dilakukan dengan menggunakan prosedur pemeriksaan genu rutin proyeksi AP dan Lateral dengan posisi pasien supine disebabkan karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan prosedur pemeriksaan dilakukan dalam posisi erect. Proyeksi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memvisualisasikan celah femorotibial joint dan  patellofemoral joint yang terbuka dan aspek lateral dari knee joint. Kriteria citra untuk prosedur pemeriksaan genu dengan indikasi klinis dislokasi, yaitu harus memvisualisasikan dislokasi dengan jelas dan anatomi seperti os patella, bagian dari os tibia, os fibula, dan os femur, condyles serta epicondyles medial dan lateral. Untuk mendapatkan hasil citra dengan detail yang jelas, maka pemilihan faktor eksposi yang tepat harus dilakukan.
Â
- Faktor EksposiÂ
      Faktor eksposi merupakan faktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas radiasi yang diterima pasien. Faktor eksposi meliputi kVp, mA, ms, mAs, dan SID. Faktor eksposi memengaruhi kontras pada hasil citra yang nantinya akan berpengaruh dengan detail anatomi pada hasil citra.  Menurut Bontrager, pemeriksaan genu dilakukan dengan menggunakan tegangan sebesar 65 kVp dengan SID 100 cm. Pada pemeriksaan pada pasien dengan indikasi dislokasi ini, faktor eksposi yang digunakan yaitu 65 kVp, SID 100 cm,  250 mA. 32 ms, dan 8 mAs setelah mempertimbangkan ketebalan pasien dan didapatkan hasil citra dengan kontras yang mampu menampilkan detail anatomi pasien yang baik.Â