Toxic parents mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi negatifnya (terutama marah). Responnya terlalu berlebihan ketika mengetahui anak melakukan kesalahan di mata orang tua, biasanya dengan dalih mendisiplinkan anak. Kemarahan orang tua sering tidak dapat diperkirakan dan cenderung keras seperti reaktif memukul, memaki, atau melakukan tindakan kekerasan lainnya.Â
4. Terlalu mengontrol/mengaturÂ
   Anak terlalu dikontrol oleh toxic parents dengan memberikan aturan-aturan yang terlalu kaku dan ketan untuk anak. Apa yang harus dilakukan anak, kapan dan bagaimana anak harus melakukannya harus sesuai dengan aturan orang tua. Pada level anak yang mulai menginjak remaja, toxic parents akan selalu mencampuri urusan pribadi anak.Â
5. Sering menyalahkan dan mengkritik anak berlebihan
   Toxic parents akan sering menyalahkan anak dan mengkritiknya berlebihan, meskipun anak sudah berupaya semaksimal mungkin. Bahkan anak bisa menjadi kambing hitam kesalahan kalau orang tua toxic tidak mendapatkan anak berperilaku sesuai harapan.  Toxic parents selalu mencari-cari kesalahan anak dan tidak mampu untuk menghargai anak. Bahkan pada jangka panjang toxic parents akan mengungkit-ungkit kesalahan anak.Â
6. Sering mempermalukan anak
   Toxic parents akan cenderung sering membuat malu anak dengan memaki, mengejek, menyindir, merendahkan atau meneriaki anak di depan orang lain, terutama kalau anak melakukan kesalahan. Anak pun menjadi merasa sangat malu.Â
7. Merasa bersaing dengan anak
  Ketika anak senang atau bahagia bila berhasil, toxic parents justru akan mengabaikannya, tidak menyemangati atau mengapresiasi, dan merasa tidak senang.Â
Hyper Parenting
Dalam pola asuh hyper parenting, orang tua memiliki kontrol mutlak pada anak dalam berbagai urusan. Anak intinya dituntut terlihat sempurna dan sukses namun mengabaikan perasaan anak. Bagaimana ciri-ciri hyper parenting?