Karya : Retno Untari, S.Pd.
Tatapannya nanar, seolah-olah tertampar.
Matanya kosong tiada arti.
Senyumnya pun bahkan kian memudar.
Hingar bingar tawanya seakan hilang tergerogoti.
Jiwa yang rindu bangku sekolah kini kian terdampar.
Tergantikan gelak tawa hanya dengan sebuah emoji.
Kertas-kertas tak lagi berharga.
Buku-buku digantikan dengan sosial media.
Kebebasan berekspresi pun terenggut jiwanya.
Bahkan kini tak lagi bertemu sapa.
Tak saling mengenal satu diantara lainnya.
Sesama teman ataupun dengan gurunya.
Kelas-kelas jadi membisu.
Inilah cerita generasiku.
Sebuah ironi bangku sekolah jaman korona.
Berhari, kemudian berminggu, berbulan adanya.
Semua berjibaku dengan kuota.
Tak hanya murid gurupun juga.
Ironinya bangku sekolah jaman korona.
Tak ada keceriaan di antara kita.
Bebal, sebal, menjenuhkan dan mematahkan sebuah asa.
Begitulah ironi bangku sekolah jaman korona.
Semoga tak lagi lama semua akan kembali seperti semula.
Pada bangku sekolah yang hakikatnya kita rindukan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H