Selama 11 tahun berjualan, tentu Pak Kumis tahu bagaimana cara menyajikan kopi yang baik dan benar. Menurutnya, kopi hitam itu tidak akan matang jika airnya tidak mendidih, sedangkan termos yang digunakan berjualan berkualitas standar jadi airnya hanya mendidih selama 4 jam. Lebih dari itu sebenarnya air tersebut tidak bisa dipakai untuk kopi hitam, maka dari itu Pak Kumis selalu membawa kompor portable untuk memasak air. Pak Kumis menjadi satu -- satunya starling di HI yang mempunyai kompor portable.
Menjadi starling ini hanya mempunyai 1 tantangan, yakni satpol PP. Karena ya memang starling ini melanggar aturan, starling dianggap mengganggu pengguna jalan troroar. Ketika ada razia oleh Satpol PP maka para starling hanya bisa lari pontang -- panting menghindari kejaran, bahkan tak jarang dagangan mereka berjatuhan karena mereka lari dengan sangat tergesa-gesa.
Banyak perubahan yang terjadi di HI yang menyebabkan omset para starling turun, mereka harus mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk dikirimkan kepada keluarga. Mereka dituntut memenuhi kebutuhan hidup keluarganya di kampung halaman, dan menjadi starling ini merupakan jalan yang mereka pilih. Bahkan, Pak Kumis berprinsip selama dia masih diberi keselamatan dia akan terus menjadi starling. Keputusan tersebut di ambil sebagai hasil dari renungannya di setiap malam. Pak Kumis percaya bahwa rezeki itu pasti ada dan mana saja.
"Rejeki itu kadang -- kadang nggak bisa ....Ah nanti aku jam 7 pasti rame. Nggak bisa. Aneh, kadang -- kadang. Aneh. Mustahil. Aneh. Rejeki itu datangnya mustahil, tapi kalau kita percaya sama Allah, itu nggak aneh," ucap Pak Kumis.
emoga para starling di seluruh Indonesia tetap bertahan sebagai sebuah kearifan lokal dan terus hidup sebagai sebuah mata pencaharian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H