****
"Bismillah" Aku mengucap basmalah dan do'a sebelum makan, ketika akan menyuapi Mas Agha. Kulihat matanya berair, begitu mendengar ucapan basmalahku. Natah kenapa, aku tidak tau.Â
"Hufft, kenapa rasanya kosong banget ya?" Celetuknya.
"Apanya yang kosong, Mas?" Aku tak mengerti dengan celetukannya.Â
"Di dalam sini, terasa ada yang kosong. Tapi aku nggak tau apa itu" Menunjuk dadanya sendiri.Â
Tiba-tiba suasana menjadi canggung.Â
"Ehem" Aku berdehem untuk menghilangkan kecanggungan ini.Â
"Mas mau hatinya nggak kosong lagi?" Mas Agha mengangguk. Aku tersenyum bahagia. Aku merasa, Allah telah memberikan hidayah pada suamiku melalui musibah ini. Semoga saja memang benar.Â
Satu kali menyuapi Mas Agha, satu kali juga aku menyuapi diriku sendiri. Begitu terus hingga nasi serta lauk pauk di piring habis.Â
Selesai sarapan, aku langsung menyuruh Mas Agha meminum obat dari dokter. Agar luka bekas operasinya cepat sembuh. Kemudian kuajak ia ke ruang keluarga.Â
"Nanti malam, kamu harus tidur di kamar, jangan disini, dingin" Ucap Mas Agha.Â