Dan aku hanya bisa memberikan layar HP yang berisi hasil ketidaklulusan ku itu.Â
Mamaku membacanya dan berkata "Sdah gapapa, jalur mandiri masih ada. Ini mungkin belum lagi rezekinya kamu nak. Sabar aja, pasti ada jalannya nanti. Nanti coba di jalur mandiri ya. Sekarang istirahat, dan jangan terlalu dipikirin apa yang terjadi di hari ini," sambil mengelus kepalaku.Â
Aku merasa bersalah sekali kepada kedua orangtuaku, karena mereka sangat mengharapkan kata lulus.Â
Di saat mamaku keluar dari kamarku, di situlah aku menangis sejadi-jadinya dengan pelan.
Setelah seminggu lebih aku berlarut-larut dalam kesedihan itu , lalu aku membersihkan diri dan sebagainya.Â
Aku bangkit, dan mencari-cari info tentang jalur mandiri. Aku mendapatkan info jalur mandiri di Universitas Andalas gelombang pertama.Â
Ketika itu, syaratnya hanya nilai UTBK saja dan aku mendaftarkan diri ke sana dengan dikenai biaya sebesar 300.000 rupiah.Â
Di gelombang pertama ini, aku memilih pilihan satu di jurusan ilmu komunikasi lagi dan pilihan kedua di jurusan ilmu politik. Â Tetap saja, ternyata hasilnya tidak lulus.Â
Begitu juga dengan jalur mandiri Universitas Andalas gelombang kedua aku juga mendaftarkan diri ke sana.Â
Pembayarannya tetap sama, 300.000/gelombang. Untuk di gelombang kedua ini, pemilihan pertama tetap jurusan ilmu komunikasi dan pilihan kedua jurusan bahasa Jepang.
Ketika itu, saat mandiri gelombang kedua di Universitas Andalas di buka, jalur mandiri untuk Universitas bagian barat juga dibuka (SMMPTN-barat).Â