Mohon tunggu...
Octorina Respatiningdyah
Octorina Respatiningdyah Mohon Tunggu... Swasta -

Pelancong jalanan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jelajah Chiang Rai

17 April 2017   09:02 Diperbarui: 17 April 2017   18:00 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki kuil kita akan melihat banyaknya patung tangan manusia yang terentang keatas sedang meminta tolong, ini merupakan lambang penyiksaan dineraka akibat perbuatan buruk semasa didunia. Selanjutnya kita akan melewati jembatan yang dibawahnya terdapat kolam besar yang berisi ikan putih dan air mancur. Kolam ini melambangkan sungai pemisah dunia fana dan surga.

Dibagian dalam kuil kita akan dikejutkan dengan gambar gambar didinding yang sangat modern. Pahlawan masa kini dalam film fiksi ilmiah seperti Keanu Reeves memegang senjata laser, susunan planet bahkan super hero masa kini. Sayangnya pengunjung dilarang mengambil gambar dinding tersebut.

GOLDEN TRIANGLE

Selepas mengunjungi Wat Rong Khun saya bergegas kembali ke terminal bis 1 untuk mencari angkot menuju destinasi selanjutnya Golden Triangle. Meskipun didaerah pegunungan, siang itu panas Chiang Rai sangat menyengat. Bahkan penduduk lokal mengeluh bahwa suhu panas seperti saat itu belum pernah terjadi sebelumnya.

Sebuah minivan dengan tarif B50 ngetem sekitar 1 jam untuk mencari penumpang hingga penuh. Disebelah saya seorang mahasiswi jurusan gizi duduk gelisah dan bergumam ‘ I’m late’. Kami ngobrol untuk menghilangkan gelisah karena lama menunggu. Saya perhatikan penampilan mahasiswi ini. Rambut dicat pirang, berkaos dan bercelana jeans dengan beberapa bagian yang robek. Dandanan seperti ini tidak akan kita jumpai dikampus kampus tanah air. Sekitar pukul 12 minivan pun berangkat. Sebelum turun gadis itu mengucapkan ‘good luck’ sambil tersenyum.

Perjalanan menuju Golden Triangle sekitar 2 jam. Air conditioning didalam minivan sangat dingin mengimbangi cuaca panas diluar. Golden Triangle terletak dipertemuan sungai Ruak dan sungai Mekong di kota Chiang Saen. Selama ratusan tahun komoditas utama yang diperdagangkan adalah batu,giok dan kayu jati. Dikenal juga sebagai ladang opium terbesar didunia pada tahun 1950 an dengan area seluas 950.000 km2 yang membentang di tiga wilayah yaitu Thailand,Laos dan Burma. Awalnya orang orang China yang mengenalkan tanaman opium. Para penjajah Inggris yang memperkenalkan obat bius, mendorong budi daya poppy yang menghasilkan opium untuk pasar China. Keuntungan dari bisnis ini memperkaya British East India Company dan pemerintah Inggris saat itu. 70% heroin didunia pada waktu itu berasal dari wilayah ini. Dibawah kekuasaan Khun Sa wilayah ini bak sebuah negara didalam negara.

Kerajaan Thailand berulangkali memerangi kerajaan opium Khun Sa tapi selalu gagal. Cara kekerasan dengan mengerahkan tentara tidak pernah berhasil. Kemiskinan didaerah itu menyebabkan masyarakat lebih memilih berbisnis opium yang memang lebih menghasilkan. Hingga di tahun 1980 an ibu Suri yang bergelar Mae Fah Luang yang berarti Ibu Kerajaan langit, membuat yayasan untuk memerangi opium dengan tidak menggunakan kekerasan. Mereka merebut hati rakyat dengan pemenuhan isi perut. Ditunjang budaya masyarakat yang menghormati ibu Suri, keluarga kerajaan,mengagungkan angka 9 dan kepercayaan kepada Budha maka secara perlahan pertanian opium berkurang. Khun Sa menyingkir ke Burma dan meninggal disana. Tapi ada juga yang mengabarkan bahwa Khun Sa bertobat dan menggunakan kekayaannya untuk berbagai kegiatan sosial.

Banyak yang memperdebatkan apakah Khun Sa seorang penjahat atau seorang pemberontak. Dia mendirikan kerajaan opium karena melihat kemiskinan didaerah tersebut yang tidak tersentuh oleh kebijakan kesejahteraan kerajaan Thailand.

Sisa kejayaan opium ini bisa kita saksikan di Hall of Opium yang didirikan oleh Patcharee Srimathayakun pada tahun 1990. Lulusan fakultas pendidikan Universitas Chulalongkorn-Bangkok ini hobi mengkoleksi barang antik. Didalam museum dipamerkan aneka jenis tanaman opium, peralatan yang dipakai, pola hidup , mata uang, peralatan pertanian dan perikanan serta efek opium pada manusia. Ada juga penjara bagi para pelanggar atau yang berani melawan kebijakan Khun Sa. Suasana redup dan temaram seakan menggambarkan kehidupan yang kelam pada masa itu.

Kita bisa menyeberangi sungai Mekong menuju Don Sao diwilayah Laos dengan tarif perahu B700 untuk perjalanan 1 jam. Dipinggir sungai yang memasuki wilayah Burma berdiri kasino yang katanya dimikili oleh warga Thai. Dari seorang tour guide yang memandu turis dari Malaysia, wilayah sepanjang sungai itu akan dibangun sebagai kawasan international. Sayangnya pemerintah provinsi Chiang Rai tidak memiliki cukup dana. Untuk mendapatkan dana segar maka kawasan itu disewakan kepada pengusaha dari China selama 99 tahun, sebagaimana lama sewa Inggris terhadap Hong Kong.

Dibelakang House of Opium ditempat yang lebih tinggi terdapat sebuah Vihara tua yang terbuat dari kayu. Panel ukiran tentang kehidupan Budha menghiasi setiap pintu. Disampingnya terdapat sebuah arca Budha tanpa kepala yang konon dari tahun 1302 B.E. kepala arca itu lenyap ketika terjadi banjir besar. Sebeluumnya tidak ada yang mengetahui bahwa ditempat itu terdapat arca Budha. Setelah banjir surut masyarakat yang membersihkan daerah itu menemukan arca tanpa kepala tersebut yang terus dirawat dan dipuja hingga sekarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun