Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Piala Dunia U-20 Batal, Pukulan Telak Bangsa Indonesia

30 Maret 2023   17:00 Diperbarui: 3 April 2023   08:58 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian dengan kondisi seperti ini dan apabila tetap terus seperti ini, agenda olahraga apapun yang bertaraf dunia, Indonesia tidak akan pernah bisa menjadi tuan rumah. Karena selama perhelatan itu bertaraf dunia, ada potensi Israel akan ikut serta. 

Dan selama negara dan orang-orang di dalamnya tidak berstandar ganda, berarti kita tidak akan pernah bisa menjadi penyelenggara karena tidak bisa menerima kehadiran kontingen Israel. Bahkan federasi olahraga dunia pun sudah akan berpikir diawal kalau Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah, tentu ini jadi kerugian besar bagi perkembangan olahraga Indonesia, dan daya saing kita dalam peyelenggaraan kompetisi tingkat dunia.

Belum lagi potensi sanksi dari FIFA yang masih akan didiskusikan lebih lanjut. Melihat dari hubungan ketua PSSI, presiden Indonesia, dan presiden FIFA saat ini, sepertinya kalaupun ada sanksi tambahan yang akan dijatuhkan, penulis yakin tidak akan terlalu berat. Tetapi tetap saja mungkin akan berpengaruh pada atmosfer sepakbola nasional, padahal pelaku sepakbola dan penikmat sepakbola di Indonesia ini sangat besar. Entah bagaimana kerugian yg akan didapat masih harus menunggu keputusan sanksi, tetapi potensi itu jelas ada.

Dari segi ekonomi dan keuangan negara, di tengah kondisi global yang sampai saat ini masih belum stabil sejak munculnya pandemi covid-19, pemerintah telah menggelontorkan dana yang tidak sedikit dalam rangka mempersiapkan piala dunia U-20 ini. 

Mulai dari renovasi besar-besaran terhadap stadion venue piala dunia dan lapangan latihnya di 6 kota tuan rumah. Anggaran pembinaan, belum anggaran khusus untuk eventnya yg semuanya berujung pada pembatalan. Memang untuk renovasi stadion bukan sebuah kesia-siaan karena tentu saja bisa dipakai oleh tim sepak bola pada liga dalam negeri, setidaknya meningkatkan level standar liga di Indonesia. Tetapi anggaran lain yang juga tidak sedikit dalam rangka persiapan ini pada ujungnya hanya berakhir sia-sia.

Sebagai gambaran kerugian ekonomi dan keuangan negara, dari beberapa sumber berita yang penulis baca. Modal yg dikeluarkan untuk persiapan diperkirakan mencapai 1,4 trilyun. Tentu tidak semuanya akan dianggap kerugian, karena semisal anggaran renovasi tetap ada hasil yang bisa dinikmati kedepan. Tetapi tetap tidak sedikit yang sia-sia. Juga andaikata keputusan sanksi menyebabkan liga berhenti, akan ada potensi kerugian lain yang muncul. 

Belum lagi hilangnya potensi pendapatan luar negeri dari turis yang akan mendukung tim mereka (walaupun tidak akan seramai piala dunia senior). Dan jangan lupa potensi perputaran ekonomi dalam negeri selama terselenggaranya piala dunia U-20 ini melihat masyarakat penikmat sepakbola di negara ini sangat besar. Semua potensi ini pada akhirnya hilang dan tentu menjadi hitung-hitungan kerugian perekonomian negara.

Dari sisi politik luar negeri dan diplomasi ternyata Indonesia bisa merugi. Sisi ini yang beberapa hari belakangan menjadi perdebatan sengit diantara dua kubu yang menerima Israel bermain dan yang menolak.

Penulis baca penolakan setidaknya didasarkan pada 2 alasan: pertama untuk mengamalkan pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”, yang lainnya atas dasar bentuk simpati dan empati kepada Palestina karena persamaan agama, sesama saudara seiman, di mana kedua alasan ini menghasilkan penolakan, seolah apabila Israel diijinkan masuk dan bertanding di Indonesia diartikan menerima bahkan mendukung penjajahan. Namun benarkah demikian?

Penulis sih secara pribadi masih belum bisa memahami bagaimana hubungan sebuah kompetisi sepakbola sebagai sebuah bentuk dukungan atau pengakuan atas penjajahan. Padahal olahraga terutama sepakbola dikenal sebagai jalan ampuh penyelesaian konflik. Buktinya, negara boleh berkonflik tetapi ketika dipertemukan dalam rangka olahraga, semua bisa berpesta berpesta Bersama dan tentu ini jalan masuk untuk perdamaian.

Penafsiran dari pembukaan UUD pun agaknya juga masih berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ini pula yang kemudian menjadi perdebatan dan terpecahnya setidaknya dua pandangan apakah menerima kehadiran timnas Israel adalah sebuah pengakuan terhadap penjajahan dan apakah itu berarti melanggar pembukaan UUD 1945. Terlepas dari perdebatan dan perbedaan penafsiran itu, nyatanya penolakan yg keras ini menjadi satu masalah yang akhirnya menjadi petaka bagi Indonesia sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun