Anies Baswedan sudah terlanjur berjanji "melindungi" warga dan pemukiman  bantaran sungai dari penggusuran (sebagai bahasa lain dari relokasi). Sedangkan kenyataanya (atau setidaknya menurut penilaian banyak pihak dan penulis sendiri) relokasi untuk normalisasi sungai dan bantaran diperlukan agar penanganan lebih efektif.
Kalau sampai beliau berubah sikap, mau dengan apapun bahasa halus yg bisa beliau lontarkan kepada warga juga tetap akan mengecewakan warga bantaran jika sampai mereka harus dipindah (atau digeser atau apapun istilahnya).
Padahal dalam soal relasi, kita tahu bahwa kekecewaan bisa berakhir lebih mengerikan dibanding penolakan. Karena kekecewaan berasal dari harapan atau kepercayaan yang dikhianati.
Relokasi pemukiman bantaran untuk normalisasi sungai dan bantaran masih jadi opsi yang menjanjikan untuk mengatasi masalah klasik banjir di jakarta. Meski tentu bukan itu saja yang harus dilakukan.
Permasalahannya gubernur Anies terlanjur menutup opsi itu sejak janji kampanye beliau di 2017 lalu. Beliau menjual mahal opsi ini untuk suara pendukung di wilayah bantaran.
Pertanyaannya, kalau memang relokasi dan normalisasi ini sangat diperlukan dalam penanganan banjir di Jakarta, akankah Anies berani mengorbankan janjinya demi kebaikan warga Jakarta yang lebih banyak? Akankah Beliau berani "mengkhianati" sebagian pendukungnya demi semua warganya?
Apakah seorang Anies Baswedan berani mempertaruhkan harga diri demi membeli kembali opsi yang pernah beliau jual soal relokasi dan normalisasi?
Ataukah warga jakarta harus sabar menunggu gubernur baru yang tak memiliki hutang janji melindungi warga bantaran dari relokasi sembari bisa menikmati banjir dan berpikir positif saja bahwa hujan juga nikmat yang Tuhan berikan
Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H