Pada akhirnya, walaupun seks bukanlah pemikiran dan pandangan yang tepat dalam kita mempersiapkan dan melihat sebuah kehidupan pernikahan, nyatanya seks menjadi faktor penentu dalam menjalani kehidupan pernikahan. Bukan dalam hal yang bertolak belakang, tapi berbanding lurus.
Ketika ekspektasi soal seks sudah keliru dari awal mempersiapkan pernikahan, terlalu over, khayalan terlalu tinggi, dan kemudian menjalani kehidupan pernikahan ternyata berbeda. Dari situ lah bibit poligami (tak puas dengan satu pasangan), bibit perselingkuhan, bibit perselisihan karena tak ada keintiman akan muncul.
Tulisan saya ini tak bermaksud menggurui, karena penulis sendiri belum beristri. Penulis hanya menyampaikan kembali pengalaman yang pernah orang lain sampaikan, edukasi yang penulis dapatkan serta pelajari sendiri.
Seks bukanlah sesuatu yang seharusnya tabu untuk dibahas, karena ketidaktahuan malah akan menghasilkan kekeliruan. Begitu juga rasa penasaran yang tak diedukasi dengan tepat akan dipuaskan melalui sumber (yang bisa saja) keliru yang akan menghasilkan pemahaman, ekspektasi, dan imajinasi yang keliru juga.
Bagi orang tua yang memiliki anak telah menginjak remaja atau dewasa, dan merasa belum pernah memberikan edukasi seks yang baik, mungkin ini saat yang tepat sebelum terlambat.
Edukasi seks bisa menjadi satu bekal sangat baik bagi seseorang dalam persiapan menikah. Ingat, pernikahan bukan hanya soal anggaran, gedung dan undangan. Tetapi pernikahan adalah tentang kehidupan bersama.
Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H