Poligami kan bisa diterima demi menghindari zina. Ya bukankah lebih baik jika jangan sampai ada pikiran zina? Jadi ga perlu ada pikiran buat poligami tho?
Apakah dengan menerima itu akan menghilangkan pikiran zina lainnya lagi? Atau tinggal poligami lagi? Begitu terus? Maaf jika konsep-konsep ini sedikit sensitif atau berbeda atau malah bertentangan dengan keyakinan yang lain. Saya tak bermaksud mempertentangkan.
Saya kok meyakini pada dasarnya seseorang ingin memiliki lebih dari satu pasangan sah bukan semata-mata masalah hati, atau masalah perut, tetapi di bawah perut (anda tahu sendiri) yang tak merasa puas dengan pasangannya saat ini.
Mungkin juga bukan karena salah pasangannya, bisa jadi dia sendiri yang berekspektasi terlalu tinggi, mungkin terlalu banyak menonton film yang jelas-jelas settingan. Di video 1 jam 2 jam never ending, Â ekspektasi dengan pasangannya juga jadi segitu lama. Padahal dianya sendiri mungkin 5 menit sudah angkat bendera putih.
Bukan masalah 5 menitnya sebenarnya atau pasangannya yg salah. Ekspektasi dia sendiri yang rusak. Atau mungkin kebanyakan melihat adegan "satu vs banyak", repot dah itu pikiran.
Padahal ketika menerima dan menikmati hubungan dengan cara yang benar, seberapa lama "waktu tempur" tak terlalu jadi masalah. Keintiman dengan satu pasangan sah tetap akan dinikmati, sekaligus mendapat nilai ibadah pula. Kurang apa lagi coba.
Menurut beberapa sumber yang pernah saya baca, pada dasarnya kehidupan seksual bersama pasangan sah (suami atau istri) menjadi titik poin penting bagaimana pernikahan akan bertahan.
Masalah perceraian sebenarnya tak jauh dari urusan seks. Masalah ekonomi, perbedaan pendapat, sampai perselingkuhan dan yang lainnya hanya faktor pengikut masalah perceraian.
Urusan seks sekali lagi bukan semata-mata tentang bagaimana "kemampuan tempur" dibanding orang lain yang didapat lewat video-video dan film-film. Itu di-setting, entah berapa kali take untuk mendapat satu alur film utuh.
Urusan seks lebih ke bagaimana kita menikmati diri kita, menikmati tubuh kita, menikmati tubuh pasangan (suami atau istri) apa adanya dan bersyukur tentang itu.
Ketika bisa sampai pada poin mensyukuri dan menikmati kehidupan seksual dengan pasangan, keharmonisan dan keintiman akan terus terjaga dan tumbuh. Setiap masalah bisa dikomunikasikan dengan baik, dan tentu saja perselingkuhan tak akan terjadi. Karena kita telah mensyukuri dan puas dengan pasangan sendiri.