Setidak-tidaknya jika data yg penulis maksud tidak ada, pasti mereka juga mempertimbangkan hasil quick count yang dikeluarkan berbagai lembaga survei yang kenyataanya mengunggulkan calon lawan. Tidak mungkin tim pemenangan yang terdiri dari orang-orang cerdas ini tidak mempertimbangkan berbagai kemungkinan.Â
Lalu mengapa tim sukses atau tim pemenangan merilis data calonnya unggul padahal posisi banyak lembaga survei yang lain menunjukkan hasil sebaliknya? Ya jawabnya sederhana, tim sukses mana yang ingin menunjukkan secara lebih cepat jika junjungannya kalah sebelum hasil resmi dikeluarkan. Apalagi jika pertarungannya sengit dan berbeda tipis, pasti setiap tim sukses akan membangun image ke publik bahwa calonnya yang akan atau sudah pasti menang.Â
Balik lagi ke logika awal, untuk masyarakat bisa tahu tim sukses mana yang yakin benar-benar akan menang, secara sederhana lihatlah pada ketenangan dan "polah" mereka menunggu hasil resmi keluar. Tetapi jangan dianggap hal pasti.Â
Lalu kalau tim sukses sudah bermain dengan data hitung cepat, kenapa calonnya harus sampai membuat klaim kemenangan? Padahal bisa menjadi hal yang memalukan jika hasilnya berbeda. Bahkan sebelum hasil resmi keluar pun banyak pihak akan memandangnya tidak etis.Â
Alasannya ya kembali lagi untuk menguatkan apa yang tim sukses kerjakan. Biasanya dalam pertarungan yang sengit, tim kerja akan membuat rencana bahkan memang sudah mempunyai skenario dari awal untuk mengusahakan jalur lain jika hasil perhitungan resmi dinyatakan kalah, misalnya menggugat ke mahkamah.Â
Nah, klaim kemenangan punya peran penting setidaknya untuk membuat image atau meyakinkan publik terlebih dahulu bahwa mereka pada posisi menang sehingga ketika nanti hasilnya keluar dan mereka dinyatakan kalah serta dilanjutkan dengan memasukkan gugatan, usaha ini bisa diterima dan bahkan akan mendapat support dari masyarakat, apalagi pendukungnya.Â
Logika sederhananya jika seseorang sudah sangat yakin pasti menang dalam sebuah kompetisi, kemudian dinyatakan kalah, pasti sangat bisa dimaklumi jika dia mempersoalkan kekalahannya.Â
Bayangkan bila dari awal tim sukses sudah menunjukkan hasil kalah, kemudian calonnya menunjukkan sikap legowo. Dan saat hasil resmi keluar dan benar demikian, kemudian mereka mengajukan gugatan? Apa tidak lebih memalukan? Apakah akan ada kepercayaan masyarakat dan pendukungnya terkait gugatannya? Yang ada hanya akan dipandang sebagai usaha putus asa untuk mencoba mengubah situasi.Â
Namun ada hal unik dalam pemilu Amerika. Donald Trump membuat klaim kemenangan, tetapi langsung diikuti oleh permintaanya untuk menghentikan penghitungan. Hal ini bisa memunculkan setidaknya dua makna. Pertama bisa dimaknai sebagai bentuk optimisme dan kepercayaan diri yang tinggi bahwa penghitungan lanjutan tidak akan mengubah hasil. Atau makna kedua yang menurut penulis lebih tepat bahwa Trump melakukan blunder karena permintaan penghentian perhitungan menunjukkan ketakutan Trump bahwa hasil final perhitungan akan berbeda dengan klaimnya. Semangat yang berlawanan dari klaim kemenangan.Â
Kenyataannya klaim kemenangan, kemudian permintaan penghentian penghitungan suara, diikuti lagi dengan rencana Trump sendiri yang dia sampaikan ke publik jika dia akan segera mengajukan gugatan ke mahkamah, bahkan sebelum hasil resmi keluar.Â
Ini malah semakin menguatkan asumsi bahwa Trump sangat ketakutan akan hasil final, yang berarti dia sendiri sudah mengetahui kemungkinan terbesar dari hasil final dia akan kalah. Dari mana bisa tahu? Ya balik lagi diawal pembahasan, dari data-data yang dikumpulkan saksi dan diolah tim pemenangan.Â