Wahai, terlalu pagikah ku kutok pintuMu?
Ku tahu, bahkan bumi pun masih terlelap, sepagi gelap ini
Karena aku pun tak tahu, apa ini sebuah pilihan yang kewarasannya mampu kumaklumi
Â
Di luar, hujan masih menyisakan rintik
Tetapi tentu ini bukanlah rintik rintik penghabisan
Di pagi sebuta ini, tanpa ada sisa bias bulan, bakhan kerlip bintang gemintang,
Desah angin adalah bahasa sabar
Â
Dan aku hanya ingin mengadu di pintuMu
Sepagi ini, biar saja kalau mereka menilaiku cengeng
Toh aku bukanlah seekor kucing.
Aku hanyalah seonggok pasir, yang lupa pulang pada tanah, karena angin yang tak berhenti berdansa
Denganku
Â
Wahai, terlalu pagikah?
Aku sedang menua pada waktu,
Dan aku ingin di pintuMu berjaga.Â
Itu saja.
(Kami sudah matikan televisi dan lampu kamar untuk menghemat energi, karena kami tahu, tidak baik merampok masa depan anak cucu)
Â
Gang Kabel, pagi pagi Maret 2016
~Resh Romero
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H