Mohon tunggu...
Resh Romero
Resh Romero Mohon Tunggu... freelance -

simple way ~ penyuka teh manis, sandal jepit dan biru : pada laut, pada langit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wahai, Aku di PintuMu

2 Maret 2016   11:41 Diperbarui: 2 Maret 2016   11:48 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai, terlalu pagikah ku kutok pintuMu?

Ku tahu, bahkan bumi pun masih terlelap, sepagi gelap ini

Sedang aku berjaga,

Karena aku pun tak tahu, apa ini sebuah pilihan yang kewarasannya mampu kumaklumi

 

Di luar, hujan masih menyisakan rintik

Tetapi tentu ini bukanlah rintik rintik penghabisan

Di pagi sebuta ini, tanpa ada sisa bias bulan, bakhan kerlip bintang gemintang,

Desah angin adalah bahasa sabar

 

Dan aku hanya ingin mengadu di pintuMu

Sepagi ini, biar saja kalau mereka menilaiku cengeng

Toh aku bukanlah seekor kucing.

Aku hanyalah seonggok pasir, yang lupa pulang pada tanah, karena angin yang tak berhenti berdansa

Denganku

 

Wahai, terlalu pagikah?

Aku sedang menua pada waktu,

Dan aku ingin di pintuMu berjaga. 

Itu saja.

(Kami sudah matikan televisi dan lampu kamar untuk menghemat energi, karena kami tahu, tidak baik merampok masa depan anak cucu)

 

Gang Kabel, pagi pagi Maret 2016

~Resh Romero

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun