Tanpa kusadari tanganku mulai mulai mengelus lembut pipi putih milik Jun. Tanganku mulai turun dan berhenti pada tengkuk jenjang milik Jun.
Chup
Tanpa kusadari pula aku mencium sekilas bibir Jun, aku rasa itu bisa membuat Jane tenang di dalam sana, tapi yang kudapat adalah sebuah kejutan.
Chup
Sebuah ciuman yang singkat dari Jun. "Tamatlah kau Grace, kau ketahuan menciumnya diam diam" Batinku
"Kau... Kau belum mlmmhhh....." Perkataan ku terpotong karena Jun sudah membungkam mulutku dengan bibir ranumnya.
Entah mengapa aku tak ingin menolak ciuman yang diberikan Jun secara tiba-tiba itu, aku merasa nyaman. Kuputuskan untuk membalas ciumannya. Detik demi detik berlalu, tiap-tiap lumatan, hisapan, gigitan kami nikmati bahkan tak jarang Jun memasukkan lidahnya dan memainkan salah satu inderanya itu di dalam mulutku.
Aku ingin menyudahi semua kegiatan ini, kutarik pelan kepalaku, namun naas Jun dengan sigap meraih tengkukku dan menjilati bibirku kemudian menghisapnya tanpa henti. Bagus, kini aku merasakan bibirku membengkak.
"Jun, sudah hentikan, aku ingin tidur." Pintaku
"Siapa yang memulai duluan sayang?" Skak Matt. Apa yang harus aku lakukan huhuhu. Selepas mengatakan itu, ia terus saja menciumi, melumat bibirku seakan akan bibirku ini adalah permen terlezat di muka bumi. Apa yang harus aku lakukan huhuhu.
"Jun, tapi...." Ucapanku lagi lagi terpotong, tapi kali ini Jun tidak menciumku, tapi....