Mohon tunggu...
Raina Widy
Raina Widy Mohon Tunggu... Guru -

Terbuka dengan perbedaan pendapat rainawidy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Pertama dengan Traveloka

21 November 2017   09:14 Diperbarui: 21 November 2017   09:34 3759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, kami memutuskan pulang dulu ke rumah. Adik saya terus menelepon menanyakan tiket kepulangannya. Saya bingung harus bagaimana, kembali memesan tiket tapi dengan resiko uangnya raib lagi atau meminta orang lain untuk memesankannya.

Pilihan kedua membuat saya tidak enak untuk merepotkan orang lain lagipula siapa? Dalam kondisi kalut, pikiran mendadak buntu. Meminta bukti transfer ke bank yang bersangkutan juga tidak mungkin secepat itu, paling tidak harus menunggu Senin tiba. Sedangkan Senin adik saya sudah harus masuk kuliah seperti biasanya. Akhirnya, tanpa pikir panjang, saya tekan tanda batal membeli tiket untuk membuat pesanan yang baru. 

Setelah kembali agak waras, saya baru teringat seorang teman yang biasa memesankan saya tiket pesawat online. Dia menyarankan untuk menelepon customer service Traveloka. Di mana lagi mendapatkan nomor teleponnya karena dia juga tidak tahu. Di saat seperti ini, saya sadar pentingnya belajar, tidak bisa terus bergantung dengan orang lain.

Saya kemudian mencari informasi Traveloka di internet. Belum apa-apa saya sudah pesimis duluan untuk menghubungi customer servicekarena dari pengalaman yang sudah-sudah, berurusan dengan customer service dari fasilitas publik yang bersangkutan, harus menunggu lama dan seringkali hanya dijawab mesin operator atau dijawab dengan jawaban yang kurang meyakinkan apalagi hari sudah mulai beranjak malam.

Namun, tidak ada pilihan lain, saya tetap mencobanya. Yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana kembali memesan tiket bukan uang yang pergi entah kemana itu. Saya sudah ikhlas berhubung uang yang raib bukan uang saya.

Beberapa kali mencoba dengan menekan nomor ini itu, saya tersambung dengan operator yang bertugas. Lega sekali rasanya seperti menemukan bantuan setelah terdampar sendirian di pulau tak berpenghuni.

Saya menjawab semua pertanyaan yang berhubungan dengan tiket pesawat yang saya pesan sore tadi. Saya diminta menunggu selama kurang lebih satu jam untuk dilakukan pengecekan. Saya juga diberikan opsi untuk tetap memesan tiket atau uangnya dikembalikan. Saya memilih untuk tetap memesan tiket penerbangan yang sama.

Setelah kurang dari satu jam, saya dikabari bahwa belum ada dana yang ditransfer untuk pesanan tersebut . Saya kemudian bergegas kembali memesan tiket pada rute yang sama. Pada saat yang bersamaan, ayah saya pulang dari ATM bank sebelumnya bahwa jumlah saldonya tidak berkurang. 

Aduh! Perasaan saya berubah jadi kesal dan malu. Kesal karena sepanjang petang ini saya hanya mengurusi pemesanan tiket yang uangnya ternyata belum ditransfer. Ibarat masak dengan alat pemasak nasi listrik tapi lupa menekan tombol 'on' dan berharap nasi matang. Mungkin pepatah, "Jauh panggang dari api," cocok untuk menggambarkan keadaan saya waktu itu.

Malu dengan pihak Traveloka dan untungnya tidak bertetangga dengan customer service yang melayani keluhan saya. Kecerobohan, kekonyolan, atau apalah untuk menamainya, yang jelas apa yang kami lakukan itu sangat menguras energi dan pikiran. Tapi, kebodohan diri sendiri pantas untuk ditertawakan.

Saya tancap gas, kembali memesan tiket dan mentransfer pembayaran melalui ATM bank yang berbeda dari dua ATM bank sebelumnya. Tidak sampai sepuluh menit tiket saya terima dengan selamat, dikirim melalui aplikasi Traveloka langsung. Mudah sekali ternyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun