Wong BRS saja sudah mengakui kalau ada kenaikan harga yang dipicu oleh naiknya sebagian besar indek kelompok pengeluaran, di mana paling besar menyumbang kenaikan adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Jadi, ya ga usah menyalahkan diri sendiri teledor ngatur duit belanja.Â
Berpikir sudah bener ngatur budget sebulan buat pengeluaran, tapi kok yang dibeli untuk kebutuhan hari-hari ga sebanyak yang diharapkan. Apalagi kalau sampe terbersit pikiran nyalahin Tuyul, karena belum lagi habis bulan, eh... uang penghasilan sebulan ga ada sisanya. Kalau mau nyalahin "si pencuri", ya, itu tadi...inflasi yang jadi "biang keroknya".Â
Inflasi "mencuri" nilai tukar uang kita. Dulu dengan uang 50 ribu bisa membawa pulang 10 items bahan makanan, tapi sekarang mungkin cuma bisa bawa 6 sampai tujuh items saja. Barang yang dibeli ya sama-sama aja, buat ganjel perut seminggu atau satu sampai dua hari, terus distok di kulkas.Â
Bawang seperempat kilo mungkin, daging ayam ras, dan ikan sekilo, beras, telur, tomat, minyak goreng, dan mungkin buat para "ahli hisap" bahan pokok yang "wajib" dibeli adalah rokok. Entah itu rokok kretek atau rokok putih yang penting ngebul.
Kondisi di mana pendapatan tidak bertambah, trus nilai rupiah kemudian 'tergerus', menjadi PR lain dalam pengelolaan keuangan pribadi yang mengharuskan kita untuk lebih mengernyitkan dahi "melototin" pos-pos anggaran sambil merunut daftar apa saja yang sudah kita keluarkan.Â
Salah-salah pengelolaan, kepala juga bisa 'plontos' tanpa dicukur. Tidak seperti para relawan World Cancer Day yang mau plontos dengan sukacita karena tujuan selfie di tanggal 4 Februari.Â
Plontos gegara stres memikirkan detail pos mana lagi yang harus dipotong dan direalokasi untuk pemenuhan kebutuhan dasar menyangkut perut, ga bakalan asyik untuk diajak selfie di tanggal berapapun di bulan Februari.Â
Teknik "Pijat Keuangan Pribadi" sebagaimana yang ditulis sebelumnya, benar-benar harus rutin diterapkan. Tujuannya, agar "peredaran darah" jadi "lancar", rambut ga rontok, dan kepala ga pusing lagi jor-joran mencari penghasilan tambahan kalau hanya untuk mengisi perut yang tiap hari "teriak" minta diisi.
Hal lain yang kemudian bisa 'dilirik' untuk dilakukan adalah Optimalisasi aset pribadi. Nah, lo menarik kan untuk dibahas.Â
Optimalisasi aset pribadi dapat menjadi "obat" alami untuk mengatasi "kanker" alias kantong kering. Istilah keren dari ga ada duit padahal kebutuhan untuk bertahan hidup masih harus dipenuhi. Kebutuhan dasar alias kebutuhan fisiologis terkait makanan dan minuman, merupakan kebutuhan penting manusia yang wajib dipenuhi, bagaimanapun caranya.Â