Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Polikrisis Agroforestri (Wanatani) di Lahan Konversi

2 September 2024   17:56 Diperbarui: 2 September 2024   18:03 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar : dokumentasi pribadi 

Peningkatan Keberlanjutan: Praktik agroforestri meningkatkan keberlanjutan pertanian dengan mengoptimalkan penggunaan lahan, mempromosikan siklus nutrisi dari tanah dan mengurangi ketergantungan pada komoditas seragam/sejenis, dalam konsumsi pangan berpengaruh pada jenis nilai gizi yang tidak beragam, artinya perlu biaya lain untuk memenuhi keberagaman isi piring, ketika praktik agroforestri dilakukan, maka secara langsung menghemat pengeluaran untuk jatah makan (konsumsi sehari-hari secara rutin) hal ini karena dalam agroforestri memiliki keberagaman masa panen dari komoditasnya. 

V. Pelayanan Ekosistem dan Keberlanjutan Pangan dari Agroforestri (Wanatani) 

Intinya : Ekosistem menyediakan layanan seperti penyerbukan, pemurnian air, dan kesuburan tanah, mendukung produksi pangan yang berkelanjutan dan ketahanan lingkungan. 

Buku Agroforestry and Ecosystem Services memberikan perspektif ekologis bahwa interaksi yang kompleks antara relasi manusia dan lingkungan merupakan hasil dari pengumpulan pengetahuan lokal dan adaptasi budaya yang selalu berkembang yang dapat menunjukkan bahwa masyarakat masih sanggup mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, memnfaatkan sistem pertanian tradisional dengan konteks budaya untuk dapat memanfaatkan biodiversitas komoditas. 

Polikrisis Agroforestri (Wanatani) di Lahan Konversi 

Sumber video : Youtube Gastro Tourism Academy (dokumentasi pribadi berwanatani) 

World Economic Forum membuat laporan Era Polikrisis (Laporan Risiko Global di tahun 2023) yang secara umum mendefinisikan bahwa polikrisis adalah situasi ketidakstabilan berbagai sektor seperti : lingkungan, sosial, ekonomi, dan politik yang saling mempengaruhi secara bersamaan. Era polikrisis menyampaikan alarm kondisi buruknya dan rumitnya tantangan yang kompleks serta sulit diatasi jika diuraikan. Polikrisis mengumpulkan fakta dan realita atas banyaknya masalah bahkan dampak masalah global seperti krisis iklim, ketidakstabilan ekonomi, runyamnya kondisi dan banyaknya konflik sosial, bentroknya global geopolitik hingga rusaknya manajemen rantai pasok dunia yang akan menderitakan daya beli masyarakat dunia karena berebut sumber daya dimana yang berpenghasilan tinggi akan cukup aman namun masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah akan sangat merasa menderita dari tingginya harga-harga pangan untuk kebutuhan konsumsi harian, karena kebutuhan manusia saat ini bukan hanya urusan makan, tapi ada kebutuhan operasional lainnya seperti harga sewa tempat tinggal/cicilan rumah, asuransi kehidupan, dan pengaturan harta susut seperti kendaraan untuk mobilitas, jika harga pangan mahal dan sudah tidak terbeli bahkan tidak terjangkau (mahal) diakses, mampukan masyarakat membentuk kembali agforestri setelah lahan-lahan produktif pertanian tidak berkualitas karena sudah terdegradasi ? 

Polikrisis Agroforestri (Wanatani) 

Di Kabupaten Tasikmalaya sendiri, praktik agroforestri (wanatani) sudah mulai menyusut bahkan sudah tidak menarik bagi masyarakat pedesaan disebabkan lamanya panen sedangkan lahan subur warga diubah menjadi pertanian monokultur yang disewa atau dikontrak industri untuk komoditas yang cepat panen, misalnya : pepaya. Namun kesulitan lainnya adalah irigasi dan menurunnya kualitas tanah, hal ini berdampak membiayai perawatan komoditas monokultur ini menjadi mahal juga, karena harus menggunakan pupuk yang berkualitas dan masih menggunakan tenaga pekerja (buruh tani) yang perlu diupah dan disediakan konsumsinya. 

Polikrisis agroforestri dari beberapa masalahnya mencakup : 

  • Krisis lingkungan : sudah banyak proyek infrastuktur dan proyek strategis nasional yang mengubah lanskap agroforestri, hal ini memberikan dampak migrasinya/berubahnya mata pencaharian masyarakat, yang biasanya berkebun dan mendapat panen beragam komoditas, menjadi komoditas sejenis saja, hal ini menyebabkan kekakuan dalam potensi pertanian dan tidak tahan iklim. 
  • Sosial : konflik agraria (sengketa lahan serta kepemilikan lahan) akan sangat terasa untuk hubungan sosial antara masyarakat versus aparat/pihak pemilik modal (pemodal) yang menguasai lahan produktif yang akan diganti menjadi proyek perusakan lingkungan. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi terpinggirkan (kelompok marjinal) atas hak-hak kemanusiaannya yang dirampas. 
  • Ekonomi : menyoroti kekuatan daya beli masyarakat pedesaan dengan hilangnya komoditas beragam yang awalnya cuma-cuma didapatkan secara berkelompok dan sebagai pelestari, harus dituntut belanja dengan alat tukar (uang) untuk mendapatkan kebutuhan primer misalnya : sayuran, buah-buahan, bahkan makanan pokok dan sumber proteinnya. Hal ini cukup ironis karena hilangnya kontrol ekologi dalam pelestarian dan konservasi untuk menciptakan keberlanjutan dan jaminan konsumsi berkualitas bagi makhluk hidup yang sama-sama memerlukan makanan dari alam sumbernya. 
  • Politik : politik selalu menjadi titik didih yang mengerikan karena dengan gerak-geriknya dalam peraturan dan kekuasaan akan berubah bentuk dalam sekejap tanpa mementingkan dampak-dampak buruknya yang tidak bisa teratasi secara cepat. Dalam hal ini ekologi politik harus dapat mengembalikan hak-hak ekologis dalam keberagaman dan pelestarian biodiversitas sebagai penebus dosa ekologis dari hiruk-pikuknya kepentingan segelintir kelompok yang menghilangkan daya dukung ekologis dengan paksa demi urusan personal dan famili. 

Ini sudah kronis yang akan berakhir privatisasi dimana fenomena hari ini jika datang ke urban forest yang dipadukan dengan konsep resto dan cafe masa kini ternyata berbayar, lantas kemana ruang hijau itu sebagai representasi kayanya Indonesia dari Sumber Daya Alam ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun