Tentu saja hal ini dijawab oleh fenomena kulturis atau budaya di mana masyarakat sunda pun berkontribusi mengenalkan sebagai bahan obat dan taburan bumbu dari biji mahoninya, obat yang dikenal secara budaya dari biji mahoni adalah sebagai pengendali gula darah (sekarang populer untuk obat diabetes), secara tradisional hanya dikeringkan dan ditumbuk menjadi halus, sekarang sudah berbentuk kapsul dahulunya hanya dinikmati seperti serbuk seduhan saja seperti kopi.Â
Lebih jauh dari bahasan gastronomi dan etnobotani, dikembangkan untuk kebutuhan farmakologi (Ilmu Obat) di mana biji mahoni berpotensi untuk antioksidan yang membantu mencegah penyakit kronis dan meningkatkan kesehatan seluler (artinya bisa menyembuhkan kerusakan sel dan sel beregenerasi secara normal dan inilah peningkatan harapan hidup yang berkualitas ketika usia manusia terus bertambah).Â
Studi-studi ini dibahas singkat dan mudah dipahami dari buku Encyclopedia of Forest Sciences dan buku The Healing Power of Rainforest Herbs: A Guide to Understanding and Using Herbal Medicinals.Â
Berminat berinvestasi dalam keseimbangan ekologi dari komoditas rentan menurut IUCN, Mahoni?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H