Hal yang paling umum ditanyakan ketika melihat pohon mahoni (Swietenia mahagoni) adalah potensi kayunya untuk furnitur, namun bagaimana pohon mahoni ini bisa bermanfaat dari semua bagiannya dan terancam punah jika dilihat dari status konservasi.Â
Bagaimana tidak, IUCNÂ (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources)Â atau Uni Internasional untuk Konservasi Alam di mana organisasi ini adalah versi globalnya dalam mengurusi dan memonitoring biodiversitas dunia memberikan informasi status pohon mahoni ini masuk ke red list atau daftar merah. Walaupun statusnya masih pada tahap "Vulnerable".Â
Dalam konteks konservasi IUCN hal ini mendefinisikan pohon mahoni sedang mengalami risiko tinggi untuk punah di alam liar dalam waktu dekat (Rentan), tentu saja ini mengejutkan untuk Indonesia, karena pohon mahoni terus ditebang untuk keperluan furnitur, kriya bahkan masuk pada pemanfaatan sektor pangan dan obat/herbal, namun akan sangat lama menumbuhkan pohon mahoni sampai usianya cukup untuk penebangan dalam berbagai keperluan.Â
IUCN sudah memberikan alarm konservasi bahwa pohon mahoni populasi globalnya menurun dari habitatnya yang rusak dan hal ini tentu saja mengancam kelangsungan hidup pohon mahoni untuk masa depan dan akan berpengaruh bagi ekosistem yang ditumbuhi pohon mahoni ini termasuk bencana ekologis jika kawasan penanaman pohon mahoni dekat dengan pemukiman penduduk.
Memang hal ini pun perlu dikaji dari analisis dampak lingkungan jika hunian masyarakat modern semakin menghabiskan lahan hijau dan abai terhadap keseimbangan alam.Â
Taksonomi Sederhana Pohon MahoniÂ
Apa itu taksonomi? Taksonomi adalah ilmu yang mengklasifikasikan makhluk hidup dalam hierarki (tingkatan/susunan/struktur) yang didalamnya akan membahas:Â
- Domain (kategori tertinggi dalam klasifikasi biologis),
- Kingdom (kerajaan utama dalam klasifikasi makhluk hidup di bawah domain),Â
- Phylum (mencakup kelompok besar),Â
- Class (mencakup kelompok spesifik),Â
- Order (mencakup kelompok organisme terkait berdasarkan kesamaan),Â
- Family (mencakup species serupa),Â
- Genus (mencakup species yang memiliki kemiripan),Â
- Species (kelompok individu dengan kesamaan genetik dan kemampuan berkembang biak)
Taksonomi juga mengkaji:Â
- Morfologi (studi tentang bentuk, struktur, dan organisasi fisik makhluk hidup serta variasinya).Â
- Anatomi (studi tentang struktur internal makhluk hidup, termasuk organ, jaringan, dan sistem tubuh serta fungsinya).Â
- Filogeni (studi tentang sejarah evolusi dan hubungan kekerabatan antar spesies berdasarkan data genetik (urutan DNA) dan morfologi).Â
Taksonomi secara umum menggunakan binomial nomenclature untuk penamaan spesies. Contohnya sistem penamaan ilmiah untuk spesies menggunakan dua nama Latin: genus dan spesies, misalnya, Homo sapiens untuk manusia dan Swietenia mahagoni untuk pohon Mahoni.Â
Bagaimana Taksonomi Pohon Mahoni?Â
Seperti ini jika melihat data daftar merah Pohon Mahoni dari IUCN:Â
- Kingdomnya adalah Plantae, artinya pohon mahoni adalah tumbuhan berkayu yang termasuk dalam genus Swietenia, dengan spesies seperti Swietenia mahagoni, dikenal karena kayunya yang keras dan bernilai tinggi.Â
- Phylumnya adalah Tracheophyta, Phylum ini mencakup tumbuhan vaskular yang memiliki jaringan xilem dan floem untuk transportasi air dan nutrisi, sistem vaskular ini kompleks pada pohon mahoni dan penting untuk pertumbuhannya serta distribusinya sehingga memberikan manfaat yang banyak bagi kehidupan.Â
- Classnya adalah Magnoliopsida, pohon mahoni didefinisikan dari kelasnya sebagai tumbuhan berbunga dengan daun bersebar (daun yang tersebar merata di sepanjang batang atau cabang) dan jaringan vaskular yang terstruktur. Kelas ini dikenal juga sebagai dicotyledons (tumbuhan berbiji dua/dua kotiledon).Â
- Ordernya adalah Sapindales, artinya jenis pohon mahoni ini hampir sama seperti pohon jeruk. Sapindales dikenal karena memiliki struktur bunga yang sering dan berukuran simetris dan buah yang beragam, termasuk buah berbulu dan buah kering.Â
Untuk melihat kesamaan order jenis sapindales pada bunga dari pohon jeruk dan mahoni seperti ini:Â
Pohon Mahoni sebagai Fungsi Ekologis yang Dilestarikan Oleh Masyarakat Sunda TasikmalayaÂ
Secara historiografi (penulisan dan studi sejarah) walaupun yang dikumpulkan dari mulut ke mulut namun pesan etnobotanisnya sampai ke setiap turunan masyarakatnya, salah satunya adalah etnis sunda di Priangan Timur wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.Â
Secara alami pohon mahoni banyak ditanam oleh sesepuh terdahulu karena menganggap pohon mahoni memiliki tekstur kayu yang kuat dan digunakan untuk kontruksi bangunan dan furnitur yang tahan terhadap serangga dan tidak mudah keropos, maka dari itu banyak kebun-kebun kayu mahoni, jati, cayur yang ditanam oleh masyarakat sunda ini.
Selain itu jika melihat pakan ternak yang diliarkan dalam menggembalanya, ternyata beberapa ternak memakan daun mahoni secara terbatas, artinya daunnya juga potensial tidak hanya untuk kompos saja, namun menambah nutrisi pakan.Â
Tapi ada studi dari Departemen Kehutanan Amerika pada daun mahoni ada senyawa yang reaktif jika diberikan langsung dalam takaran berlebihan, artinya memang secara alami mengikuti insting hewan ternak saja pada daun mahoni yang berceceran ketika hewan ternak itu digembalakan.
Fungsi Ekologis dalam Perspektif Etnobotani Pohon MahoniÂ
Pohon mahoni tidak hanya untuk furnitur, namun keberadaanya diperlukan oleh lingkungan, beberapa studi pohon mahoni:Â
- Pohon Mahoni sebagai fasilitator kualitas tanah, hal ini diperankan oleh akar pohon mahoni yang mampu mencegah erosi tanah dan memperbaiki struktur tanah karena kadar bahan-bahan organik dari pohon mahoni.Â
- Burung dan perkembangbiakannya di pohon mahoni, tentu saja burung adalah hewan penting untuk polinasi (penyebaran benih dan serbuk), maka dari itu berbahagialah apabila di lingkungan kita masih terdapat banyak burung, itu adalah pertanda masih potensial kualitas dari beberapa ekosistem yang bisa disinggahi burung, termasuk pohon mahoni menjadi sarang beberapa burung dan menghidupkan beberapa jenis tumbuhan.Â
- Pohon Mahoni sebagai Kredit Karbon, kemampuan pohon mahoni menyerap karbon dioksida, mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim serta mampu mengatur suhu, di mana hal ini banyak dilakukan oleh negara-negara maju untuk mengurangi efek panas perkotaan yang bisa meningkatkan kualitas udara karena pohon mahoni mampu menyaring polutan serta menyediakan oksigen yang diperlukan oleh semua makhluk hidup.Â
Gastronomi dan Etnobotani Pohon MahoniÂ
Hal yang sering terlewatkan dari pengelolaan sumber daya alam adalah memaksimalkan rantai pasok (supply chain) dimana kegiatan ini mencakup proses pengelolaan sumber daya alam dari pemanenan hingga distribusi dan memastikan keberlanjutan.Â
Fokusnya adalah meminimalkan dampak lingkungan, mengelola produksi dan konsumsi secara berkelanjutan, serta menjaga keseimbangan ekosistem dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam keputusan dan praktik konservasi, apakah sudah dirasakan oleh masyarakat atau petani atau pemilik kebun komoditas mahoni?Â
Membicarakan gastronomi selalu lekat dengan makanan, pangan, budaya dan beragam kreasinya, namun apa hubungannya dengan mahoni yang dikenal sebagai potensi kayu berkualitas?Â
Tentu saja hal ini dijawab oleh fenomena kulturis atau budaya di mana masyarakat sunda pun berkontribusi mengenalkan sebagai bahan obat dan taburan bumbu dari biji mahoninya, obat yang dikenal secara budaya dari biji mahoni adalah sebagai pengendali gula darah (sekarang populer untuk obat diabetes), secara tradisional hanya dikeringkan dan ditumbuk menjadi halus, sekarang sudah berbentuk kapsul dahulunya hanya dinikmati seperti serbuk seduhan saja seperti kopi.Â
Lebih jauh dari bahasan gastronomi dan etnobotani, dikembangkan untuk kebutuhan farmakologi (Ilmu Obat) di mana biji mahoni berpotensi untuk antioksidan yang membantu mencegah penyakit kronis dan meningkatkan kesehatan seluler (artinya bisa menyembuhkan kerusakan sel dan sel beregenerasi secara normal dan inilah peningkatan harapan hidup yang berkualitas ketika usia manusia terus bertambah).Â
Studi-studi ini dibahas singkat dan mudah dipahami dari buku Encyclopedia of Forest Sciences dan buku The Healing Power of Rainforest Herbs: A Guide to Understanding and Using Herbal Medicinals.Â
Berminat berinvestasi dalam keseimbangan ekologi dari komoditas rentan menurut IUCN, Mahoni?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H