Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Etnogastronomi: Sinergi Ekologi Pastoralisme dan Equestrianisme

7 Desember 2023   09:52 Diperbarui: 7 Desember 2023   20:45 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokumentasi pribadi 

Tradisi equestrian mongol sangat terkenal dari bahasan historis hingga masa kini yang masih relevan dengan tradisinya yang sudah bertransformasi karena mengikuti zaman namun kekuatan pengalaman masa lampau tidak ditinggalkan begitu saja, hal ini karena budaya balap kuda memiliki peranan penting, jika menelusuri hasil riset dari Munkh Dalai A Zhanga dari Research Center for Eco-Environmental Sciences, the Chinese Academy of Sciences, Beijing, China yang meneliti Budaya Nomaden Mongolia dan Budaya Ekologis: Tentang Rekonstruksi Ekologis di Zona Mozaik Agropastoral di Utara China  melihat bahwa budaya berkuda dan memelihara berkuda merupakan bentuk budaya nomaden ekologi modern dengan keunggulan perawatan lingkungan, penggunaan berkelanjutan padang rumput dan penghasil sumber protein dalam kuliner mongolia (ada kontribusi daging kuda dan produk olahan kuda khas mongolia) diantaranya : produk fermentasi yaitu Airag (hanya susu kuda) dan kumis (campuran berbagai susu : kuda, domba, sapi, unta dll) yang memiliki rasa asam,tekstur ringan diminum, menyengarkan (beberapa produk mengandung alkohol) akibat lamanya fermentasi, keduanya dianggap sebagai produk kuliner berbudaya dari Mongolia karena sering disajikan pada perayaan-perayaan khusus, hal ini mendompleng Mongolia pada prioritas perlindungan ekologis regional dan global karena pengembangan : ekologi, sosial, ekonomi manusia pada kehidupannya, sehingga hal ini mendorong perlindungan padang rumput yang vital bagi masyarakatnya dan hal ini adalah pertahanan keberlanjutan agraris yang terus dilestarikan. 

Pastoralisme secara singkat pernah dibahas pada tulisan sebelumnya berjudul Pastoralisme: Pengetahuan Lokal Pemeliharaan Ternak untuk Ketersediaan Pangan yang mendefinisikan versi Andy Catley dalam bukunya yang berjudul Pastoralism and Development in Africa: Dynamic Change at the Margins bahwa  : 

Pastoralisme merupakan pemeliharaan ternak ini secara tradisional, digembalakan, diberi makan dari padang rumput atau sabana, species ternak adalah lokal yang terbiasa beradaptasi dengan lingkungan.

Penting untuk dicatat bahwa etnogastronomi, pastoralisme dan equestrianisme memiliki warisan global tentang budaya berternak dan keberlanjutannya sesuai fungsi bahkan menjadi fungsi keberlanjutan sinergi ekologi yang bisa dikontribusikan dari setiap sektor dari mulai kebutuhan pangan, peternakan, kebugaran, hingga hiburan. 

Indonesia pun punya kompleksitas etnogastronomi dari kuda, para peternak kuda, dan para atlet kuda, hanya bagaimana hal ini bisa dikolaborasikan tidak hanya untuk kelas-kelas tertentu saja yang memiliki akses, jika masih demikian adanya tidak ubahnya seperti zaman kekaisaran romawi artinya peradaban status sosial sebagai simbolisme kekuasaan masih lekat, apakah hari ini sudah mudah mendapatkan akses dan konsumsi daging kuda, olahraga berkuda, dan memelihara kuda suatu hal yang masih terkendala biaya dan cara mendapatkannya ? Jika ya, maka perlu ada segmentasi inklusivitas dalam kemitraan manusia, kuda, dan kuasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun