Gastronomi molekuler memanglah salah satu cara revolusi seni kuliner tingkat tinggi, namun ketika permintaannya terbatas, maka gastronomi molekuler tidak mudah berkembang bahkan keterjangkauannya pun masih belum bisa mencakup seluruh kalangan, kendalanya karena : biaya produksi yang mahal dengan penggunaan bahan baku, peralatan memasak yang tidak semua restoran memilikinya, gaji chef gastronomi molekuler yang mahal dan hal ini akan berperang dengan harga sajiannya, tidak semua penikmat makanan memiliki cita rasa yang bisa diterima untuk bisa menikmati menu-menu gastronomi molekuler karena tidak biasa atau bisa saja ada beberapa bahan baku yang menimbulkan alergen yang berisiko bagi penikmatnya, lokasi restoran yang menyediakan gastronomi molekuler biasanya ada di kota-kota besar dan metropolitan sehingga hanya populer untuk beberapa kalangan saja yang bisa menjangkaunya, walaupun di Indonesia ada yang mengusung tema lokal, ketika harganya tidak sesuai dengan pendapatan upah minumun, gastronomi molekuler hanyalah hiburan semata yang tidak bisa terjangkau, sehingga akan mudah tidak laku karena konsumennya terbatas, dan konsumen akan bosan, terlebih menu gastronomi molekuler bukan untuk santapan sehari-hari dan bukan jenis comfort food.Â
Video sajian gastronomi molekuler di Jepang (sumber : Youtube : Japanese Eats)Â
Apakah gastronomi molekuler potensial saat ini ?Â
Seni kuliner akan selalu berkembang, tentu saja hal ini menjadi bahan kajian inovatif bagi para produsen kuliner untuk menciptakan kreativitas gastronomi molekuler dengan bahan baku lokal, terjangkau, dan teknik yang sederhana dengan peralatan yang mudah didapatkan, hal ini untuk menekan harga produksi dan pembuatan serta menggaji pengolahnya. Gastronomi molekuler tidak harus selalu berkiblat pada negara-negara yang sudah populer, justru jika mengangkat komoditas lokal menjadi sajian spektakuler dan menjadi antusias konsumen lintas generasi, hal ini yang disebut inovatif dan memiliki daya jual kompetitif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H