Anak muda yang gemuk ketika menjadi pemberontak, itu adalah korban dari sikap usang manusia terhadap makanan dan cara makan. Orang gemuk seakan-akan menjadi pendosa dan menjadi kambing hitam dan dibuat menderita karena menjadi contoh ketakutan akan berat badan berlebih, dan orang gemuk seakan tersisih, mereka bisa memiliki kesempatan lebih kurus untuk diterima oleh masyarakat, namun mereka harus punya status sosial seperti berkuliah di perguruan tinggi yang bagus, pekerjaan yang bagus, berteman dengan kalangan terpandang, menikah agar tidak dicibir, dan itulah keinginan masyarakat menurut Mead.
Sedangkan pemberontak muda sebaliknya menolak kebiasaan makan yang diterima dari pencarian mereka untuk memulai gaya hidup baru, dan kebanyakan jadi korban saja. Masalah sebenarnya menurut Mead adlaah masalah yang harus dihadapi semua orang, kebanyakan orang Amerika itu bisa menemukan diri mereka sendiri dalam keadaan ambigu karena harus melawan apa yang bisa mereka nikmati. Berpesta kemudian berpuasa itu bisa menjadi lebih baik.
Namun pertanyaannya "Haruskah Generasi Berikutnya menghadapi dilema yang sama ?"
Kesulitan mendasar menurut Mead adalah kita semua terbawa ke masa kini yang sudah ketinggalan zaman seperti bagaimana metode mengajarkan sesuatu pada anak-anak tentang apa yang harus dimakan, tentang adakah pengajaran dan sikap moral yang pantas terhadap makanan.
Dulu, menurut Mead, ketika jumlah variasi makanan jauh lebih terbatas, makanan selalu monoton. Kemudian para ibu mendesak dan memohon serta memaksa anak-anak memakanan makanan yang disajikan dihadapan mereka 3x sehari. Tidak ada alternatif.
Anak yang baik dengan patuh memakan makanan yang membosankan dan dikatakan bahwa "makanan itu baik untukmu", jika habis, hadiahnya adalah makanan penutup, makan malam di hari minggu, ongkos liburan, suguhan langka, dan semua makanan enak dan lezat itu baik.
Anak dan orang dewasa menurut Mead pada kegiatan makan tanpa mengeluh makanan sehari-hari yang sederhana dan bergizi secara moral memang bisa dibenarkan untuk menikmati apa yang terjadi setelahnya, hal ini menandakan semuanya baik-baik saja dan orang dewasa masih merencanakan makan 3x sehari dengan cara yang sama, memperlakukan seolah-olah itu semua merupakan makanan yang tersedia bagi anak-anak, dan orang dewasa masih mengajari anak-anak untuk menjadi baik melalui makanan dan mengekspresikan pemberontakan dengan tidak makan makanan yang tepat, namun orang dewasa masih memperlakukan beberapa makanan yang menurutnya baik untukmu kepada anak-anak sebagai hadiah dan tanda cinta.
Mead melihat ada satu perubahan besar, tetapi ini hanya berfungsi untuk memperkuat apa yang orang dewasa ajarkan dan yakini bahwa orang dewasa, setelah makan terlalu banyak, melakukan diet yang mereka anggap sulit, tidak menyenangkan dan intrinsik, dan tidak menguntungkan. Anak-anak harus baik terlebih dahulu dalam hal ini, dan jangan menganggap sulit dan tidak menyenangkan, orang dewasa melakukan diet setelah makan berlebih untuk penebusan dosa sesudahnya, karena hukuman menjadi gemuk.
Solusi Dari Margaret Mead Pada Fenomena KegemukanÂ
Hal inilah yang menurut Mead menyebutnya korban gaya kuno ini, dan menyadari bahwa orang dewasa harus membantu gaya baru makan.
Pertama Mead berpikir untuk berhenti menggunakan makanan sebagai hukuman dan hadiah sebagai simbol dari tugas yang dilakukan atau diabaikan, sebagai penghiburan atau penghargaan. Dimana makanan begitu berlimpah dan makanan bisa menjadi fokus perasaan yang diarahkan baik menjadi senang jika makanan itu dibagikan dengan orang lain.
Kedua, mead mengenali fakta bahwa aturan seperti persyaratan makanan seperti hal yang ketat, dan jika dilakukan, apakah itu akan lebih baik untuk menghitung variasi dalam ritme individu dalam kebutuhan akan makanan serta ritme yang berbeda dalam hari kerja untuk orang yang berbeda. Satu generasi yang sudah lama bisa memulai memberi makan bayi dengan dasar permintaan sendiri yang fleksibel dan disitu orang dewasa biasanya bisa berhenti. Namun Mead menjelaskan jika lebih realistis, dan kegiatan terus makan atas dasar permintaan diri bisa menjadi awal dari penemuan diri dan fleksibilitas dan itu terjadi selama masa kanak-kanak dan dewasa.