Jika kerepotan dari rumah bisa mulai beregu saling gotong royong. Terdengar seperti merepotkan, namun itulah fakta yang harus diterima bahwa di masa depan lahan yang menghasilkan pangan akan berkurang.Â
Semakin ketatnya perdagangan internasional akan sangat dinamis dalam pergerakan dan perubahan ketahanan pangan suatu daerah atau suatu negara, sedangkan impor pangan secara besar-besaran akan membunuh perlahan mata pencaharian pedesaan dan menghilangkan budaya berterimakasih pada alam, karena sering dikecewakan tengkulak dan mafia pangan.Â
Hal-hal kritis yang perlu diwaspadai dalam perubahan ini adalah cuaca, penyakit dari hewan dan tumbuhan dan memberikan efek sakit pada manusianya, terlebih masuk kategori bahan pangan dan olahan pangan.
Konsumen pangan di negara-negara berpenghasilan menengah diproyeksikan untuk meningkatkan asupan makanan mereka secara signifikan, sementara pola makan di negara-negara berpenghasilan rendah sebagian besar tidak akan berubah (OECD-FAO).Â
Sedangkan melihat komoditas pangan kunci yang masuk kategori pangan global terdiri dari:Â
1. Sereal
Secara global sereal terdampak pandemi secara makro dan mengakibatkan harga gabah meningkat dan berdampak pada inflasi makanan di beberapa negara dan berpengaruh pada ekonomi dan akses pangan berkualitas.Â
Namun, untuk Indonesia konsumsi sereal masih tinggi dan impor (FAO). Hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan makanan pokok dan pilihan yang harus sudah mulai beragam dan dibiasakan.Â
Karena, seiring berjalannya waktu akan ada pergeseran kebutuhan makanan pokok, kecuali Indonesia memperkuat komoditas makanan pokok yang sudah lumrah seperti beras. Tidak hanya itu jika bertahan di beras, otomatis harus ada pendamping komoditas pangan lainnya yang berfungsi sebagai lauk-pauk.Â
2. Biji yang menghasilkan minyak.Â