Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Gizi, Gastronomi, dan Gastrointestinal Bisa Dipelajari Secara Sederhana

7 November 2022   00:07 Diperbarui: 10 November 2022   05:11 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kuliner Indonesia yang otentik. (Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Sebenarnya apa fungsi makanan dalam tubuh ? Mengapa dari sesuatu yang dimakan bisa berdampak pada banyak hal? Kandungan gizi apa saja yang sebenarnya diperlukan oleh tubuh yang dapat berfungsi bagi kesehatan secara holistik?

Cara termudah dan sederhana untuk mempelajari rangkaian dari kehidupan yang melibatkan konsumsi dan aspek lainnya yang mempengaruhi seperti: budaya, tradisi, nilai sosial, kebiasaan, cara hidup, ekonomi, agama dan kepercayaan. 

Sebenarnya tidak hanya itu, namun yang mendominasi demikian adanya. 

Budaya:

Betapa banyak ragam komoditas, kuliner, bahkan resep dari setiap individu yang latar belakangnya berangkat dari etnisnya, makanan khasnya, makanan resep dari orang tua secara turun-temurun dengan kreasinya.

Karena, budaya di tempat asalnya demikian, sehingga yang tersaji adalah menu yang terhidang dari daya cipta berbasis tradisi dan budaya. 

Contoh: Sate Maranggi dari Purwakarta. 

sumber gambar : unsplash.com
sumber gambar : unsplash.com

Tradisi (Kebiasaan) : 

Masyarakat dari berbagai etnis di Indonesia tidak bisa disamakan kebiasaannya dalam konteks pemilihan makanan, tentunya ada kebiasaan terdahulu yang mendominasi.

Misalkan saja kebiasaan orang papua itu menikmati sagu , tidak bisa dirubah begitu saja dalam waktu sekejap, karena pengaruh geografis dan sumber daya alam yang tersedia demikian adanya. 

Papeda. (sumber gambar: unsplash.com) 
Papeda. (sumber gambar: unsplash.com) 

Nilai Sosial: 

Hal ini menyangkut anggapan baik di mata masyarakat (dalam hal ini masyarakat yang berlaku di suatu lokasi atau wilayah), tentu saja nilai sosial ini akan mempengaruhi pilihan makanan atau pangan, karena dalam nilai sosial ada peranan masyarakat yang sebelumnya memiliki pengetahuan bahkan pengalaman dalam konsumsi berbagai komoditas. 

Contohnya saja nilai sosial kudapan kerajaan. Tentu saja tidak akan dihidangkan sembarangan. Karena memiliki nilai sosial yang mencerminkan kuasanya. Menu ini bernama Lodeh Kluwih. 

Sumber gambar : kratonjogja.id/kratonprabeyakeratonyogyakarta. 
Sumber gambar : kratonjogja.id/kratonprabeyakeratonyogyakarta. 

Cara Hidup dan Ekonomi : 

Tentu saja hal ini mengikuti perubahan zaman, cara hidup juga disebut gaya hidup, dalam konteks konsumsi tentunya yang terbesit adalah gaya hidup sehat atau tidak sehat.

Itu adalah hal umum yang sering ditemui dalam kelumrahannya. Kemampuan ekonomi diterjemahkan pada kemampuan daya beli dan mudahnya pada akses pangan dan makanan yang baik. 

Agama dan Kepercayaan: 

Suka atau tidak suka, negara Indonesia itu memang bangsa yang beragama. Hal ini tentu terlihat dari data diri bahwa kolom agama dicantumkan selain berfungsi untuk administrasi.

Hal ini pun mempermudah dalam penyajian makanan jika dalam acara umum yang melibatkan penyediaan makan terhadap beberapa orang, terutama pelayanan pariwisata dan memperlakukan undangan dalam suatu kepentingan atau acara kecil-kecilan, setidaknya mengetahui informasi sedikit saja seperti: orang beragama islam diharamkan menikmati sajian daging babi (kenapa haram? 

Ini mutlak tidak boleh dan dilarang, walaupun penjelasannya sudah ada di Al-Qur'an, untuk menerjemahkan secara sederhana kalau tidak boleh ya tidak boleh dilanggar). 

Begitu juga umat beragama hindu pantang konsumsi daging sapi dan itu harus dihargai, dan jika ada beberapa orang yang beragama kristen advent tidak menikmati teh. Hal ini berpengaruh pada penyediaan konsumsi. 

Inilah Gastronomi yang memadukan makanan baik dengan pemahaman budaya. 

Bagaimana dengan gizi?

Gizi itu mengarahkan pada hubungan makanan dengan kesehatan dan pencegahan penyakit, dimulai dari kandungan apa saja yang berdampak bagi tubuh. 

Konsepnya sangat sederhana yang sering terlewatkan dan dipandang sulit bahkan semua orang juga bisa mempelajari ini secara otodidak dengan mudah dan sederhana. 

Diawali dengan fungsi makanan dari berbagai nilai gizi itu singkatnya : 

  • Karbohidrat untuk sumber energi untuk aktivitas tubuh. 
  • Protein untuk proses pertumbuha dan perkembangan dan mengganti sel-sel tubuh yang sudah rusak. 
  • Lemak untuk pembawa zat-zat makanan esensial dan penahan rasa lapar. 
  • Vitamin dan Mineral sebagai pelindung dan pertahanan tubuh. 

Gastrointestinal:

1. Mulut sebagai penentu mekanik dan kimiawi makanan menuju organ dalam untuk dicerna. 

2. Kerongkongan hanya lewat saja, belum melakukan proses pencernaan. Maka dari itu disarankan melumatkan makanan jika bisa 30 kali mengunyah, intinya harus selembut mungkin jika bisa. 

3. Lambung, inilah perut besar yang akan menghasilkan getah lambung yang berfungsi dari proses sekresi (proses untuk membuat dan melepaskan substansi kimiawi dalam bentuk lendir yang dilakukan oleh sel tubuh dan kelenjar). 

Getah lambung terdiri dari zat-zat asam lambung yang membantu mematikan bakteri yang terdapat dalam makanan. 

4. Pankreas, akan menghasilkan getah pankreas yang terekresi dari hormon yang membantu berbagai kegiatan kimiawi. 

5. Hati (bukan organ pencernaan), namun peranannya penting dalam seksresi empedu dalam pencernaan lemak. 

6. Usus Halus, makanan mengalami proses pencernaan oleh enzim, sehingga penyerapan makanan lebih lengkap. 

7. Usus Besar, inilah mandornya organ pencernaan dimana usus besar berfungsi sebagai penampung sisa penyerapan dari usus halus, jika hasil penyerapannya kurang air, usus besar pun memberikan air, dimana hasilnya adalah penentu feses (tahi, tai, berak, kotoran). 

Mudah bukan menghubungkan budaya, fungsi makanan dan pencernaannya? 

Intinya adalah dari kebiasaan seseorang dalam mengolah semua informasi dan memilihnya sehingga sampai ke mulut dari suatu hidangan, kemudian organ pencernaanlah yang menentukan kandungan gizi itu terserap atau tidaknya. 

Bagaimana dengan gangguan pencernaan? Tentunya ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan ini, secara singkatnya : 

Diare:

Kecepatan pembentukan tinja dari usus besar yang mengarah pada pergerakan sehingga adanya infeksi dan terjadilah diare yang dibantu oleh bakteri di dalamnya dimana hal itulah yang dimaksud dengan patogen (parasit).  

Gastritis:

Peradangan mukosa lambung, penelitian klinis belum menemukan apakah infeksi dari makanan atau bukan, namun beberapa gejala dan indikasi mengarah pada makanan yang dapat membuat lambung iritasi. 

Itulah sebabnya mengapa jika konsumsi makanan secukupnya dan tidak berlebihan, agar tidak terhindar berbagai gejala.

Konstipasi:

Lambatnya pergerakan feses yang melewati usus besar, sehingga feses akan kering, keras, menumpuk karena kurang cairan. Penyebabnya adalah kurangnya makanan berserat. 

Itulah kesinambungan mengapa makanan dan budaya akan menentukan derajat kesehatan seseorang, sekelompok etnis dan masyarakat dalam jumlah yang banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun