Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Literasi Kuliner: Sagu dan Catatan Etnografis Alfred Russel Wallace

24 Oktober 2022   20:58 Diperbarui: 24 Oktober 2022   21:12 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wallace menjelaskan bahwa pohon sagu dewasa yang terpilih dan sudah berbunga, ditebang dekat tanah, daun dan tangkai daun sagu dibersihkan, kemudian kulitnya yang lebar diambil dari batangnya, kemudian keluarlah serat yang menyerupai bubuk kasar berwarna putih.  Kemudian bagian sagu yang memiliki air yang berisi pati sagu dialirkan ke bak untuk diendapkan dengan cara diteteskan.

Adapun tetesan dengan semburat kemerahan, dibuat menjadi silinder dengan berat sekitar 30 pon (sekitar 13,6 kg) dan ditutup dengan rapi dengan daun sagu, dan dalam keadaan ini dijual sebagai sagu mentah. 

Beda lagi dengan sagu yang direbus dengan air seperti ketan kental diberi rasa dan dimakan dengan campuran : garam, jeruk nipis, dan cabai. Ada juga, Roti sagu dibuat dalam jumlah besar, dengan memanggangnya menjadi kue dalam oven tanah liat kecil yang berisi enam atau delapancelah berdampingan, masing-masing lebarnya sekitar tiga perempat inci itu 1,9 cm ya, isi sekatnya enam atau delapan inci persegi. 

Sagu mentah dipecah, dijemur, dihaluskan, dan diayak. Oven dipanaskan di atas api bara yang jernih, dan diisi sedikit dengan bubuk sagu. Prosenya selama lima menit kue sudah cukup matang. kue sagu yang panas dan hangat sangat enak dicicipi dengan mentega, dan ketika dibuat dengan tambahan sedikit gula dan taburan kelapa parut cukup lezat. Sagu mentah akan disimpan dengan sangat baik, dan dapat dipanggang sesuai keinginan. 

Tenaga kerja untuk memproduksi sagu dan olahannya membutuhkan 2 laki-laki yang menyelesaikan sebatang pohon selama 5 hari, dan 2 wanita akan memanggang semuanya menjadi kue dalam waktu 5 hari kemudian. 

Pohon sagu kebanyakan milik pribadi, jika ingin membelinya dihargai 6-7 pence Sterling, 1 pence sterling  = 192,06 dibulatkan menjadi Rp.192 atau IDR 192,06 .Mata uang inggris dulu ya itu. 

screenshot-2022-10-24-20-25-36-635699724addee29134a7f32.png
screenshot-2022-10-24-20-25-36-635699724addee29134a7f32.png

Sumber gambar : The Malay Archipelago 

Sosio Ekonomi Penduduk dalam Pandangan Empiris Wallace 

Efek dari murahnya makanan ini jelas merugikan, karena penduduk negara yang memiliki sagu tidak pernah sekaya itu dimana padi juga ditanam.  Banyak orang di sini tidak memiliki sayuran atau buah, tetapi hidup hampir seluruhnya dari sagu dan sedikit ikan.

Rumah-rumah penduduk sebagian besar dibangun dengan baik, dari rangka kayu yang diisi gaba-gaba (batang-batang daun sagu), dan lantainya terbuat dari tanah hitam kosong seperti jalan,lokasinya sangat lembab dan suram.

Wallace pergi ke hutan dan menemukan tambalan pohon sagu dan vegetasinya di hutan yang rendah. Sebagai informasi bahwa vegetasi adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada suatu tempat membentuk suatu kesatuan dimana individu- individunya saling tergantung satu sama lain yang disebut sebagai komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 1978).

Kemudian ada yang bertanya 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun