"Ya. Tentu gua bakal pulang." ucapnya.
 Dan tiba-tiba saja Richie memeluknya. "Ini mungkin telat, tapi ... gua beruntung punya kakak kaya lo." bisiknya dengan suara bergetar. "Lo mungkin tau, gua cuma iri karena perhatian Papa ke lo, karena itu lo nggak pernah bales sikap gua dan Mama.  Setelah ini, gua bakal terus terang ke Papa semua yang gua bilang itu bohong, bahwa lo nolak ikut liburan bareng, lo nggak suka ikut main sepeda sama kami, lo nggak suka pergi setiap acara keluarga. Gua tau Papa pasti marah, tapi gua nggak akan minta Mama buat belain kaya biasanya ..." Richie berterus terang, dengan mata mulai berkaca-kaca.
 Untuk pertama kali, Shan merasa kalau dia punya seorang adik.
 "Dan gua ... nggak akan bilang ke siapapun tentang siapa lo sebenernya. Termasuk ke Mama. Ini bakal jadi rahasia kita sampe kapanpun." Richie menatap Shan dengan sungguh-sungguh.
 Shan menepuk bahu Richie, lalu tersenyum. "Makasih ya, gua tau lo bisa jaga rahasia gua."
 "Gua bantu angkat kopernya ya," Richie mengalihkan pandangannya ke koper dan beberapa barang Shan yang telah terkemas rapi.
 Shan terdiam, sekali lagi disapunya seluruh ruangan dengan pandangan mata tajamnya.
 ... tapi karena Shan benci rasanya perpisahan.
 -------
   "Sudah siap?" Papa melongok dari dalam kaca mobil, menunggu reaksi Shan.