Sebisa mungkin urutkan dulu semua kejadian seperti contoh di atas baru ambil apa yang kamu dapat dari peristiwa itu.
Baca ulang lagi untuk memastikan huruf atau kalimat yang belum pas.
Kalau refleksi ini juga untuk orang lain, pastikan kalimat dan pesan yang hendak kamu sampaikan adalah kalimat dan pesan yang jelas sehingga orang lain tidak perlu menebak-nebak.
Sebisa mungkin tidak perlu ada kalimat seolah menggurui sebab refleksi sifatnya tentang berbagi. Tidak ada paksaan untuk diikuti, tapi semoga bisa menjadi renungan pribadi.
Refleksi juga bukan sekadar untuk membandingkan dari A menjadi B. Refleksi adalah untuk bisa lebih mengerti "kenapa" dan "harus apa".
Jika kamu sudah terbiasa dengan refleksi yang bisa dengan mengambil peristiwa dari kehidupanmu sehari-hari, maka saatnya lah kamu melihat pantulan cermin refleksimu itu ke masa  dan kondisi yang lebih jauh lagi.
Emang bisa?
Bisa.
Syaratnya hanya satu. Mencoba peka dengan apa yang terjadi itu dengan segala bentuk kejadian dalam hidupmu. Misalnya, waktu itu kamu marah sebab tidak diterima di universitas pilihanmu. Demi untuk membahagiakan orang tua, kamu mau masuk ke universitas pilihan orang tua.Â
Selama masa peruliahan inilah kamu bisa menemukan banyak sekali hal yang bisa disebut refleksi hidupmu selama menjadi mahasiswa hingga pada akhirnya kamu mengerti kenapa harus ada di sana. Lebih jauh lagi, kamu bisa menerima dan bahagia karenanya.
Kenapa harus ditulis?