Lalu, menurut Koentjaraningrat (2009), sistem peralatan hidup dan teknologi sebagai unsur kebudayaan, memiliki beberapa pengelompokan, yaitu antara lain sebagai berikut.
- Alat-alat Produksi
- Alat Pembuat Api
- Senjata
- Wadah
- Makanan
- Pakaian
- Tempat Berlindung dan Perumahan
- Alat Transportasi
Menurut narasumber kami, peralatan hidup dan teknologi di suku bangka bersifat campuran, jadi masyarakat Bangka ada yang memakai teknologi yang maju dan juga ada alat tradisional nya. Salah satu alat tradisional adalah “dodos” dan “egrek” untuk memanen kelapa sawit. Perbedaannya terletak pada saat ingin memanen kelapa sawit yang masih muda mereka memakai “dodos”, dan saat ingin memanen kelapa sawit yang sudah tinggi menggunakan “egrek”.
Praktik dan cara untuk memanen kelapa sawit, biasanya diajarkan kepada anak dari orang tua. Jika tidak demikian, mereka (anak-anaknya) akan belajar secara otodidak atau belajar dengan melihat orang tua mereka memanen kelapa sawit.
SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP
Sistem mata pencaharian hidup adalah kumpulan cara-cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, atau menurut Waristo (2012) sebagai sistem perekonomian masyarakat di tempat ia hidup. Sedangkan menurut Koentjaraningrat, sistem mata pencaharian hidup adalah unsur kebudayaan yang berkaitan dengan profesi atau pekerjaan masyarakat.
Menurut Dini Wulansari (2016), mata pencaharian masyarakat bangka selain berkebun, bercocok tanam dan bekerja, sebagai penambang timah adalah bekerja sebagai nelayan laut. Jadi mata pencaharian hidup di Bangka, bervariasi dari perkebunan, pertanian, kelautan, dan penambangan timah.
Dari beragamnya sistem mata pencaharian hidup di pulau Bangka, bisa disimpulkan bahwa potensi dari daerah Bangka terletak dari lada, karet, kelapa sawit dan kelapa. Lalu potensi Bangka dalam sektor pertambangan sangatlah besar. Bisa dilihat dari kontribusi Bangka dalam sektor pertambangan ada dalam angka 24,37% (Badan Keunangan Daerah Provinsi Bangka Belitung).
SISTEM RELIGI
Sistem religi adalah unsur kebudayaan yang menyoroti tentang kepercayaan dalam masyarakat. Unsur agama dalam sistem religi, mengatur masyarakatnya dengan aturan-aturan tertentu, berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tersebut. Lalu, mengatur masyarakatnya untuk melakukan upacara tertentu.
Salah satu suku di Bangka Belitung, yaitu suku Mapur, percaya bahwa Mereka menganggap bahwa adat sejajar dengan agama, bahwa mereka menganggap adat adalah agama, dan adat memiliki posisi lebih tinggi dari agama. Anggapan ini mucunl karena adat lebih dulu muncul lebih awal daripada agama (Janawi, D. H., & Mag, N. 2016).
Menurut narasumber, di Bangka, sebelum dan setelah hari raya, masyarakat menyambutnya dengan besar dan ramai, tapi saat hari raya, bisa dikatakan bahwa perayaannya tidak terlalu besar dan ramai. Contohnya, masyarakat Bangka melakukan “Perang Ketupat”, sebelum melakukan puasa, di pesisir pantai, masyarakat merayakannya dengan sangat meriah.