Kata Mbak A kedua anaknya bahkan benci sekali dengan bapaknya itu. Saya tak tahu luka seperti apa yang dirasakan anak-anak yang tumbuh dengan melihat ketidakberdayaan perempuan yang teraniaya tanpa perlawanan.
Selama Mbak A bercerita saya hanya mendengarkan saja tanpa mengomentari apa pun. Walaupun di dalam hati dan pikiran sudah begitu berkecambuk ingin ikut berkomentar. Tapi saya mencoba untuk menahannya sedemikian rupa. Saya yakin sudah begitu banyak nasihat yang dia terima selama belasan tahun ini. Sehingga saya merasa tak perlu menambahkan nasihat apa pun. Dia mungkin yang lebih tahu alasan sesungguhnya kenapa tetap memilih bertahan. Saya tak memakai sepatu yang sama, sehingga tak etis kalau saya menghakimi hidup yang dijalani orang lain. Tapi kalau boleh jujur, saya ikutan sakit mendengar cerita ini.
Semoga perempuan di luar sana yang masih terjebak dalam hubungan KDRT, bisa diberi kekuatan untuk pergi. Karena bagi saya, hebat itu bukan mempertahankan sesuatu yang sudah rusak tapi mau berusaha keluar dan lepas dari hal yang salah meski itu berat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI