Selain itu mereka juga mau memberi modal usaha untuk Mbak A. Toh, selama ini Mbak A juga bekerja sendiri meski memiliki suami. Saudara-saudaranya juga silih berganti memberi uang pada Mbak A agar saudaranya itu tak dipukul suaminya.
Namun sayangnya semua itu tak pernah digubris secara serius oleh Mbak A. Dia selalu berpikir bahwa suaminya itu bakalan berubah.Â
Cerita terus berputar seperti itu dan itu lagi. Mbak A bekerja, uang diminta suami, jika tak punya uang Mbak A harus utang ke sana kemari, kalau uangnya tak ada maka Mbak A akan dihajar lagi. Begitu terus sampai saudara-saudara Mbak A muak ketika Mbak A mengeluh mukanya yang lebam karena habis dihajar suaminya.
Mereka begitu sayang dengan Mbak A. Saudara mana yang tega melihat saudaranya dianiaya sedemikian rupa tanpa belas kasihan. Mau lapor polisi juga percuma, jika korbannya saja, Mbak A selalu memaafkan pelaku.Â
Hal ini terus berulang, hingga perhiasaan Mbak A habis terjual, tanah dan rumah warisan orangtuanya juga ludes terjual. Mengenaskannya lagi, semua uang-uang itu hanya digunakan suaminya untuk berjudi dan bermain perempuan.
Mendengar semua itu bulu kuduk saya sampai merinding. Kok ada ya orang yang sebegitu percayanya bahwa pasangannya bakalan berubah setelah melakukan KDRT berulang kali hingga belasan tahun lamanya.Â
Saya tak membayangkan hari-hari yang sudah dilewati oleh Mbak A ini. Mungkin benar kata Mbak A, untuk saat ini mau menangis pun air matanya sudah nggak bisa keluar lagi karena dulu saking seringnya menangis setiap waktu.
Hari-hari yang penuh kesakitan, ketakutan, kekhawatiran, kesulitan, dan ketidakberdayaan sudah dilewati oleh Mbak A.Â
Saya tak mengapresiasi semua itu sebagai sesuatu yang hebat. Karena saya jenis manusia yang tidak bisa menerima kekerasan dalam rumah tangga itu bakalan berakhir dengan baik-baik saja.Â
Mungkin bagi Mbak A dengan dia sabar dan berserah diri semuanya akan berakhir dengan indah, tapi dia lupa satu hal. Ada dua anak kecil yang tumbuh dengan setiap hari melihat pemandangan ibunya yang dipukuli dan dihajar oleh bapaknya sendiri.Â
Seorang lelaki yang harusnya jadi pelindung dalam keluarga itu justru menjadi salah satu penyebab ketakutan terbesar dalam hidup keluarga itu.Â