"Dimana aku?" tanyaku saat ibuku datang membawa segelas air putih.
"Di rumah mantan suamimu." jawab ibuku sambil menyuruhku meminum air yang baru saja dibawanya.
Setelah segelas air yang aku minum habis, aku baru sadar telah terjadi sesuatu pada mas Darma.
Sayup-sayup aku mendengar beberapa orang membaca surah yasin, seketika aku sadar dan bangkit.
"Nduk gantilah jilbabmu dengan jilbab ini." pinta ibuku sambil mengulurkan jilbab warna hitam.
Segera aku mengganti jilbab warna merah muda yang aku pakai dengan warna hitam, air mataku tiba-tiba menetes saat teringat janji mas Darma untuk kembali menjadi suamiku, kini dia telah pergi selamanya, aku hanya bisa bersabar.
Di ruang tamu para tetangga sedang membacakan tahlil untuk mendoakan mas Darma, aku menatap jasad mas Darma yang sudah tidak bernafas lagi dengan derai air mata, dia tersenyum manis, mungkin sekarang dia sudah tenang di alamnya.
"Semoga Allah memberikan tempatNya yang terbaik untukmu, tempat yang layak tentunya insyaAllah kita bertemu di JanahNya....aamiin..." ucapku lirih.
Acara pemakaman dilaksanakan sebelum adzan ashar, aku ikut mengantarnya sampai di tempat peristirahatannya yang terakhir, aku menabur bunga mawar putih dan merah di atas pusaranya setelah prosesi pemakaman itu berakhir.
"Bu, aku yakin mas Darma di sana tidak ingin melihat kita bersedih, ikhlaskanlah bu...." bujukku pada ibu mas Darma yang masih menangis memeluk pusara anak lelaki satu-satunya.
"Ini semua gara-gara Diandra, Anggun..." ucapnya dengan lantang.