Dalam Katekismus Gereja Katolik, penyakit atau rasa sakit adalah percobaan yang paling berat dalam kehidupan manusia, dan setiap penyakit akan mengingatkan pada suatu kematian. Di dalam penyakit manusia mengalami ketidakmampuan, keterbatasan dan kefanaannya. Penyakit dapat menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri atau malahan kadang-kadang rasa putus asa dan pemberontakan terhadap Allah. Tetapi ia juga dapat membuat manusia menjadi lebih matang, dapat membuka matanya untuk apa yang tidak penting dalam kehidupannya, sehingga ia berpaling kepada hal-hal yang penting. Dengan demikian, dengan penyakit atau rasa sakit yang dialami setiap orang dapat membuatnya untuk mencari Allah dan kembali lagi kepada-Nya.[1]
5.2 Dosa
     Dalam Katekismus Gereja Katolik, dosa adalah penolakan akan tawaran kasih Allah dengan mengingkari kehendak-Nya. Manusia menjauhkan diri dari kesatuan komunikatif dengan Allah. Dengan demikian, dosa dimengerti dalam konteks dan realitas hubungannya dengan Allah. Maka, dosa adalah suatu "pemberontakan" atau penodaan akan Allah. Di dalamnya ada ketidaksetiaan, penyelewengan atas rahmat kebebasan yang dianugerahkan Allah kepada umat manusia. Dalam Mazmur Daud diungkapkan bahwa "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat" (Mzm 51:6).[2]
    Dosa adalah pelanggaran berat terhadap kehendak dan tatanan Allah, sehingga kasih dirusak di dalam hati manusia. Manusia memalingkan diri dari Allah, dan menggantikan Dia dengan sesuatu yang lain, yang tentunya lebih rendah. Dosa merusak prinsip dasar hidup, yakni kasih. Semuanya itu dilakukan secara sadar, tahu dan mau. Oleh karena itu, dosa terjadi akibat dari ketidaksetiaannya kepada Allah.[3]
6. Memahami Sakit dan Dosa dalam Perspektif Orang Sakit
6.1 Â Bapak Marsel Sihotang (57 Tahun)
     Penyakit yang sedang dialami oleh bapak ini adalah tumor di otak. Awalnya ia hanya merasa sakit kepala ringan, dan ia sering mengkonsumsi obat kepala yang dibeli di tokoh. Karena ia mengalami sakit kepala terus-menerus dan dengan anjuran dari pihak keluarga dan tetangga, ia pergi memeriksa ke dokter. Setelah diperiksa, pihak dokter mengatakan bahwa ia menderita penyakit tumor di otak. Saat itu, ia merasa stress, dan putus asa. Setelah hampir 2 minggu ia meratapi penyakit yang dideritanya, ia mulai menyadari bahwa ini adalah sebuah cobaan dari Tuhan. Apakah ia sungguh-sungguh beriman kepada-Nya atau tidak. Baginya penyakit yang dideritanya adalah bukti cinta Tuhan untuk mengingatkannya agar semakin beriman dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekarang Bapak ini sedang dirawat di Rumah Sakit Murni Teguh, Medan.
6.2 Ibu Theresia Regina Tafonao (84 Tahun)
     Situasi ambang batas yang dialami Ibu ini tidak membuatnya merasa putus asa bahkan memberontak kepada Tuhan. Ia sangat menerima dengan sikap tenang dan rendah hati. Ia sadar akan keterbatasan hidupnya yang akan mengalami sakit (penderitaan) bahkan kematian sekalipun. Satu-satunya yang diyakininya adalah percaya dan membangun harapan bahwa penderitaan maupun kematian bukanlah akhir kehidupan, namun puncak dan kepenuhan untuk bersatu dengan Allah. Dari pihak keluarga mengatakan bahwa sakit ibu ini adalah sakit tua dan ia dirawat di Rumah.
6.3 Â Bapak Hamonangan Tarihoran (41 Tahun)
     Bagi Bapak ini, sakit adalah suatu hal yang tidak mengenakkan di dalam tubuh, sehingga tidak mampu untuk melakukan sesuatu. Bapak ini mengalami sakit struk. Sementara dosa adalah perbuatan yang dilakukan secara sadar dengan menjauhkan diri dari Tuhan. Maka, sakit dan dosa adalah memiliki kaitan, karena ketika sakit itu akibat dari dosa yang melanggar kehendak Tuhan dalam dirinya. Bapak ini menandaskan bahwa ketika ia masih sehat, ia begitu jarang pergi ke gereja (pergi ke gereja disaat tertentu, seperti Hari Raya Natal, anak dibaptis) bahkan berdoa kepada Tuhan dan sering memarahi isteri dan anak-anak di rumah. Ketika mengalami sakit struk (sudah 2 bulan), ia menyadari bahwa ini adalah sebuah teguran keras dari Tuhan untuk berbalik kepada-Nya, dengan memberikan kasih sayang kepada isteri dan anak-anak. Sembari menjalani pengobatan, ia juga selalu berdoa memohon penyembuhan dari Tuhan dan mengampuni segala (dosa) kesalahannya.