1. Pengantar
     Sakit adalah suatu perasaan yang tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit perut, dan lain-lain). Sakit juga merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. Sakit dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik itu yang berasal dari gaya hidup yang kurang sehat, lingkungan yang tidak bersih, ataupun karena menurunnya metabolisme tubuh. Sedangkan dosa adalah suatu perbuatan yang menyebabkan terputusnya hubungan antara manusia dengan Allah, karena manusia lebih mencintai dirinya atau hal-hal lain sedemikian rupa, sehingga menjauhkan diri dari cinta kasih Allah. Seseorang dikatakan berdosa apabila perbuatannya melawan kehendak atau cinta kasih Allah itu, yang dilakukannya dengan bebas, sadar dan tahu.
     Dalam kehidupan ini, banyak orang merasakan atau memahami bahwa sakit dan dosa memiliki keterkaitan. Dimana apabila seseorang sedang sakit, itu akibat dari dosanya. Begitu juga halnya, setiap orang yang berdosa, akan mengalami sakit suatu saat. Oleh karena itu, untuk melihat keterkaitan antara sakit dan dosa, penulis mencoba melakukan wawancara kepada orang sakit tentang arti sakit dan dosa serta hubungannya. Dan juga, penulis akan memaparakan arti sakit dan dosa dalam ajaran Gereja Katolik sendiri.
2. Metode Penelitian
    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dengan umat yang sudah dibaptis dalam Gereja Katolik. Proses wawancara ini dilakukan dengan cara via telepon seluler  atau WhatsApp, karena melihat situasi yang masih pandemi Covid-19, sehingga tidak memungkinkan melakukan wawancara secara langsung (tatap muka) dan juga dibantu oleh pihak keluarga, supaya proses wawancara kepada si sakit dapat berjalan dengan baik dan lancar.
3. Tujuan Penelitian
     Tujuan penelitian ini ada dua point. Pertama, penelitian ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah POS dan Pendamaian. Kedua, penulis ingin mengetahui pemahaman umat (orang sakit) yang sudah di baptis dalam Gereja Katolik tentang sakit dan dosa serta hubungan diantara keduanya.
4. Pertanyaan Penelitian
     Adapun pertanyaan yang akan disampaikan atau dipaparkan kepada para informan adalah, sebagai berikut:
- Bagaimana pemahaman anda tentang sakit dan dosa?
- Adakah hubungan atau korelasi antara sakit dan dosa?
5. Pengertian Sakit dan Dosa  dalam Ajaran Gereja Katolik
5.1 Sakit
     Dalam Katekismus Gereja Katolik, penyakit atau rasa sakit adalah percobaan yang paling berat dalam kehidupan manusia, dan setiap penyakit akan mengingatkan pada suatu kematian. Di dalam penyakit manusia mengalami ketidakmampuan, keterbatasan dan kefanaannya. Penyakit dapat menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri atau malahan kadang-kadang rasa putus asa dan pemberontakan terhadap Allah. Tetapi ia juga dapat membuat manusia menjadi lebih matang, dapat membuka matanya untuk apa yang tidak penting dalam kehidupannya, sehingga ia berpaling kepada hal-hal yang penting. Dengan demikian, dengan penyakit atau rasa sakit yang dialami setiap orang dapat membuatnya untuk mencari Allah dan kembali lagi kepada-Nya.[1]
5.2 Dosa
     Dalam Katekismus Gereja Katolik, dosa adalah penolakan akan tawaran kasih Allah dengan mengingkari kehendak-Nya. Manusia menjauhkan diri dari kesatuan komunikatif dengan Allah. Dengan demikian, dosa dimengerti dalam konteks dan realitas hubungannya dengan Allah. Maka, dosa adalah suatu "pemberontakan" atau penodaan akan Allah. Di dalamnya ada ketidaksetiaan, penyelewengan atas rahmat kebebasan yang dianugerahkan Allah kepada umat manusia. Dalam Mazmur Daud diungkapkan bahwa "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat" (Mzm 51:6).[2]
    Dosa adalah pelanggaran berat terhadap kehendak dan tatanan Allah, sehingga kasih dirusak di dalam hati manusia. Manusia memalingkan diri dari Allah, dan menggantikan Dia dengan sesuatu yang lain, yang tentunya lebih rendah. Dosa merusak prinsip dasar hidup, yakni kasih. Semuanya itu dilakukan secara sadar, tahu dan mau. Oleh karena itu, dosa terjadi akibat dari ketidaksetiaannya kepada Allah.[3]
6. Memahami Sakit dan Dosa dalam Perspektif Orang Sakit
6.1 Â Bapak Marsel Sihotang (57 Tahun)
     Penyakit yang sedang dialami oleh bapak ini adalah tumor di otak. Awalnya ia hanya merasa sakit kepala ringan, dan ia sering mengkonsumsi obat kepala yang dibeli di tokoh. Karena ia mengalami sakit kepala terus-menerus dan dengan anjuran dari pihak keluarga dan tetangga, ia pergi memeriksa ke dokter. Setelah diperiksa, pihak dokter mengatakan bahwa ia menderita penyakit tumor di otak. Saat itu, ia merasa stress, dan putus asa. Setelah hampir 2 minggu ia meratapi penyakit yang dideritanya, ia mulai menyadari bahwa ini adalah sebuah cobaan dari Tuhan. Apakah ia sungguh-sungguh beriman kepada-Nya atau tidak. Baginya penyakit yang dideritanya adalah bukti cinta Tuhan untuk mengingatkannya agar semakin beriman dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekarang Bapak ini sedang dirawat di Rumah Sakit Murni Teguh, Medan.
6.2 Ibu Theresia Regina Tafonao (84 Tahun)
     Situasi ambang batas yang dialami Ibu ini tidak membuatnya merasa putus asa bahkan memberontak kepada Tuhan. Ia sangat menerima dengan sikap tenang dan rendah hati. Ia sadar akan keterbatasan hidupnya yang akan mengalami sakit (penderitaan) bahkan kematian sekalipun. Satu-satunya yang diyakininya adalah percaya dan membangun harapan bahwa penderitaan maupun kematian bukanlah akhir kehidupan, namun puncak dan kepenuhan untuk bersatu dengan Allah. Dari pihak keluarga mengatakan bahwa sakit ibu ini adalah sakit tua dan ia dirawat di Rumah.
6.3 Â Bapak Hamonangan Tarihoran (41 Tahun)
     Bagi Bapak ini, sakit adalah suatu hal yang tidak mengenakkan di dalam tubuh, sehingga tidak mampu untuk melakukan sesuatu. Bapak ini mengalami sakit struk. Sementara dosa adalah perbuatan yang dilakukan secara sadar dengan menjauhkan diri dari Tuhan. Maka, sakit dan dosa adalah memiliki kaitan, karena ketika sakit itu akibat dari dosa yang melanggar kehendak Tuhan dalam dirinya. Bapak ini menandaskan bahwa ketika ia masih sehat, ia begitu jarang pergi ke gereja (pergi ke gereja disaat tertentu, seperti Hari Raya Natal, anak dibaptis) bahkan berdoa kepada Tuhan dan sering memarahi isteri dan anak-anak di rumah. Ketika mengalami sakit struk (sudah 2 bulan), ia menyadari bahwa ini adalah sebuah teguran keras dari Tuhan untuk berbalik kepada-Nya, dengan memberikan kasih sayang kepada isteri dan anak-anak. Sembari menjalani pengobatan, ia juga selalu berdoa memohon penyembuhan dari Tuhan dan mengampuni segala (dosa) kesalahannya.
6.4 Â Ibu Yessi Angraini Lase (32 Tahun)Â
     Ibu ini mengatakan bahwa sakit adalah situasi dimana tubuh tidak bisa menjalankan aktivitas secara normal. Ibu ini mengalami sakit struk ringan. Sementara dosa adalah suatu tindakan yang melukai kehendak Tuhan, seperti tidak mampu menjaga atau merawat tubuh dengan baik, karena tubuh berasal dari Tuhan. Ibu ini mengingatkan dirinya bahwa Allah menciptakan manusia. Maka, salah satu yang menjadi tugas manusia adalah menjaga tubuh sebaik-baiknya. Jika kita sudah sakit, itu berarti kita tidak bisa menjaga pemberian Tuhan dengan baik.
6.5 Â Bapak Bryan Siagian (51 Tahun)
     Bagi Bapak ini, sebagai orang yang beriman sakit adalah sebuah cobaan atau ujian dari Tuhan. Dengan sakit yang dialami ia menyadari akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Sekalipun ia merasa memberontak kepada Tuhan, karena sakit yang dialaminya. Apalagi anak-anaknya masih belum semua selesai sekolah dan masih membutuhkan kasih sayang dari orangtua. Lagian isterinya sudah 4 tahun yang lalu berpulang kepada Bapa (alm). Bapak ini sungguh-sungguh berharap kepada Tuhan, supaya ia dapat melihat semua anak-anaknya sukses (selesai sekolah, bekerja dan menikah).
7. Kesimpulan
     Dari kelima informan yang diwawancarai oleh penulis secara tidak langsung mengatakan bahwa sakit dan dosa itu memiliki keterkaitan atau hubungan. Hal ini mereka rasakan bahwa ketika sedang sakit, mereka tidak bisa melakukan suatu kegiatan, kekuatan tubuh lemah, tidak berdaya. Mereka menyadari bahwa dengan sakit yang dialami merupakan semata-mata menyadarkan mereka akan kuasa-Nya. Bahwa hanya Tuhanlah yang mampu menyembuhkan mereka dari sakit. Maka, mereka tidak luput untuk tidak berdoa memohon penyembuhan dari Tuhan dan mengampuni segala dosa-dosanya.
    Dengan situasi sakit, membawa mereka pada sebuah permenungan, di mana mereka mengalami ketidakmampuan, keterbatasan dan kefanaanya. Oleh karena itu, satu-satunya jalan ialah berdoa kepada Tuhan, supaya mereka memperoleh kesembuhan lewat obat-obat yang dipakai dan dapat mengubah hidup kearah yang lebih baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan atas diri mereka.Â
- [1] Katekismus Gereja Katolik, diterjemahkan oleh P. Herman Emburu, SVD (Ende: Nusa Indah, 2007), no. 1500-1501. Untuk penulisan selanjutnya, katekismus ini akan disingkat KGK dan diikuti nomor.
- [2] KGK, no. 1849-1850.
- [3] KGK, no. 1855-1857.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI